Chap 11

1.2K 121 16
                                    

Jeno mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, melaju membelah jalanan yang sudah mulai sepi karena sebentar lagi menuju tengah malam. Disebelahnya Sungchan hanya bisa terdiam kaku. Ia mengusap wajahnya kasar karena harus masuk ke dalam rencana Jeno.

Jaemin itu bisa sangat kejam dalam menghukum tergantung kesalahan orang itu. Dan dalam kasus dirinya dan Jeno, Sungchan sudah yakin kalau nyawa merekalah taruhannya kali ini. Tetapi menolak pun tetap saja nyawanya melayang karena Jeno mengancamnya jika tidak mengikuti rencananya maka ia akan dibunuh Jeno. Serba salah Sungchan tuh.

"Tidak usah dipikirkan, semua akan baik-baik saja untuk sekarang" Jeno berucap, menenangkan Sungchan yang duduk tidak tenang disebelahnya.

"Kau tidak lupa 'kan betapa kejamnya Jaemin dalam menghukum orang yang dianggap berkhianat padanya?"

"Dia tidak akan begitu denganku"

"Kau sahabat lamanya, sialan. Orang yang paling ia percayai dan sudah dekat dengannya. Kau tahu dia dan apa yang ada dipikirannya, sedangkan aku? Bagaimana jika dia membunuhku?"

"Aku akan melindungi mu, kau tenang saja"

Drrrtttt drrrtttt drrrtttt....

"Wow bung, seperti dugaan kita Mark menelpon"

"Angkat lah, aku tahu Jaemin sekarang sedang melacak kita beruntung kita sudah memikirkan ini sejak awal"

"Hallo Mark"

"Mana Jisung? Bukannya kau bilang pada Jaemin dia ada disini?"

"Soal itu aku tidak tahu"

"Apa kau sedang bermain-main dengan ku?"

Sungchan terkejut saat suara datar Jaemin terdengar dari seberang telepon. Ia menghembuskan napasnya perlahan untuk mengatur detak jantungnya sebentar.

"Bu-bukan begitu Jaem, aku ada urusan dengan Jeno tadi dan kami sedang dalam perjalanan pulang sekarang. Aku hanya melihat sekilas Jisung ada disana dan aku tidak tahu jika dia sudah pergi"

"Hmm, apa Jeno bersama mu?"

"Iya, ada apa memangnya?"

"Suruh dia temui aku di ruang pribadiku nanti ada yang ku bicarakan dengannya"

"Baik akan ku sampaikan"

Tut Tut Tut......

"Jen--"

"Aku mendengarnya. Aku akan menunggunya datang nanti"

Sementara itu di lain tempat Jaemin mengusap wajahnya kasar saat ia melacak keberadaan Jeno dan Sungchan, mereka berdua memang tengah menuju mansion Jaemin.

"Bagaimana?"

"Ayo pulang, aku akan memastikan sesuatu dengan caraku sendiri"

***

Jisung membuka kelopak matanya perlahan, mengerjapkan matanya beberapa kali dan menemukan keberadaan Renjun dan Chenle yang menatapnya khawatir

****

Mark menghentikan mobilnya setelah memasuki halaman mansion Jaemin. Keduanya turun dari mobil dan melangkah memasuki mansion Jaemin. Di ruang tamunya ada Sungchan yang tengah menikmati sebotol vodka sembari memainkan ponselnya.

"Mana Jeno?"

"Dia menunggumu di tempat yang kau katakan tadi"

Jaemin kembali langkahkan kaki menuju ruang pribadinya sedangkan Mark langsung mendudukkan dirinya di dekat Sungchan.

"Kau tahu, Sungchan? Jaemin bukan orang yang mudah untuk ditipu"

"Iya, aku tahu. Itulah kenapa dia paling ditakuti"

"Jadi......dimana kalian menyembunyikan Jisung sekarang?"

Deg!!

Melihat ekspresi terkejut Sungchan, Mark terkekeh membuat Sungchan semakin gugup.

"Tidak usah terkejut begitu aku hanya bercanda karena aneh saja pihak rumah sakit bahkan tidak tahu Jisung keluar dari ruangan tempat dia dirawat"

"Aku tidak tahu apapun" jawab Sungchan datar.

"Memangnya kalian ada urusan apa berdua?"

"Hanya mengecek barang"

Mark mengangguk-anggukkan kepalanya  mendengar jawaban Sungchan. Ia menepuk bahu Sungchan membuat kening Sungchan mengerut, ia bingung.

"Berdoa saja Jaemin masih menyayangimu sehingga kau tidak cepat-cepat bertemu malaikat maut mu"

Deg!!

****

"Wow bung, apakah sudah lama kau duduk disini?"

"Ada apa memanggil ku, Jaem?"

Jaemin tersenyum sembari menuangkan wine pada gelas Jeno lalu untuk nya juga. Jeno menatap Jaemin datar, ia tahu ada yang tidak beres disini.

"Korea Selatan itu luas. Kira-kira menurut mu di mana tempat bunga terindah yang tiada duanya?"

"Untuk apa kau bertanya seperti itu?"

"Hanya ingin saja. Aku ingin menghadiahkan nya untuk Haechan, dia sebentar lagi akan melahirkan"

"Bagiku tidak ada bunga yang indah di dunia ini"

Jaemin tersenyum smirk. "Aku tahu kau tahu tempatnya hanya saja tidak ingin memberitahu ku"

"Kau bercanda? Kau tahu sendiri 'kan aku tidak pernah jalan-jalan?"

"Apa kau setega itu pada keponakan ku nantinya? Bukankah kita sudah seperti saudara kandung? Kau juga akan menjadi paman nantinya"

Jeno menghela napas. Ia memang tidak tahu banyak tempat kecuali satu tempat karena itu baru saja ia lalui tadi dan di tempat itu ia memang ada melihat toko bunga yang menjual banyak sekali bunga-bunga cantik.

"Busan, jalan xxxx disitu ada toko bunga terkenal"

"Baiklah terimakasih infonya, kau boleh keluar sekarang"

"Hanya itu yang ingin kau bicarakan?" Jeno menatap Jaemin tidak percaya.

Jaemin mengangguk lalu kemudian tersenyum tipis. Membuat Jeno kebingungan dibuatnya. Jeno menggelengkan kepalanya lalu beranjak dari duduknya dan melangkah keluar dari ruangan pribadi Jaemin.

Ekspresi Jaemin berubah dalam sekejap. Mengambil ponselnya yang ada di saku celananya lalu menekan nomor seseorang untuk dihubungi.

"Busan, jalan xxxx. Cari Jisung disana. Jangan kembali sampai kalian menemukannya. Dia tidak boleh lecet sedikitpun, jika dia lecet maka kepala kalian akan lepas dari tempatnya. Mengerti?!"

"........"

Jaemin memutuskan panggilannya sepihak setelah mendengar jawaban yang ia harap dari seberang telepon. Melempar ponselnya ke atas kasurnya dan memandang jauh ke arah luar jendela.

"Aku sangat benci pengkhianatan!"










TBC.

Simi dan Zia  JaemsungSupremacy up lagi

See you next chap 👋

Don't Need Your Love [Re-publish] 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang