Chap 5

1.5K 131 14
                                    

Jeno kembali bersama Mark dan Sungchan ke mansion mewah yang mereka tempati, ia melihat sekeliling dan tak mendapatkan Jaemin dimana pun.

"Apakah kau melihat Jaemin?" Tanya Jeno pada salah satu pelayan di mansion mewah itu

"Maaf tuan, tuan Jaemin sedang berada dikamar pribadinya dan tak dapat diganggu sekarang tuan." Jawab maid tersebut kepada Jeno

"Baiklah kalau begitu, kau boleh melanjutkan pekerjaanmu."

"Baik tuan, saya permisi." Pelayan itu pun langsung menyingkir dari hadapan Jeno.

Setelah melihat pelayannya kembali melakukan pekerjaan di mansion mewah itu, Jeno melangkahkan kakinya menuju kamar pribadi Jaemin.

Ia hendak mengetuk pintu itu saat isakan kesakitan dan desahan terdengar sangat jelas oleh Jeno, sudah dapat dipastikan kalau Jaemin sedang melakukan hubungan seksual dengan pemaksaan lagi terhadap dokter muda itu, Park Jisung.

***

Jeno berbalik menuju kamar pribadinya, dirinya kembali teringat akan wajah khawatir Renjun yang sayangnya tetap menampakkan kecantikan yang sangat ia sukai.

Ia meremas kuat tangannya, ia dilema sekarang antara membantu Renjun atau tetap setia kepada Jaemin. Ia tahu resikonya sangat besar apabila ia berkhianat kepada Jaemin, karena Jaemin tak akan segan-segan membunuhnya juga.

Namun, wajah Renjun dan setiap perkataan yang Renjun katakan tentang dirinya selalu terngiang-ngiang, pemuda manis itu sangat mempercayainya dan mengira bahwa ia orang yang sangat baik.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kenapa aku terus memikirkan Renjun?"

Jeno menggelengkan kepalanya kuat, ia tak mungkin menjadi lemah hanya karena pemuda manis itu kan? Penjahat sepertinya tak mungkin jatuh cinta kan?

"Arghhh sialan!" Jeno berteriak frustasi dan mengacak rambutnya kasar

"Jeno, kau tak apa kan?" Suara itu, suara Mark yang menanyakan keadaanya

"Tak apa kak Mark, aku baik-baik saja." Jeno berusaha menjawab seperti biasanya

"Baiklah kalau begitu Jeno, aku pergi dulu untuk menjemput Haechan." Mark berpamitan kepada Jeno

"Hati-hati kak Mark, sampaikan salamku kepada Haechan." Balas Jeno

"Oke!"

Terdengar langkah kaki Mark meninggalkan tempat itu.

"Maafkan aku Jaemin, tapi aku akan menolong Jisung untuk Renjun"

***

Jisung menarik selimutnya untuk menutupi tubuh telanjangnya. Air matanya mengalir membasahi pipinya, tubuhnya seakan mati rasa saat di paksa melayani nafsu Jaemin dari jam 12 siang sampai jam 8 malam.

Cklek!

Suara pintu terbuka membuyarkan lamunan Jisung, terlihat Jaemin yang baru saja selesai mandi melangkah keluar dari kamar mandi. Jaemin mengeringkan rambutnya dengan handuk sembari melangkah menuju lemari untuk mengganti jubah mandinya dengan pakaian tidur.

Setelah mengenakan pakaian tidurnya, Jaemin mendekati Jisung dan duduk di atas kasurnya di samping Jisung yang sedang bersandar di headboard. Jaemin mengangkat tubuh Jisung ala bridal style dan membawanya ke kamar mandi dan menaruhnya di dalam bathtub.

"Kalau sudah selesai panggil saja aku" ucap Jaemin lalu mencium lembut dahi Jisung. Jaemin berbalik ingin pergi namun sebelum dirinya menutup pintu kamar mandi, Jisung lebih dulu memanggilnya.

"Jaemin" panggil Jisung takut.

"Hm"

"Bolehkah--"

"Tidak, jika kau ingin aku membebaskan mu maka jawaban ku adalah tidak"

"Tetapi kakak ku pasti sangat mengkhawatirkan sekarang. Dia adalah keluarga ku satu-satunya yang tersisa. Tolong lepaskan aku" Jisung memohon.

"Tidak dan tidak! Aku membutuhkan tubuh mu untuk menghibur ku"

Setelah berucap demikian, Jaemin menutup pintu kamar mandi itu. Meninggalkan Jisung sendiri yang sedang menangisi hidupnya.

***

Jisung dituntun Jaemin menuruni anak tangga, membawanya untuk makan malam karena ia tahu Jisung belum makan sedari tadi.

Meja makan itu terasa sepi hanya ada mereka berdua di situ. Mark Beserta Jeno dan Sungchan sedang meninggalkan mansion mewah itu karena ada keperluan pribadi yang mereka lakukan.

"Duduklah, ambilkan makanan dan suapi aku!" Jaemin berucap setelah menuntun Jisung untuk duduk dikursinya sendiri.

"Ba-baiklah Jaemin, akan aku ambilkan untukmu." Jisung menundukkan kepalanya sambil mengambilkan makanan untuk Jaemin

Jisung menoleh ke kanan, mengambil sedikit nasi beserta lauk dan mengarahkan ke hadapan Jaemin yang sedang menatapnya secara intens.

"Duduk di pangkuanku, dan suapi aku."

Setelah berkata seperti itu Jaemin menarik pinggang ramping Jisung dan mendudukan Jisung paksa di pangkuannya.

Jisung hanya mampu menuruti semua permintaan Jaemin, ia takut saat ia menolak maka Jaemin akan menyiksanya lagi.

"Suapi aku, dan jangan sampai ada sebutir nasi pun yang jatuh. Kalau tidak kau akan rasakan akibatnya sayang!" Jaemin menyeringai dan dengan cepat tangannya masuk kedalam baju Jisung, meremas sensual pinggang ramping itu dengan tangan kanannya dan sebelah tangannya lagi mengusap dan memelintir puncak dada Jisung kasar

Jisung memegang erat piring makan itu setelah berhasil menyuapi Jaemin, ia berusaha mati-matian agar tak menjatuhkan sebutir nasi pun disaat bagian tersensitif tubuhnya di permainkan Jaemin dengan lihainya.

"Kau juga harus makan sekarang!"

Tanpa diduga Jisung, Jaemin mencengkram erat dagunya dan mencium bibir itu dalam pagutan yang kasar hingga ia dapat merasakan saat Jaemin mendorong nasi beserta lauk yang tadi ia suapkan kepada Jaemin sekarang berpindah ke dalam mulutnya.

"Kunyah dan telan itu sayang!" Jaemin menatap Jisung tajam membuat pemuda manis itu mau tak mau mengunyah dan menelan makanan yang ditransfer dari mulut Jaemin tadi.

Jaemin tersenyum lalu menepuk-nepuk pelan bokong Jisung "anak pintar" ucapnya lembut.

Jisung diam. Ia ingin beranjak dari pangkuan Jaemin namun sebelum itu terjadi Jaemin lebih dulu memeluk pinggangnya erat dan menatapnya tajam.

"Tetaplah seperti ini!" datar, dingin, dan sarat akan ancaman.

Jisung hanya bisa menurut, ia tidak ingin Jaemin menyiksanya atau lebih parahnya Jaemin akan membunuhnya. Jisung masih ingin hidup walaupun masa depannya hancur setidaknya ia masih ingin hidup untuk kakaknya yaitu Renjun.










TBC.




Don't Need Your Love [Re-publish] 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang