11. A2

2K 122 6
                                    

Mereka telah sampai di rumah sakit, untung jalanan malam ini tidak terlalu macet sehingga tidak perlu waktu lama untuk sampai.

Saat ini Alana sedang di periksa oleh dokter di UGD.

"Dengan keluarga pasien?" Tanya dokter ketika keluar dari ruang UGD

"Saya suaminya dok" ucap Bian penuh percaya diri.

"Apa pasien habis menerima kekerasan?"

Abian tersentak kaget mendengar penuturan dokter itu yang tepat sasaran.

"Iya dok, ada maling di rumah kami" jawab Abian bohong, ia takut semua orang tau tentang ini.

"Luka lebam dan luka di kepala istri anda mungkin akan membaik dalam waktu dekat,, hanya saja" Dokter yang ber name tag Rani itu menjeda ucapannya.

"Hanya saja apa dok?

"Istri anda akan mengalami trauma yang cukup mendalam" Ucap dokter

Sungguh Abian menyesal, ia membenci tangannya yang dengan mudahnya melakukan kekerasan terhadap perempuan terlebih itu istrinya.

Abian mengepalkan tangannya era
Ya Tuhan apa yang sudah ku lakukan..

"Pasien akan di pindahkan ke ruang rawat anda boleh melihatnya, jika istri anda sudah sadar panggil saya kembali untuk memeriksa keadannya" ucap dokter lalu meninggal Abian. Abian hanya menggangguk.

Di dalam kamar inap, pipi kiri dan kanannya nampak merah akibat tamparan yang Abian berikan tadi, bibir bawahnya juga robek serta kepala yang luka akibat benturan dari Abian dan jatuh dari tangga tadi.

Abian masuk, ia merasa sedikit iba melihat wajah gadis yang berstatus istrinya itu di penuhi dengan lebam dan luka.

Ia hanya mampu melihat tanpa, tak ingin menyentuh Alana. Bisa di pastikan Alana akan sangat membenci nya.

Ia berjalan ke sofa yang ada di dalam kamar inap Alana itu, di bukanya HP untuk melihat pesan dari sang kekasih yang ia tinggalkan tadi di restoran.Namun tak pesan yang dikirim kekasih nya itu.

Sudah satu jam berlalu Abian masih dengan ponselnya.

"Ampun... Ampun.. Ma.. Pa tolong bawa Alana pergi dari sini.. Alana gak kuat hiks...hiks"

Kata-kata itu terus keluar dari mulut Alana berulang-ulang. Abian beranjak mendekat ke Alana.

Dilihatnya mata gadis itu terpejam dan sambil menitikkan air mata. Bian mencoba membangunkannya namun nihal Alana tetap tidak bangun.

Segera ia memanggil dokter, untuk menangani Alana.

Alana telah ditangani dokter, juga sudah di beri obat penenang.

Tak lama berselang, bi Aru datang.

"Den ini pakaian aden dan non Alana" ucap bi Aru

"Sebaiknya aden mandi dulu baru pulang"

Abian mengerutkan dahinya ketika mendengar kata pulang.

Apa bi Aru tau apa yang terjadi di antara kami

"Bi... Setelah ini Bian harus apa?" Ia benar-benar frustasi, ia tidak mencintai Alana. Yang ada di hatinya hanya Yuni.. Yuni..dan Yuni.

"Lebih baik aden mandi dulu agar lebih rilex"

Bian mengangguk, lalu berjalan menuju kamar mandi.

Di dalam kucuran air shower ia benar-benar menyesal telah melukai Alana bukan hanya fisik tetapi mental juga.

Arrrggghhh... Bughhh...bughhh

Bian melayangkan pukulan ke tembok kamar madi.

___

Setelah menyelesaikan mandinya Abian berjalan ke arah sofa, tiba di sebelah tempat tidur Alana. Ia memandang sebentar wajah Alana.

Tak tega memandang wajah itu, Abian kembali berjalan ke sofa.

"Den, maaf telah mencampuri urasan rumah tangga aden dan non Alana" ucap Bi Aru, membuat Abian tersentak akan ucapannya.

"Bibi mengenal non Alana dari kecil den, dia adalah gadis periang dan baik hati" kata bi Aru

"Bibi mengenal orang tua non Alana sejak lama den, hubungan orang tua aden sangat dekat dengan orang tuanya. Persahabatan mereka sangat tulus"

"Aden tau? mereka tidak pernah membahas perjodohan walaupun tuan dan nyonya punya anak laki-laki dan orang tua Alana memiliki anak perempuan"

"Dan masalah modal itu, non Alana sungguh tidak tahu menahu tentang itu. memang orang tua non Alana memberikan modal ke pada orang tua aden. Tapi orang tua non Alana tidak pernah meminta imbalan atau balasan"

"Orang tua non Alana meninggal ketika non Alana masih duduk di bangku SMP den, semua harta kekayaan orang tuanya di rampas oleh keluarga mereka den. Itu membuat non Alana hidup mandiri sampai sekarang den, ia juga mengganti nama panggilannya agar tidak di ketahui orang, itu membuat nyoya dan tuan kesulitan mencari informasi tentang Alana"

"Hingga satu hari, nyonya dan tuan bertemu dengan non Alana dengan ketidak sengajaan den, sopir nyonya yang bercerita waktu itu bahwa ia tak sengaja ingin menabrak non Alana"

"Bibi juga tidak menyangka gadis cantik itu adalah non Putri yang bibi kenal sejak usianya masih 4 tahun, tapi nyonya bercerita bahwa non Alana adalah non Putri" Jelas bi Aru panjang lebar.

Bian diam mendengarkan penjelasan bi Aru, hatinya terasa sakit mendengar kisah gadis itu.

Tapi ia belum bisa menerima Alana, di hatinya hanya ada Yuni.

"Jadi den,,, jika aden tidak bisa memperlakukan non Alana dengan baik, lebih baik lepaskan dia. Ibu tau bagaimana sulitnya menjadi non Alana" sambung bi Aru dengan meneteskan air mata, ia tidak bisa membayangkan bagaimana hidup Alana setelah di tinggal orang tuanya.

Abian tersentak, tidak pernah ia dapati bi Aru menangis selama merawatnya dari dulu.

"Jika aden menerima takdir ini, bibi mohon perlakukan non Alana seperti aden memperlakukan nyonya dan juga saya" Kata bi Aru sesenggukan.

"Bian tau bi, yang udah Bian lakukan ini keterlaluan, tapi Bian gak cinta sama Alana bi"

"Non Alana juga tidak mencintai aden, tapi dia berusaha menerima takdir menyakitkan ini"

"Bian bingung bi, apa yang harus lakukan setelah ini" ucapnya lirih

"Jangan tanya bibi, ikuti kata hati aden"
kata bi Aru.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AbianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang