CH¹²

1.9K 82 9
                                    

Jangan lupa tekan ⭐ ya!

.

.

.

"Hiks.. hiks.." Jaemin masih saja menangis tersedu-sedu sembari memeluk erat Jaewon.

Sang dominan memejamkan matanya erat menahan rasa sesak di dadanya. Memeluk erat sang submissive, mengecup dahi Jaemin dengan bibir bergetar.

"Maafkan aku Baby.. maaf." sesal Jaewon sembari menitihkan air matanya.

Tangisan Jaemin semakin keras, ia menghirup lamat-lamat aroma tubuh pria yang sangat ia rindukan. Dia benar-benar merindukan pelukan hangat ini, merindukan suara gentle ini, merindukan tubuh kekar ini. Semuanya tentang Jaewon ia rindukan, sangat.

Yoongi tak kuasa menahan air matanya, ia menangis terharu di pelukan sang suami. Dia tidak pernah merasakan hal sebahagia ini, dia benar-benar ingin menangis dengan keras dan berteriak jika dia bahagia—sangat bahagia melihat putranya yang telah kembali karena besarnya kekuatan cinta mereka.

"Maafkan aku. Maaf." gumam Jimin menyesal yang tentunya juga menangis.

Dengan kedua matanya sendiri, Jimin melihat betapa besarnya cinta yang diberikan Jaewon kepada putranya. Dia ingin memukuli dirinya sendiri karena telah berusaha memisahkan mereka, dadanya berdenyut sakit mengingat semua perilaku brengseknya kepada Jaewon. Dia buta, buta akan cinta dan ketulusan Jaewon kepada putranya karena amarahnya.

Jauh di lubuk hati Jimin, dia merasa malu dan teramat sangat menyesal atas apa yang menimpa Jaemin. Dia merasa sangat munafik karena telah melimpahkan semua kesalahan kepada Jaewon, seharusnya di sini dirinyalah yang patut dibenci, dirinyalah yang patut dimaki, dirinyalah yang patut dipukuli karena—lalai menjaga darah daging nya sendiri dan melimpahkan kesalahan kepada seseorang yang sangat berarti untuk putranya.

Dia enggan menerima kenyataan bahwa dirinya bukanlah seorang ayah yang baik hingga bisa melindungi anaknya. Jika bukan karena dirinya mengajak sang istri untuk pergi maka Jaemin tidak akan menyusul Jaewon ke Amerika dan kejadian seperti ini tidak akan terjadi. Dia terlalu malu dan takut mengakui kesalahan nya sendiri. Dia takut—sangat takut jika keluarga kecilnya menganggap nya tidak bertanggung jawab dan bukanlah kepala keluarga yang baik.

"B-baby.. maafkan aku. Maaf telah berbuat egois seperti pecundang." isak Jimin sembari mengecup kedua punggung tangan Yoongi.

"Tidak Daddy.. Mommy mengerti maksud Daddy melakukan semua ini." Yoongi membawa sang suami untuk keluar.

Ia ingin memberikan ruang untuk Jaemin dan juga Jaewon.

.

.

.

"Hyung—hiks.." Jaemin meraba wajah berantakan Jaewon.

"Hm?" jawab Jaewon dengan air mata yang tetap mengalir.

Bibirnya bergetar menahan isakan yang mendesak keluar dari bilah bibirnya. Di depan nya—ia melihat dengan jelas pria yang hampir 2 bulan ini mengacaukan hidupnya. Pria yang sangat ia rindukan, pria yang sangat ia cintai bahkan melebihi cinta kepada dirinya sendiri. Dia tidak menyangka bisa kembali menyentuh kulit si manis.

Dia tidak menyangka bisa mencium aroma tubuh sang kekasih lagi. Ia kira—jika harapan untuk kembali bersama sang kekasih hanyalah angan-angan belaka. Namun, di depan  matanya dia bisa melihat dengan jelas pria mungilnya sedang menangis.

"Jaemin takut—hiks takut.." adu Jaemin kepada sang pria.

"Kau aman. Ada Hyung di sini." ujar Jaewon sembari mengangguk yakin.

STILL By : fujoHere8Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang