Mata yang terpejam itu secara tiba-tiba saja terbuka, keringat membasahi dahinya dengan jantung yang berdegup kencang. Ia melihat sekeliling ruangan dan bernafas lega saat mendapatkan kakaknya Renjun sedang berbaring diranjang yang sama dengannya.
"Lagi-lagi mimpi menakutkan yang sama, aku takut kalau Jaemin sampai menemukanku kembali." Jisung berucap pelan dan menatap Renjun dengan wajah ketakutan yang kentara.
Ia menghela nafasnya pelan lalu melirik jam weker disamping tempat tidurnya yang menunjukan pukul 5 pagi. Hari sudah pagi, ia memutuskan untuk bergegas turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.
Tidak butuh waktu lama, Jisung sudah keluar dengan wajah segar serta sudah mengganti pakaiannya dengan kemeja biru muda dan celana panjang. Ia cepat-cepat keluar dari kamar dan menyiapkan bahan makanan dan mulai memasak, tak lupa menggunakan apron untuk melindungi kemeja biru mudanya.
Bau harum makanan jelas tercium membuat Renjun terbangun dari tidurnya dan langsung mencari keberadaan Jisung. Ia berjalan gontai ke arah sang adik yang terlihat sangat rapi pagi itu.
"Adek mau pergi kemana pagi-pagi seperti ini?" Renjun bertanya heran kepada Jisung.
Jisung membalikkan badannya dan tersenyum melihat keberadaan sang kakak.
"Kakak sudah bangun?"
"Emm aku akan kembali bekerja di Rumah Sakit kak." Lanjut Jisung menjawab pertanyaan Renjun.
Renjun memasang wajah tak percaya dengan ucapan Jisung yang ingin kembali bekerja di Rumah Sakit.
"Apa yang adek pikirkan? Bagaimana kalau Jaemin dan orang-orangnya sampai menemukan adek kembali? Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang lebih buruk lagi?" Renjun kalut, ia takut terjadi hal buruk lagi kepada adiknya.
Jisung meletakkan makanan yang sudah jadi di meja makan mereka berdua dan berjalan pelan kearah kakaknya.
"Kakak jangan berpikiran jauh seperti itu, aku akan baik-baik saja kak. Percayalah." Jisung berusaha meyakinkan kakaknya.
"Tidak adek, kau harus tetap berada dalam apartemen ini. Uang dari usaha kakak cukup untuk menghidupi kita berdua, jangan pikirkan untuk bekerja lagi." Renjun menatap sang adik memohon.
"Kak, kakak sangat mengenalku kan? Kakak pasti tau dengan jelas menjadi dokter adalah impianku sejak dulu, aku ingin selalu bisa menyelamatkan banyak orang yang membutuhkan bantuanku." Jisung menatap kakaknya lagi dengan senyuman- "Dulu .. kita tidak bisa berbuat apapun saat kehilangan ayah dan ibu serta paman dan bibi, dan itu membuat kita sangat terpukul dengan kepergian mereka semua bukan? Maka dari itu kak, apapun resikonya nanti .. aku ingin tetap menjadi dokter dan menyelamatkan banyak orang." Airmata Jisung menetes saat melihat kakaknya yang terlihat menangis didepannya.
Jisungpun lantas memeluk erat Renjun.
"Aku berjanji akan baik-baik saja kak, adek kecilnya kakak ini bakalan baik-baik saja."
"Kau semakin membuatku ingin menangis dek, kakak sayang sekali sama adek. Baiklah, bekerjalah dengan baik dan pulanglah kembali kepada kakak dengan selamat." Renjun membalas pelukan erat Jisung.
"Hehehe kalau begitu berhenti menangisnya kak, sekarang kita sarapan bersama karna aku ingin kakak tidak telat mengantarku bekerja hari ini." Jisung melepas pelukan mereka berdua dan menarik sang kakak kearah meja makan untuk sarapan pagi bersama.
•
•
•
•
•
•"JAEMANNNNN!!!!"
Pagi Jaemin sudah terasa buruk saat mendengar lengkingan teriakan dari seseorang yang sangat ia kenali itu. Ia beranjak dari kasur empuknya dengan tidak rela dan melangkah keluar kamar lalu menuruni anak tangga.
"Ada apa?"
Suara berat Jaemin mengejutkan seorang lelaki yang tengah duduk di sofa sambil menyilang kan salah satu kakinya.
"Kau semakin jelek saat bangun tidur"
"Apa kau kemari hanya untuk mengatakan itu?" Jaemin menyugar rambutnya ke belakang dan menatap datar lelaki yang mengganggu tidurnya itu.
"Antar aku periksa kandungan hari ini"
"Mark mana?"
"Bukannya kau memerintahkan nya untuk memeriksa paket yang akan datang di markas kalian?"
"Kalau begitu aku akan menelpon nya untuk kembali dan mengantarkan mu"
"Tidak perlu! Itu akan sangat lama. Kau cukup antar kan aku ke rumah sakit sekarang"
"Aku tidak mau"
"Jaeman!"
"Namaku Jaemin, Haechan. Jangan melewati batasan!"
Haechan berdecih lalu mengusap lembut perutnya yang telah membesar. "Nak, kau dengar kan om iblis mu itu tidak ingin mengantarkan papi. Kalau ada apa-apa dengan mu salahkan saja om iblis mu ini"
Jaemin menatap Haechan tajam lalu kemudian berbalik dan melangkah kembali ke kamarnya.
"Anak itu tidak pernah berubah" gumam Haechan memperhatikan punggung Jaemin yang telah menjauh. "Nak, menurut mu apa om iblis mu itu bisa bertemu dengan sosok malaikat yang mau mendampinginya dengan setulus hati?" Haechan bertanya pada malaikat kecilnya yang masih berada di perutnya.
Haechan merasakan tendangan kecil di dalam perutnya. Malaikat kecilnya merespon pertanyaannya. Apa itu berarti sepupu iblis nya itu benar-benar akan bertemu dengan sosok malaikat?
"Papi harap juga begitu nak. Papi harap Tuhan mau berbaik hati pada om mu itu untuk mengirimkan sosok malaikat yang dapat mendampingi om iblis mu itu"
Tidak lama Jaemin kembali menampakkan dirinya. Penampilannya terlihat lebih rapi daripada sebelumnya. Kaos putih dibaluti jas abu-abu dan celana kain yang selaras dengan warna jas nya.
"Masuk ke mobil" Jaemin berucap datar sembari melangkahkan kaki ke luar dari mansion nya.
Haechan berdecak namun sesaat kemudian ia tersenyum. "Lihatlah om mu nak, sepertinya dia akan menjadi ayah yang sangat baik suatu saat nanti"
•
•
•
•
•"Jaga diri mu baik-baik. Kalau ada apa-apa hubungi saja kakak" Renjun berucap lembut.
Jisung menganggukkan kepalanya lucu. Melihat ekspresi menggemaskan adik bungsunya itu, Renjun jadi tidak tahan untuk tidak mencubit gemas pipi mochi adiknya yang sudah menjadi favoritnya itu.
"Cium dulu sini" Renjun menunjuk pipinya.
Cup!
Jisung mengecup singkat pipi Renjun dan itu membuat Renjun tersenyum lebar.
"Aku masuk dulu ya kak" Jisung berucap dan turun dari mobil lalu menutup pelan pintu mobil Renjun.
Jisung melambaikan tangan pada Renjun dan dibalas oleh Renjun juga. Jisung berbalik dan berlari kecil masuk ke dalam rumah sakit. Setelah memastikan Jisung masuk barulah Renjun menjalankan mobilnya meninggalkan tempat itu.
****
"Aku akan bertemu dengan dokter pribadi ku sebentar, kau jangan kemana-mana" ucap Haechan sebelum turun dari mobil Jaemin yang di balas deheman oleh Jaemin.
Jaemin memejamkan matanya dan menyandarkan punggungnya nyaman untuk tidur sebentar di mobilnya sembari menunggu Haechan.
"JISUNG TUNGGU AKU"
Kelopak mata Jaemin terbuka cepat saat mendengar seseorang menyebut nama yang akhir-akhir ini memenuhi pikirannya. Ia melepaskan seat belt nya dan turun dari mobil. Ia mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang membuatnya hampir gila.
"Dia pasti ada disini, aku sangat yakin. Aku tidak mungkin salah dengar. Aku pasti akan menemukannya lalu aku akan memberinya hukuman yang nikmat. Ahhh....sungguh surga dunia"
TBC.
Simi dan JaemsungSupremacy up lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Need Your Love [Re-publish] 🔞
FanfictionKetika sosok yang dianggap Malaikat dipertemukan dengan sosok Iblis, keduanya akan sangat bertolak belakang. Ketika yang satunya bernafsu untuk menghilangkan nyawa maka sudah menjadi tugas yang satunya untuk menyelamatkan nyawa itu. ∆ BxB! ∆ NO SALP...