Secrets : Chapter 16

449 47 10
                                    

Kecelakaan yang dialami oleh Jovan memang terbilang seperti biasa saja, tetapi karena kepala Jovan membentur sebuah batu yang dimana terdapat beberapa sisinya runcing dan tajam, membuat kedua pelipisnya mengalami robekan yang cukup parah.

Para dokter bahkan harus melakukan tindakan operasi karena ada serpihan lain yang ternyata masuk ke bagian tengkoraknya. Mengenai lengan kiri, Jovan sepertinya harus bersabar karena tulangnya mengalami keretakan, dan untuk masa penyembuhannya memang tergolong cukup lama. Ya, itu mungkin akan terjadi jika tidak ditangani oleh dokter-dokter spesialis.

Sudah hampir memasuki minggu kedua, mafia Jovan Son belum sadar. Dokter sempat mencurigai ketidaksadaran Jovan dikarenakan bekas luka tembakan di sisi kiri perutnya. Dan ya benar saja, kecelakaan yang terjadi nyatanya tidak hanya merugikan pelipis dan lengannya, bekas luka tembakan yang sudah tertutup sedikit terbuka.

Beberapa penanganan harus dilakukan oleh dokter, mereka berharap apa yang tadi mengenai luka tembakan tidak membuat keadaan Jovan semakin parah.

“Bagaimana dengan kondisi putra saya? Apakah dia akan segera siuman?” tanya Tuan Hubert, Ayah kandung Jovan.

“Untuk sekarang Tuan Jovan masih belum sadar, tetapi setelah tadi melakukan beberapa pengecekan, kami pikri Tuan Jovan akan segera terbangun dari komanya.”

Tuan Hubert sedikit bisa bernapas lega mendengar penuturan dari salah satu dokter yang menangani putra tunggalnya.

Dilihatlah sang putra yang masih terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dengan beberapa alat bantu di tubuhnya, Tuan Hubert tidak bisa menahan tangisnya, dia sangat takut kehilangan seseorang yang kini hanya dialah yang sangat disayangi dan dicintainya.

“Helen, maafkan aku karena aku belum bisa menjaga putra kita dengan sebaik mungkin. Setelah semuanya kembali normal, akan kubawa Jovan ke jalan yang lebih baik.”

Seseorang mendekati Tuan Hubert, sebelumnya dia juga kembali meminta maaf atas apa yang terjadi karena ulahnya.

“Tidak, Julia. Semua ini bukan salahmu. Jika Jovan mengetahui kamu terus menyalahkan dirimu, dia tidak akan senang.”

“Jika seandainya saya tidak mengatakannya, mungkin semua ini tidak akan terjadi.”

Tuan Hubert sudah berulang kali meminta Julia untuk berhenti menyalahkan diri, dan sepertinya Julai terkadang tidak bisa mengontrol dirinya. Saat Ayah kandung dari pria yang dicintainya hendak berbicara, seorang pria paruh baya memanggil namanya.

“Tuan Brizio? Mengapa Anda datang kemari? Bukankah saya-”

“Iya, saya tahu. Anda melarang saya untuk tidak menjenguk Jovan, tetapi sekali lagi tolong mengertikan kondisi kami.”

Tuan Hubert menghela napasnya kasar, dia pikir hanya Tuan Brizio saja yang mengalami hal pilu? Tuan Hubert justru lebih menyakitkan, setelah kehilangan istri tercintanya, kini dia dihadapi dengan kondisi putra tunggalnya terbaring lemah di rumah sakit.

“Saya sama sekali tidak terkait dengan rencana yang dilakukan kakak saya. Tolong percayalah, Tuan Hubert.”

“Anda terkait atau tidaknya, itu urusan kepolisian dan hakim. Yang jelas, Anda harus tetap datang dalam persidangan untuk memberikan kesaksian.”

Saat Tuan Hubert mengetahui rahasia (?) dan alasan mengapa putranya tetap bungkam untuk tidak memberitahukannya, perasaan ketidaksukaan terhadap Julia seakan muncul lagi, tetapi setelah penyelidikan yang dilakukannya yang dimana sang putra begitu mencintai wanita kerabat dari sang pembunuh, Tuan Hubert tengah berada dalam dilema besar.

Satu sisi dia harus menghormati perasaan putranya terhadap Julia, di satu sisi lainnya dia harus ingat bahwa Paman dari Julia adalah pelaku yang telah membunuh istrinya, dan mungkin saja Ayah kandungnya terlibat juga. Tuan Hubert tidak membenci Julia, hanya saja dia diharuskan untuk bisa mengontrol perasaannya agar tidak menimbulkan sesuatu yang mungkin tidak disukai putranya.

Secrets [EUNBO] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang