5

872 105 1
                                    

Keesokan harinya, jaemin pergi kekantor tanpa makan sarapan yang telah disiapkan oleh bibi kwon, orang yang telah merawatnya sejak dia berumur 5 tahun, atau bisa dikatakan pengganti ibu baginya. Bibi kwon juga bingung dengan perubahan jaemin yang tidak seperti biasanya ini, tapi dia tidak berani bertanya karena jaemin terlihat sangat tenang tapi auranya sangat gelap sekali.

Jaemin berjalan keluar dari mansionnya tanpa suara sama sekali karena Jake telah sampai dan langsung membukakan pintu mobil, dan jaemin langsung masuk begitu saja.

"Kita pergi ke makam ibu saya dulu." Datar jaemin sembari menatap ponselnya dan memakai earphod, karena dia sekarang tengah melihat renjun. Ntah kenapa dia merasa renjun sangat hebat seketika, dia cukup merasa bersalah dengan perkataannya kemarin, walaupun bukan langsung dia berikan pada renjun, tapi dia tetap merutuki dirinya sendiri yang bisa melupakan dengan mudah orang yang berarti baginya. Walaupun bukan salahnya juga melainkan karena kecelakaan itu.
















At. Hospital.

Yangyang sekarang tengah berada di rumah sakit dimana ibu dari sahabatnya itu di rawat, dia benar-benar mencemaskan keadaan renjun yang pasti sangat kacau, apalagi malam ini adalah acara pertunangan sang ayah dengan selingkuhan itu. Dia sangat tau renjun seperti apa.

Ceklek.

Yangyang kaget melihat renjun yang bahkan tidak tidur karena kantung matanya yang terlihat dan matanya yang bengkak karena banyak menangis dengan tatapan kosongnya.

"Injunie? Apa kau baik-baik saja?" Ucap Yangyang cemas pada renjun.

"Hmm." Angguk renjun.

"Apa kau tidak tidur sejak tadi malam?" Ucap Yangyang berjongkok dihadapan sahabatnya itu.

"Aku hanya takut nanti Mama tersadar dan membutuhkanku " Ucap renjun dengan tatapan kosongnya. Yangyang benar-benar sangat cemas karena dia melihat renjun yang sudah lelah dengan kehidupannya ini.

"Kau ini." Kesal Yangyang lalu memegang tangan renjun dan merasakan suhu tubuh sahabatnya sangat panas sekali bahkan wajahnya sangat pucat.

"Kau demam, ayo kita harus menemui dokter agar kau baik-baik saja." Ucap Yangyang hendak menarik renjun tapi renjun tidak mau.

"Apa kau sudah mendapatkan janji temu dengan Nana?" Ucap renjun dengan tatapan kosongnya.

"Nana? Siapa itu?"bingung Yangyang

"Presdir Na Jaemin itu, aku hanya sedang memikirkan teman lama saja." Ucap renjun.

"Sudah. Tapi, aku akan mengundurkan janjinya karena kau sedang demam." Ucap Yangyang.

"Jangan, kotak itu harus segera aku berikan." Ucap renjun melihat kotak yang ada tepat disebelah nakas Wendy.

"Kau yakin?"

"Hmm." Angguk renjun.

"Baiklah. Tapi, setidaknya kau harus makan dulu " Ucap Yangyang. Dan renjun hanya menggelengkan kepalanya.

"Renjun?"

"Ayo kita pergi." Ucap renjun lalu diapun memakai kacamata hitamnya dan memakai masker untuk menutupi wajahnya. Lalu berjalan lebih dulu dari Yangyang setelah mengambil kotak itu.

"Bibi, Yangyang janji akan menjaga injunie. Bibi tenang saja." Ucap Yangyang lalu segera menyusul sahabatnya itu. Dia takut nanti renjun pingsan tiba-tiba.















At. Makam.

Jaemin mendekat dan berjongkok di sebelah makam ibunya itu sembari memegang nisan ibunya.

STAY (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang