8

625 86 3
                                    

Setelah beberapa menit, akhirnya renjun tenang dan tidak menangis lagi. Dia hanya menatap jaemin yang sedari tadi menyuapinya bubur dan memberikan obat padanya.

"Ada lagi yang kau butuhkan?" Ucap jaemin.

"Apa kau benar-benar mengingatku? Tapi, kenapa saat pemakaman bibi seulgi kau seperti tidak mengenalku?"

"Ingin mendengar ceritaku?"

"Hmm." Angguk renjun. Dan jaemin mulai menceritakan semuanya tanpa ada yang ditambah atau dikurangi.

"Jadi hiksss... Kau mengalami kecelakaan bersama bibi seulgi hiksss.. kau amnesia hiksss..." Ucap renjun sembari menangis. Jaemin langsung membawa renjun kedalam pelukannya dan mengelus punggung sempit itu.

"Tenanglah, sekarang aku sudah ingat. Jadi, seperti janjiku dulu. Nana tidak akan meninggalkan injunie nya sampai kapanpun." Ucap jaemin dan renjun hanya mengangguk sembari menangis dipelukan jaemin. Hingga suara tangisan itu menghilang digantikan suara dengkuran dari sang empu. Jaemin hanya tersenyum lalu diapun membaringkan tubuh renjun secara perlahan dan merapikan anakan rambut renjun juga menyelimutinya dengan benar dan melihat cairan infus yang masih separuhnya.

"Aku akan selalu bersamamu. Sebentar lagi, hanya sebentar lagi. Aku akan menikahimu renjun." Ucap jaemin sembari menatap renjun.

Drrtt...Drrtt...drtt..

Jaemin mengambil ponsel milik renjun dan tertera nama Yangyang yang merupakan manager renjun. Lalu diapun mengangkatnya.

"Ya! Park Renjun! Kau kemana saja?! Kenapa tak mengabariku?! Kenapa tak kembali ke apartemenmu!" Kesal yangyang juga dengan nada cemas.

"Dia akan bersama saya sampai beberapa hari kedepan."

"Presdir Na?" Kaget Yangyang.

"Tolong kosongkan jadwalnya untuk seminggu kedepan."

"Tapi itu tidak mungkin Presdir Na. Semuanya sudah diatur—" jaemin memutuskan begitu saja sambungan telpon itu dan diapun meletakkan ponsel renjun di atas nakas lalu mengeluarkan ponselnya dari saku jas yang belum sempat dia buka sejak tadi. Dan mengetikkan nama Nakamoto Yuta, kakak sepupunya sekaligus pemilik agency tempat renjun bernaung.

"Ada apa Na Jaemin? Tumben kau menghubungiku."

"Seminggu kedepan artismu Park Renjun tidak akan masuk. Tolong atur jadwalnya karena dia sedang sakit."

"Ye? Kau ada hubungan dengannya?"

"Jangan banyak bertanya. Aku tak suka. Terimakasih." Ucap jaemin lalu mematikan ponselnya begitu saja. Setelahnya diapun masuk kedalam toilet untuk membersihkan tubuhnya.







Di lantai bawah mansion itu, bibi kwon membukakan pintu untuk sahabat jaemin, jeno dan Haechan yang datang berkunjung.

"Tuan Kim, tuan Byun." Ucap bibi kwon.

"Jaemin ada kan bi?" Ucap jemo tanpa senyum karena dia memang sedang badmood.

"Ada tuan. Saya akan memanggilnya sebentar." Ucap bibi kwon lalu pergi setelah mempersilahkan nohyuck duduk.

Bibi kwon mengetuk pintu kamar jaemin, dan diapun tidak mendengar sautan apapun dari dalam. Lalu diapun langsung masuk dan melihat pria mungil yang dia ketahui artis Korea Selatan itu sudah kembali tidur juga suara air dari toilet dan diapun kembali keluar dengan menutup pintu kamar secara perlahan agar tidak mengganggu renjun.

"Dimana dia bi?" Ucap Haechan menatap bibi kwon.

"Tuan Na sedang mandi." Ucap bibi kwon.

"Yasudah, kau bisa pergi." Ucap Haechan dan bibi kwon langsung pergi melanjutkan pekerjaannya yang lain. Lalu melihat jeno yang masih sangat badmood.

"Tenang jeno. Semuanya akan baik-baik saja." Ucap Haechan sembari mengelus tangan jeno.

"Aku hanya lelah Haechan. Kalau seperti ini, aku mungkin bisa gila.' Ucap jeno.

"Tenanglah, jaemin pasti bisa mencari jalan keluar untuk rumah tangga ayah dan ibumu." Ucap Haechan.

"Aku tidak butuh jalan keluar Haechan. Aku hanya butuh menumpahkan semuanya pada jaemin karena hanya dia yang aku percaya."

"Aku tau itu sayang. Aku sangat tau."







































®®®

STAY (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang