Chenle memandang wajah sahabatnya itu sedih. Ia sangat terkejut saat menemukan Jisung jatuh tergeletak tak sadarkan diri didalam toilet Rumah sakit, Chenle yang kalut pun segera meminta pertolongan dan disinilah sekarang Jisung berada. Terbaring lemah dengan wajah yang terlihat memucat.
Chenle menggenggam tangan Jisung dengan erat. Ia menghembuskan nafasnya pelan saat dokter yang memeriksa Jisung memberitahukan sesuatu yang mengejutkan dirinya.
"Sebaiknya segera hubungi keluarga Dokter Jisung .." Ucap seorang dokter yang baru saja selesai memeriksa keadaan Jisung.
"Baiklah Dok. Terimakasih atas bantuannya, saya akan segera menghubungi kakak kandung dari Dokter Jisung sendiri." Chenle membungkuk sopan kearah Dokter seniornya itu.
Dokter itupun hanya menepuk bahu Chenle pelan dan berjalan keluar dari ruangan rawat Jisung.
Chenle mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi Renjun. Tak butuh waktu lama panggilan itu langsung diterima.
"Kak Renjun, bisa datang ke Rumah Sakit sekarang? ..... Jisung pingsan, dan ada sesuatu hal yang harus aku beritahukan kepada mu kak." Ucap Chenle kepada Renjun disebrang sana.
Tutt !!
Panggilan berakhir, Chenle memilih duduk disamping ranjang pasien Jisung menunggu kedatangan Renjun.
*
*Renjun terlihat gelisah setelah selesai mendapatkan panggilan dari Chenle.
"Jeno, maafkan aku. Aku harus pergi ke Rumah Sakit Jisung sekarang, Jisung pingsan dan aku takut terjadi sesuatu yang buruk padanya." Renjun segera berdiri dan hendak pergi saat Jeno menahan tangannya.
"Kenapa Jeno? Aku harus segera ke Rumah Sakit sekarang. Adikku pasti sangat membutuhkan ku." Renjun kalut.
"Jangan menyetir dalam keadaan kalut seperti ini sendiri. Biarkan aku yang mengantarkanmu kesana." Jeno menatap Renjun meminta ijin untuk mengantar lelaki manis itu.
"Baiklah. Sekali lagi terimakasih Jeno, kau sangat baik kepadaku dan juga adikku." Renjun tersenyum dengan mata berkaca-kaca.
"Aku bukan orang baik. Tapi aku sangat ingin menolongmu dan adikmu, ayo kita pergi sekarang." Jeno menarik tangan Renjun kearah mobilnya, sama sekali tidak merasakan seseorang mengikuti kemana mereka akan pergi.
"Informasi yang sangat bagus untuk Jaemin. Dan Jaemin harus tahu ini dengan segera .. tamat riwayatmu Lee Jeno." Lelaki itu tersenyum miring lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi Jaemin.
*
*
*Mobil Jeno memasuki kawasan Rumah Sakit Seoul. Ia lalu segera memarkirkan mobilnya pada parkiran Rumah Sakit lalu bersama dengan Renjun keluar dari mobil itu menuju ke arah ruang rawat Jisung.
"Bagaimana keadaan Jisung? Apa yang terjadi Chenle?" Tanya Renjun saat mendapati Chenle yang terduduk diam di samping ranjang Jisung.
"Aku menemukan Jisung pingsan di dalam toilet kak. Ia sepertinya sangat merasa takut waktu itu hingga sedikit stres, dan aku tak tau apa yang membuat dia seperti itu kak ..." Ucapan Chenle terhenti saat melihat pria asing yang datang bersama Renjun.
Renjun yang melihat wajah bertanya Chenle pun berinisiatif untuk memperkenalkan mereka berdua.
"Chenle .. kenalkan ini Jeno. Dia yang menolong Jisung untukku."
"Dia menolong Jisung untuk kita kak. Jangan lupakan kalau Jisung adalah sahabat yang sudah seperti saudara untukku. Kak Jeno terimakasih sudah menolong Jisung, kenalkan aku Chenle." Chenle tersenyum kearah Jeno.
Dokter muda itu pun kembali fokus pada Jisung. Ia kembali melanjutkan apa yang ingin ia katakan kepada Renjun.
"Dan stres itu sangat tidak baik untuk seseorang yang sedang hamil. Kak Renjun, Jisung dinyatakan hamil."
Perkataan Jisung membuat Renjun tentu sangat terkejut. Ia begitu terpukul karena gagal menjaga adiknya dengan baik.
