Secrets [EUNBO]

Secrets : Chapter 1

Cerita ini terinspirasi dari film 365 Days : Season 1 & 2, dan juga dari salah satu OST-nya : Natalia Krakowiak – Secrets.

Jika ada kesamaan dalam penulisan dengan beberapa adegan dari film, mohon dimengerti. Dalam hal ini, mungkin akan diambil sedikit masukan dari adegan tersebut.

Terima kasih dan selamat membaca 😉

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

──✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿──

WARNING!!!
AISTHOR REMINDED!!

Bagian ini mengandung (kata/foto/gif) unsur konten dewasa/mature ‘BxG’

Yang merasa jijik/bocil/belum 18 tahun+, silahkan out sekarang juga!

Aisthor harap, para pembaca bisa bijak dalam membaca bagian ini, terima kasih.

──✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿✿──

“Eunghhh….”

Desahan yang didengar oleh telinganya sangat membuatnya semakin gila.

Seorang wanita yang tengah dimanjakan oleh pria bernama Jovan terlihat menyukai pergerakan jari-jarinya yang dimainkan di bawah sana.

Semakin cepat dan semakin intens, Jovan pun akan merasakan kesenangan yang sama jika wanita tersebut menyukai permainannya.

“Aku ingin lebih, Jovanhhh….”
Mendengar rintihan dengan nada khasnya, Jovan menyeringai puas karena inilah yang sudah ditunggunya.

Jovan menaiki tubuh wanita seksi yang telah terkapar di atas ranjang. Diciumlah setiap inci dari tubuh menggoda itu. Setiap dia memberi sentuhan atau ciuman, desahan pelan selalu terdengar.

Dia tidak akan membiarkan permainannya berjalan cepat. Semua hal yang dilakukan harus terasa memuaskan. Dan jika tidak, maka dia akan terus mengulanginya.

“Kamu menginginkan sesuatu dari milikku ini kan, sayang?” bisiknya menggoda pada telinga wanita beradarah Cina seraya tangan dari wanita itu diarahkan ke bagian miliknya yang sensitive.

Xeena tersenyum tipis lalu mengecup bibir pria yang tengah menatapnya dari atas tubuhnya.

“Ya, aku menginginkannya. Lakukanlah sesuai iramamu.”

Jovan tersenyum senang, dia pun memberi satu kecupan manis pada kening si wanita lalu segera melanjutkan permainannya.

Cepat atau lambat, itu tidak lagi penting bagi Xeena. Selagi pria yang dicintainya itu memberikan kenikmatan untuknya, itu sudah cukup. Meski dia mencintainya, namun sampai saat ini pria bermarga Son itu tidak sepenuhnya memberikan kepuasannya.

Dan hal tersebut kembali terjadi. Di saat Xeena memintanya untuk mengeluarkannya di dalam, Jovan selalu tidak melakukannya.

“Kenapa tidak, Jovan? Apakah kamu tidak mencintaiku lagi?” keluh Xeena.

Jovan menghela napasnya, “sudah berapa kali aku bilang, aku hanya ingin melakukannya sampai di situ saja.”

Xeena ingin membujuk dan merayunya lagi, namun Jovan segera pergi ke kamar mandi.

Raut wajah Jovan yang seharusnya senang dengan permainan yang tadi telah dimainkan, kali ini tidak. Entah mengapa, belakangan ini dia tidak terlalu merasa puas.