Wahyu
Sepiring telur dadar tersedia di hadapan Wahyu, membuatnya langsung tersenyum cerah ke salah satu asisten rumah tangga di rumah Nathan sebelum menyendokkan menu sarapannya pagi itu ke dalam mulutnya. Lumayan enak, meski baginya tetap lebih lezat telur dadar buatan ibunya atau buatannya sendiri.
Ini bukan bentuk narsis, lagipula Wahyu tidak buruk dalam memasak. Baiklah, silahkan bilang dirinya narsis—Wahyu tidak akan bisa menyangkal lagi kalau dia mungkin memang sedikit narsis.
Dia menatap Risma yang duduk di sebelahnya, terlihat tenang saat memakan pancake-nya. Sudah lama dia tidak berbincang-bincang dengan gadis itu di pagi hari dikarenakan kesibukan masing-masing, dan sekarang mereka berdua memiliki waktu bersama sebagai kakak dan adik. Tapi Wahyu tahu Risma bukanlah orang yang mau diajak berbicara jika tengah menikmati makanannya sehingga ia memilih untuk bungkam dan lanjut menyantap sarapannya.
"Mas, aku mau ke rumah Reska dulu ya abis ini," suara Risma memecah keheningan, membuat Wahyu langsung menoleh ke adik perempuannya itu. "Di semester baru nanti bakal ada fair, aku belum bikin rancangannya sama kelompok aku. Kemungkinan hari ini aku nginep di rumah Reska. Aku udah minta izin kok sama Ibu dan Ayah, mereka bilang oke."
"Fair apa? Sains?" tanya Wahyu sambil memotong telur dadarnya. "Kalau Ibu sama Ayah udah oke ya kenapa minta izin lagi sama Mas?"
Risma nyengir kecil. "Ya aku takut Mas nanti nanyain aku. Lagipula apa salahnya minta izin sama kakak sendiri?" kemudian Risma kembali menatap pancake-nya. "Science and English Fair. Pengen bikin yang gak klise gitu Mas, biar orang yang liatnya juga gak jenuh. Aku sama temen-temen yang lain udah dapet gambaran konsepnya, tapi proyeknya masih nol."
Wahyu bergumam lalu mengangguk. Saat SMP lalu dia juga mengikuti acara tersebut dan dia seregu dengan Kusuma dan beberapa anak lainnya. Benar-benar hal yang meringankan dirinya, Kusuma sendiri adalah jenius dan rekan-rekan seregu Wahyu yang lain pada saat itu juga sangat membantu. Regu mereka hanya bisa menyabet nilai kedua tertinggi, tapi tetap saja Wahyu merasa senang pada saat itu.
"Kalau butuh bantuan ide, hubungin Mas ya," ujar Wahyu, mengacak-ngacak rambut Risma. Risma terkekeh kecil. "Nanti Mas bisa diskusi sama Kusuma atau Faisal, mereka itu punya seton ide yang butuh dikeluarin juga selama liburan."
"Well, sebenernya aku udah minta bantuan sama Kak Nathan kemarin. Aku gak nyangka dia bisa ngasih ide yang bagus kayak gitu," jelas Risma santai. Wahyu langsung melebarkan matanya, dan sepertinya Risma menyadari perubahan dari kakaknya—gadis itu hanya tertawa kecil. "Aku berangkat dulu ya Mas."
Kemudia Risma bangkit, meraih tangan Wahyu dan menciumnya sebelum tersenyum riang. "Hati-hati ya dek." Ujar Wahyu, mengacak rambut Risma. Ia menatap punggung Risma yang mulai menjauh dari ruang makan dan baru kembali menyantap kembali sarapannya setelah mendengar bunyi pintu tertutup.
"Seru ya punya adek yang bisa dimanjain gitu."
Wahyu nyaris menancapkan garpunya ke piring yang tengah ia gunakan—untungnya itu tidak terjadi—ketika mendengar suara Nathan tiba-tiba terdengar. Dia langsung menoleh, menemukan Nathan bersender di pegangan tangga. Rambutnya masih acak-acakan dan dia menguap, membuat Wahyu yakin makhluk yang satu ini baru bangun.
"Biasa aja. Risma bukan tipe adek yang mau dimanjain, jadi hitungannya bukan manjain dia," jawab Wahyu, menghabiskan sisa telur dadarnya sebelum membawa piringnya ke bak cuci piring. "Tumben jam segini udah bangun, biasanya jam sebelas baru siuman."
Nathan berjalan mendekat, nyengir lebar kemudian mengambil dua gelas di rak. "Biasanya gue jam segini udah bangun, tapi main hape dulu," Nathan menuangkan susu kotakan dari kulkas ke dalam dua gelas itu, Wahyu menduga-duga untuk siapa gelas yang satunya lagi. "Dan hari ini pas gue bangun hape gue baterainya habis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Personal Taste [BoyxBoy]
Teen Fiction[Book 2 of 2] Dua orang yang saling membenci tinggal dalam satu atap? Masih kalah absurd jika orang kalian benci itu adalah teman sekelas kalian sekaligus seseorang yang tengah kalian tantang dalam sebuah permainan berbahaya. "Gue lagi berusaha kera...