"Be-benarkah yang kau katakan itu Chenle?" Renjun bertanya dengan terbata-bata.
"Iya kak. Aku juga sangat terkejut tadi, tapi itu kenyataannya. Jisung harus kita jaga dengan baik, masa awal kehamilan sangat rentan untuknya." Jelas Chenle lagi.
Merasa sedang diperhatikan oleh seseorang, Jeno pun melihat kearah sekitar mereka.
"Aku keluar sebentar." Jeno meninggalkan ruang rawat Jisung.
"Apa yang kau lakukan disini?" Jeno menatap tajam orang itu yang tak lain adalah Sungchan.
"Harusnya aku yang bertanya. Apa yang kau lakukan disini? Mencoba menjadi penghianat? Apa kau ingin mati dengan cara mengenaskan ditangan Jaemin?"
"Jangan disini, ayo kita bicara berdua" Jeno melangkah lebih dulu dan Sungchan mengikuti nya dibelakang.
Jeno menghentikan langkahnya saat ia telah tiba di parkiran membuat Sungchan yang mengikutinya sedari tadi ikut berhenti juga. Jeno masuk ke dalam mobilnya dan bersamaan dengan itu Sungchan juga masuk ke dalam mobil Jeno.
"Minum ini" Jeno memberikan sekaleng soda pada Sungchan sebelum membuka kaleng soda miliknya dan meminumnya.
"Apa ini sogokan?" Sungchan menyeringai kecil. Membuka kaleng bir itu dan menegak isinya.
"Jisung hamil"
"Uh-huk!" Sungchan tersedak. Ia merasa perih di kerongkongan dan hidung nya. Beruntung ia tidak menyemburkan soda yang di minumnya ke arah Jeno. Jika tidak, bisa saja Sungchan babak belur dalam hitungan detik.
"Parah" ucap Sungchan. "Apa kau serius?"
"Untuk apa aku bercanda masalah seperti ini?"
"Lalu bagaimana? Jaemin tidak akan mungkin mau bertanggungjawab"
"Itulah yang ku pikirkan sekarang. Jika Jaemin tahu Jisung hamil, dia mungkin akan membunuhnya"
"Oh tidak...."
Jeno menoleh ke arah Sungchan. "Kenapa?"
"Aku tadi menghubungi Jaemin dan mengatakan kalau Jisung ada di rumah sakit Seoul sekarang"
"Sialan!" geram Jeno. Ia mengusap wajahnya kasar, memikirkan bagaimana menyelamatkan Jisung dari Jaemin. Jeno sudah berjanji pada Renjun untuk melindungi Jisung dan ia tidak mungkin mengingkarinya.
Jeno menoleh pada Sungchan dan menatapnya lama membuat yang ditatap mengerjapkan matanya bingung.
"Sungchan, pilih bantu aku atau kau mati sekarang?"
Gulp!
"Kau sudah gila, Jen!"
•
•
•
•
•Mark menghentikan mobilnya dan memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit. Ia keluar dari mobil bersama dengan Jaemin. Jaemin melangkah terburu-buru memasuki rumah sakit itu. Sapaan dari perawat dan para dokter, Jaemin abaikan membuat Mark mau tidak mau menggantikan Jaemin membalas sapaan itu untuk menjaga imej Jaemin.
"Dimana Park Jisung?" Jaemin bertanya pada pihak administrasi.
"Tadi dia ada tapi tadi dia pingsan dan dirawat oleh dokter Chenle di ruangan 056"
Mendengar itu Jaemin langsung berlari menuju ruangan yang di sebut perawat itu. Ia tidak ingin kehilangan kesayangannya itu lagi. Namun saat ia membuka pintu ruangan itu sudah kosong dan tidak ada siapapun di dalamnya. Jaemin melangkah masuk, manik tajamnya meneliti setiap sudut ruangan itu.
"Bagaimana?" Mark bertanya.
"Ada yang sedang mencoba bermain-main denganku...." Jaemin menjeda ucapannya dan berbalik menghadap Mark. "Hubungi Jeno dan Sungchan, aku akan melacak keberadaan mereka berdua"
'Damn!'
TBC.
Simi dan JaemsungSupremacy up lagi
See U 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Need Your Love [Re-publish] 🔞
FanfictionKetika sosok yang dianggap Malaikat dipertemukan dengan sosok Iblis, keduanya akan sangat bertolak belakang. Ketika yang satunya bernafsu untuk menghilangkan nyawa maka sudah menjadi tugas yang satunya untuk menyelamatkan nyawa itu. ∆ BxB! ∆ NO SALP...