Happy Reading bestieee.....
Alana bingung harus menjawab apa atas ucapan Bian. Ia tidak boleh lemah dalam menyikapi Bian hanya karna lelaki itu bilang ingin coba buka hati, ingat ingin coba.
"Kenapa diam?, apa aku gak berhak untuk dapat kesempatan kedua?" Tanya Bian karena dari tadi ia tidak mendapat jawaban dari Alana.
"Setiap orang punya kesempatan, tapi dalam hal ini aku mau kita buat kesepakatan hitam di atas putih" Setelah Alana benar-benar memikirkan apa yang akan ia ucapkan.
"Maksud kamu kita buat surat perjanjian gitu?"
"Iya, kalau dalam waktu dua bulan kita belum bisa untuk saling mencintai maka sebaiknya kita cerai dengan cara baik-baik" Kata Alana tegas.
"Oke,,,,kamu bilang aja apa kesepakatan yang akan kita buat biar nanti asisten ku yang akan ngurusnya" Kata Bian dan kembali menjalankan mobilnya.
"Pertama aku akan bersikap selayaknya seorang istri yang melayani suaminya"
"Al kata melayani ini luas lo, aku gak mau kamu menyesal di akhir" Kata Bian dengan senyum licik.
"Luas?" Kata Alana yang masih bingung dengan maksud Bian.
"Iya bukan hanya sekedar nyiapin baju, makan dan kebutuhan lainnya tapi juga kebutuhan ranjang" Kata Bian frontal.
"Kecuali untuk hal itu, ingat ya Bian kita masih belajar mencintai" Peringat Alana sekali lagi. Bisa bisanya Bian memikirkan hal itu padahal mereka baru ingin memulai.
"Kalau udah saling mencintai boleh?" Tanya Bian dengan senyum menggoda.
Muka Alana memerah menahan malu akibat pertanyaan Bian.
"Bian jalan... Mama papa udah nungguin kita" Alana mencoba menetralisir raut wajahnya.
Kalau lagi malu-malu dia makin gemesin... batin Bian
___
Setelah sampai di rumah mewah orang tua Abian, mereka langsung masuk menuju kamar untuk membersihkan badan karena jam makan malam akan tiba.
Alana tengah membereskan barang bawannya, sementara Bian mandi lebih dulu.
Setelah beberapa menit di kamar mandi, Bian keluar dengan handuk yang hanya menutupi pinggang sampai lutut dan itu artinya ia keluar dengan telanjang dada.
Alana yang melihat sekialaspun langsung memalingkan wajahnya agar tak melihat Bian dalam keadaan seperti ini.
"Gih mandi" Perintah Bian sambil mengenakan kaos rumahannya.
Tanpa menjawab Bian, Alana langsung mengambil baju salin dalam lemari dan lari ke kamar mandi tak lupa mengunci pintu.
Ya Tuhan.... Tolong jauhkan hamba dari hal-hal seperti itu, hamba ini manusia normal. Batin Alana yang masih membayangkan perut sispack Bian.
___
Keesokan harinya, seperti biasa Bian mengantarkan Alana lebih dulu ke kampusnya. Kebetulan kampus dan kantornya satu arah.
Sampai di kantornya Bian langsung keruangan Varel.
"Rel, keruangan gue bentar" Ajak Bian setelah masuk keruangan Varel dan kembali keluar.
Varel menatap bingung kepada Bian, tidak seperti biasanya Bian memanggilnya secara langsung begini.
"Ada apa?" Tanya Varel setelah mendudukkan diri di kursi yang dihapan Bian.
Bian meletakkan selembar kertas dan dan pena kehadapan Varel.
"Tolong catet apa yang gue bilang" Perintah Bian membuat Varel mengerutkan keningnya.
Dengan santai Bian mengebut beberapa hal yang telah ia sepaki dengan Alana semalam untuk dijadikan peraturan di dalam surat perjanjian.
"Lo gila Bian, buat hal kek ginian? Kalo om sama tante tau gimana? bisa kelar hidup lu" Kata Varel.
"Ini permintaan Alana, dan buat dia sebagai pihak pertama" Kata Bian, Varel pun mengangguk.
"Yuni gimana?" Tanya Varel.
"Gue udah mantapkan hati gue buat putuskan dia dan mulai buka hati untuk Alana" Kata Bian dengan penuh keyakinan.
"Ini baru namanya Bian sahabat gue" Ledek Varel.
See you in the next chapter....
Jangan lupa vote and komen bestieee
KAMU SEDANG MEMBACA
Abian
Teen FictionAbian Putra Pratama anak tunggal dari keluarga yang berpengaruh di Indonesia. Tampan, kaya, pinter paket komplit deh pokoknya. Di usia yang masih muda dia sudah menjadi CEO di salah satu perusahaan ayahnya. Hingga suatu ketika orang tuanya mengang...