23. A2

2.2K 163 13
                                    

Happy Reading bestiee....










Sekitar jam 6 sore Bian sampai di kediaman orang tuanya, ia langsung menuju kamarnya.

Bian membuka pintu, dilihatnya Alana tengah duduk di hadapan laptop dengan earphone yang terpasang di telinga. Bian mendekat, berjalan ke arah meja belajar Alana.

"Astaghfirullah" Kata Alana terkejut, karena Bian langsung menyodorkan sebuah kertas.

Segera Alana melepas earphonenya, dan menatap ke arah Abian.

"Di baca dulu, baru di tandatangani" Titah Bian. Lalu berjalan ke kamar mandi.

Seolah mengerti apa yang di maksud Abian. Alana langsung membaca poin poin yang telah mereka sepakati sebelumnya. Dan setelah itu Alana menandatanganinya.

Ya Tuhan... Semoga hamba tidak salah dengan jalan yang hamba pilih,Batin Alana.

Sebenarnya ia cemas dengan perjanjian itu, takut menjadi malapetaka untuk dirinya sendiri. Ia takut jatuh dalam pesona Bian, sementara dirinya bukanlah tipe Bian sama sekali.

Setelah menandatangani perjanjian itu, Alana langsung menuju lemari untuk menyiapkan pakaian ganti Abian. Ia meletakkan satu kaos rumahan dan celana pendek yang sering Bian kenakan saat di rumah. Setelah itu Alana turun ke bawah.

Abian keluar kamar mandi, dilihatnya pakaiannya telah siap di atas tempat tidur. Segera ia mengenakannya dengan sedikit senyuman.

___

Paginya, Alana bangun lebih awal untuk menunaikan ibadah nya. Setelahnya ia turun ke bawah untuk membantu para art menyiapkan sarapan pagi.

"Loh Al mau kemana?" Tanya mama Hira ketika mereka berpasasan di dekat tangga.

"Mau bantu bibi ma" Kata Alana dengan senyum.

Mama Hira hanya tersenyum dan mengangguk. Sungguh ia beruntung mendapat menantu seperti Alana. Selain cantik dan sopan, ia juga suka membantu sesama.

Setelah berkutat di dapur dengan para art, Alana melihat jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Segera mungkin ia menyudahi aktifitasnya.

"Bik, Alana ke kamar dulu" Pamitnya.

"Silahkan non" Kata para art dengan sopan.

Alana naik menuju kamarnya, dilihatnya Bian masih tidur dengan selimut yang membalut tubuhnya.

"Bian, kamu gak ke kantor udah jam 6 loh" Kata Alana sambil berjalan ke arah jendela membuka hordeng kamarnya.

Bian yang merasakan sedikit silaupun hanya mengeliat saja. Sebenarnya ia masih mengantuk karena tadi malam ia mengerjakan pekerjaannya di ruang kerjanya sampai jam 1 pagi.

Alana yang melihat respon Bian hanya begitu pun langsung berjalan lagi ke arah tempat tidur.

"Bian,, ini udah jam 6 loh" Kata Alana lagi dan membuka selimut yang menutupi tubuh Bian. Ia tidak takut lagi karena ini sudah menjadi salah satu kewajiban dirinya sebagai seorang.

"Hmmmm" Kata Bian lalu duduk dengan punggung yang di sandarkan di kepala ranjang.

Alana hendak pergi, namun Bian langsung menarik tangannya. Karena ketidakseimbangan tubuhnya membuat Alana jatuh dan terduduk di atas kedua kaki Bian.

Alana yang menyadari posisi mereka pun, langsung ingin berdiri kembali. Namun dengan cepat Bian memeluk Alana.

"Morning wife" Kata Bian dengan suara khas bangun tidur dengan posisi yang masih berpelukan.

Alana yang mendapat perlakuan seperti itupun sontak jantungnya berdisko ria. Ia tidak menolak dan namun tidak juga membalas pelukan Bian.

"Bian....ihhh lepas" Alana sedikit kesal, karena dari tadi Bian tidak melepaskan pelukannya.

"Kenapa sih Al?" Kata Bian melepaskan pelukannya, tapi kini kedua tangannya memegang kedua bahu Alana.

Kini mereka saling tatap, Alana dapat merasakan tak ada tatapan kebencian dari netra Bian dan hanya ada tatapan ketulusan.

Sama halnya dengan Bian, ia fokus terhadap wajah cantik di hadapannya. Dan yang menjadi titik fokusnya adalah bibir ranum, tipis, dan merah milik istrinya.

Bian mendekatkan wajahnya ke wajah Alana, dekat dan semakin dekat.

Cup.

Bian mengecup bibir Alana lama. Ia dapat mendengar detak jantung Alana yang tidak stabil membuatnya tersenyum dalam hati.

Ceklek

"Astaghfirullah....serius mama gak liat apa-apa" Kata mama Hira yang berada di pintu karena melihat posisi Alana.

Hal itu sontak membuat Bian dan Alana melepaskan bibir keduanya yang masih menyatu dan melihat ke arah pintu.

Cepat-cepat mama Hira, keluar dari kamar itu dan menutup kembali pintunya. Sungguh ia menyesal telah mengganggu acara anak  menantunya barusan. Namun ada perasaan senang di hatinya melihat adegan keduanya barusan.

Alana sudah siap dengan pakaian kuliahnya, ia duduk di depan meja hiasnya. Sungguh ia malu memikirkan hal tadi.

Kenapa bisa kecolongan sihh... Batin Alana memegang bibirnya yang di kecup Bian tadi.

Bian yang masih melihat Alana yang berdiam diri di depan meja hiasannya pun sontak bingung melihat raut wajah Alana.

"Loh Al, kenapa gak turun" Tanya Bian, ia menyisir rambutnya agar terlihat lebih rapi.

"Malu tau sama mama" Kesal Alana, sungguh ia tidak mau melihatkan wajahnya ke Mama Hira.

"Ya Allah Al, kamu masih mikirin tadi" Kata Bian menahan tawanya.

Alana dapat melihat wajah menyebalkan Bian dari cermin.

"Tapi malu sama mama" Kata Alana cemberut, karena dari tadi hanya ia yang malu sementara Bian hanya enteng-enteng saja.

"Ngapain malu sih, mama juga pernah muda tau" Kata Bian, kemudian ia menarik tangan Alana keluar kamar menuju meja makan.













Segitu dulu ya bestiee.....

Jangan lupa jejaknya ya.

Maaf part ini ngebosenin ya🙏


See you in the next chapter...






AbianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang