Happy Reading bestieee 🙃
.
.
.
.
.
.
."Gak mau mampir dulu pak?" tawar Alana saat mereka telah sampai di depan rumah mewah Bian. Sebenarnya Alana sudah menolak untuk di antar Helmi, namun Helmi tetep bersikeras untuk mengantarkannya.
"Lain kali aja ya, saya juga ada urusan setelah ini lagian gak enak sama tante kamu" Kata Helmi setahunya Alana pernah bilang ini rumah tantenya.
"Sekali lagi terimakasih pak" Ucap Alana sopan.
Helmi hanya tersenyum dan mengangguk lalu menjalankan mobilnya keluar dari perumahan elit itu.
Setelah mobil Helmi hilang dari pandangannya, baru Alana masuk ke dalam rumahnya.
"Assalamu'alaikum" Ucapnya begitu memasuki rumah mewah itu.
"Kok sepi ya, apa bi Aru lagi tidur" Monolognya ketika melihat keadaan rumah yang nampak sepi itu.
"Tapi gak mungkin deh, ini aja belum sampe jam 7" tak mau ambil pusing Alana langsung masuk ke kamarnya.
Setelah selesai membersihkan diri dan sholat Alana langsung berkutat dengan tugas-tugasnya.
"Al" Abian langsung masuk kedalam kamar Alana yang lebih dulu di ketuknya.
"Hmmm" Kata Alana yang masih fokus dengan laptopnya.
"Aku laper, tadi cuman sarapan doang" Kata Bian memelas.
"Emang bi Aru gak masak?" Tanya Alana.
"Di minggu ketiga di akhir bulan bi Aru pulang kampung dari jum'at sampe minggu" Kata Bian menjelaskan.
"Ohh" kata manggut-manggut mendengarkan penjelasan Abian.
"Al laperrrrrr" Kata Bian memelas sambil memegang perutnya.
Alana langsung menutup laptopnya, kemudian ia keluar dari kamarnya.
"Loh Al mau kemana?" Abian mengekor.
"Tadi katanya kamu laper, ya udah ini mau liat makanan yang ada" kata Alana sambil melanjutkan langkahnya.
Abian duduk di meja pantry yang berhadapan langsung dengan dapur. Ia memperhatikan Alana yang sedang membuka kulkas melihat bahan makanan yang ada.
"Yang ada cuma mie instan, kamu mau?" Tanya Alana, setelah melihat isi kulkas yang terlihat banyak kosong.
Bian mengangguk seperti anak kecil. Sebenarnya ia bisa saja mengorder makanan namun untuk kali ini biarlah makan mie instan tapi di masakin istri.
Alana langsung mengambil beberapa bahan-bahan dan mulai memasaknya.
Sedari tadi pandangan Abian tak luput dari Alana yang mondar mandir di area kompor.
Ahhh...rupanya begini rasa dimasakin istri. Batin Bian
Setelah selesai Alana langsung membawa masakannya ke meja pantry. Setelah meletakkannya di hadapan Bian ia langsung bergegas ke kamarkamar, namun langkah nya terhenti karena Bian menahannya.
"Mau kemana?"
"Ke kamar"
"Gak bisa, temenin aku makan dulu, aku gak bisa makan sendiri" Kata Bian lalu merenggangkan kursi di sebelahnya.
Alana yang malas berdebat langsung menarik kursi itu dan langsung duduk di samping Bian.
"Kamu gak makan?"
Dengan cepat Alana menggeleng.
"Aaaaa" kata Bian meminta Alana membuka mulutnya.
"Ayo makan, nanti masuk angin"
Sejenak Alana menatap Abian, Abian mengangguk seolah meyakinkan.
Alana membuka mulutnya dan menikmati suapan mie instan dari tangan Bian. Senang, berdebar dan malu bercampur menjadi satu dalam perasaan Alana kala itu.
Begitu juga dengan Abian, makan satu piring bahkan ia mau menyuapi Alana. Perempuan yang dulunya ia benci.
Apa begini rasanya bersikap baik sama istriistri?
Usai makan Alana langsung membersihkan meja pantry dan mencuci piring kotor. Setelah selesai menyelesaikan pekerjaannya, Alana langsung berjalan melewati Abian.
Namun Abian meraih tangan Alana, membuat Alana menghentikan langkahnya.
"Makasih ya" kata Alana sambil menatap Bian.
"Iya, aku ke kamar ya" Kata Alana sambil melepaskan tangan Bian.
Bian membiarkan Alana memasuki kamarnya, Ia tersenyum.
Kalo aku gak bisa nerima dia sepenuhnya, maka itu akan menyakitkan dia dengan sikapku yang seperti ini.
Di dalam kamar Alana duduk di atas kasurnya sambil memegang dadanya yang masih terasa berdebar.
Ada apa sama dia? Kenapa sikap Bian semanis itu? Ya Tuhan... aku gak sanggup menolak sikap baiknya, aku tau ini akan menyakitkan nantinya tapi kenapa ini begitu nyaman.
Segitu dulu ya bestieee....
Jangan lupa tinggalkan jejak...
KAMU SEDANG MEMBACA
Abian
Teen FictionAbian Putra Pratama anak tunggal dari keluarga yang berpengaruh di Indonesia. Tampan, kaya, pinter paket komplit deh pokoknya. Di usia yang masih muda dia sudah menjadi CEO di salah satu perusahaan ayahnya. Hingga suatu ketika orang tuanya mengang...