Jangan lupa votenya
B
E
S
T
I
ESaat ini Alana, kedua sahabatnya juga Azka sudah berada di restoran elite di kota mereka. Ria mentraktir mereka semua karena telah berhasil menjual dua mobil. Ria sengaja mengajak Azka alih-alih balas budi karena Azka sering membayar makan mereka jika di kantin.
Mereka duduk di kursi, Alana memilih duduk menghadap pengunjung lain sama halnya dengan Azka karena di kursi meja mereka hanya terdapat empat kursi. Ria dan Fatim duduk menghadap Alana dan Azka.
Setelah memesan makanan yang mereka inginkan,
"Gue ke kamar mandi bentar ya" pamit Alana"Perlu di temenin?" Tawar Azka.
"Gue bisa sendiri" setelah mengatakan itu Alana pergi ke restoran di dalam karena restoran ini indoor dan outdoor.
Alana menatap sekitar, ternyata banyak pasangan muda yang sedang berada di dalam restoran itu. Namun matanya terfokus pada sepasang kekasih yang sedang mengumbar kemesraan.
Dadanya sedikit terasa sesak, melihat adegan romantis pasangan itu. Yusp pasangan itu adalah Abian dan seorang perempuan mungkin pacar yang di ceritakan nya dulu. Tapi ia seperti pernah lihat perempuan itu, Alana mencoba mengingat dimana ia pernah bertemu perempuan yang ternyata pacar Abian.
Di cafe tempat nya bekerja dulu setelah ia mengingat nya.
Ngapain juga gue ngurusin hidupnya, batin Alana.
"Lama amat Al" celutuk Ria
"Namanya juga kebelet"
"Udah ah, mending makan" Fatim membuka suara.
Mereka semua terkekeh, lalu memakan makanan mereka.
"Gue keluar bentar" Azka pamit pada mereka, setelah menyelesaikan makannya.
Ria dan Fatim tersenyum lalu mengangguk, mereka telah tau apa tujuan Azka.
Azka datang dengan membawa sebuah bucket bunga yang ia kasih langsung ke Alana ketika telah sampai ke meja mereka.
Alana sempat terkejut, namun tetap menerima bucket itu dengan senyuman bahagia.
Ria dan Fatim tersenyum melihat kedekatan Azka dan Alana, mereka berharap suatu saat nanti Azka dan Alana bisa bersatu. Walaupun Alana selalu menolak Abian ketika mengungkapkan perasaannya.
___
Abian keluar dari dalam restoran, di sebuah meja ia melihat empat orang yang tengah tertawa bersama. Tapi matanya fokus ke satu orang yang sangat di kenalnya. Gadis itu sedang duduk bersebelahan dengan seorang cowok.
Abian yakin Alana melihat dirinya dengan Yuni tadi di dalam restoran. Dia sangat takut jika Alana mengadu kepada orang tuanya.
"sayang kamu pulang naik taksi aja ya" Abian memberi beberapa lembar uang ke pada pacarnya.
"Kok gitu" Teriak Yuni ketika Abian mulai meninggalkannya.
"Aku ada kerjaan" setelah mengatakan punggung Abian tidak terlihat lagi di pandangan Yuni.
Abian menyetir dengan kecepatan di atas rata-rata, ia sangat takut jika Alana akan memberitahu orang tuanya.
Setelah sampai rumah ia langsung masuk, dan menuju kamar gadis itu. Ia duduk di ranjang menunggu kepulangan gadis itu. Selain karena takut gadis itu mengadu, ia juga sedikit emosi melihat Alana tertawa dengan lelaki lain.
___
Alana sampai di rumahnya sekitar jam 10 lewat ia memasuki kamarnya dan betapa terkejutnya dia melihat Abian berada di kamar itu.
Abian melihat Alana yang masih berada di pintu, rahangnya mengeras dan emosinya kini telah memuncak.
Alana yang melihat guratan marah di wajah Abian langsung takut, ia hendak berbalik namun Abian langsung menarik rambut nya dengan sedikit kasar.
"Apa yang lo liat ha?" tanya Abian, dengan emosi ia menarik Alana ke dalam kamar itu.
"Aww sakit" Teriak Alana yang merasa kulit kepalanya sakit karena tarikan di rambutnya.
"Apa yang lo liat ha, bilang sama gue?" Kata Abian, ia mendongakkan kepala Alana dengan menarik rambutnya ke belakang.
Air mata Alana sudah bercucuran, ia sungguh takut.
"Aku gak liat apa-apa kak" ucapnya lirih
Plakkk
"BOHONG" Abian menampar juga membentak nya. Sungguh ini pertama kali Bian menampar seorang perempuan dan perempuan itu berstatus istrinya.Alana terhuyung, bibirnya sudah mengeluarkan darah akibat tamparan keras dari Abian.
Seolah belum puas melihat penderitaan Alana, Bian menarik kemeja Alana kuat sehingga beberapa kancing terbuka.
Setelah itu ia menghempaskan tubun Alana di dekat ranjang, hingga kepala nya mengenai kaki ranjang dan berdarah.
"Ampun... Ampun" Alana sudah tak berdaya ia terus memohon ampun.
"Ampun kata lo, lo datang ke keluarga gue dan ingin merebut semuanya"Teriak Abian dengan suara yang lantang.
" Engga, itu engga bener" Alana menggeleng kuat, sungguh yang di katakan Abian tidak ada benarnya.
"Dasar perempuan murahan" Teriak Abian lagi.
"Jaga ucapak kamu" Teriak Alana, seolah melawan ketika dirinya di hina.
Plakk
Satu tamparan kini kembali menghantam pipi kirinya setelah tadi pipi kanannya.Wajah Alana tertoleh kesamping, ia memegang pipi yang kian terasa semakin memanas. Lalu kembali menoleh untuk melihat wajah Abian.
"Kamu tau? Kesalahan terbesarku ada bertemu dengan orang tua mu secara tiba-tiba dan membawaku masuk ke dalam penderitaan ini" Ucapan dengan emosi disertai isakan.
Setelah mengatakan itu Alana berlari keluar dari kamar itu.
"Hey mau kemana lo" Teriak Abian emosi ia mengejar Alana.
Alana berlari menuruni anak tangga, karena benturan di kepalanya tadi membuat langkahnya tidak stabil sehingga Alana terjatuh dari tangga.
"Non Alana" Teriak bi Aru, ketika melihat insiden itu ia langsung berlari ke arah tangga.
Ia menghampiri tubuh Alana yang sudah tak berdaya itu dengan air mata yang berderai.
Begitu juga dengan Abian, matanya terbelalak menyaksikan Alana terjatuh dari tangga. Ia berlari menuruni tangga dan menghampiri Alana.
Bi Aru sudah menangis dihadapan Alana meminta Alana untuk bangun, Alana masih sadar namun seluruh tubuhnya terasa sakit dan tak mampu ia gerakan.
"Bawa Alana pergi dari sini bi" pintanya dengan suara lirih, sebelum matanya tertutup di sertai dengan tetesan air mata.
Abian mendengarnya.
"Al, bertahanlah kita ke rumah sakit sekarang" Kata Abian penuh dengan penyesalan.
Ia menggendong tubuh Alana dan membawa masuk ke dalam mobil.
Sigini dulu....
Bye bye👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Abian
Teen FictionAbian Putra Pratama anak tunggal dari keluarga yang berpengaruh di Indonesia. Tampan, kaya, pinter paket komplit deh pokoknya. Di usia yang masih muda dia sudah menjadi CEO di salah satu perusahaan ayahnya. Hingga suatu ketika orang tuanya mengang...