Langkah kaki yang berlarian disepanjang koridor rumah sakit. Dengan wanita yang berbaring sambil memegang perutnya yang sedang hamil tua itu. Wajahnya penuh dengan darah begitupula badan hingga bajunya. Ia mengerang kesakitan.
"Eunbi-ya tolong tahan sedikit lagi," ucap pria disampingnya. Ia terlihat cemas bahkan tak sekalipun ia melepas genggaman tangan Eunbi.
"b-bayiku, tolo-ng selamatkan bayiku," suaranya bahkan hampir tak terdengar lagi.
"Tenang saja Eunbi, dokter akan melakukannya. Kau, kau bertahan lah."
Salah satu perawat menghentikannya untuk masuk ruang operasi. "Bapak silahkan tunggu diluar selagi dokter melakukan operasi."
Choi Seungcheol, suami dari Kwon Eunbi namanya. Dia tersandar pada dinding rumah sakit dengan salah satu tangannya memegang kepala. Cemas, takut bahkan menyesal tentu saja. Melihat sang istri yang hampir diujung ajalnya itu bagaimana bisa ia tak sedih terlebih Eunbi akan segera melahirkan anak yang telah meraka damba-dambakan selama ini. Ia menyesal karena membiarkan istrinya pergi bersama supir, ia menyesal karena telah lalai sebagai suami yang tak bisa menjaga istrinya.
Tak lama seseorang datang dengan jubah putih. Dia Jeon Wonwoo, dokter yang akan melakukan operasi pada Eunbi dan dibelakangnya ada Yoon Jeonghan dan Jeon Seulgi, keduanya merupakan dokter kandungan. Seungcheol dan para dokter itu sudah berteman sejak lama. Ada kisah dari tiap masing-masing individu hingga mereka bertemu dan menjadi teman.
Seungcheol yang sadar akan kehadiran mereka bertiga langsung menghampiri. Ia memegang bahu Wonwoo dengan tatapan orang putus asa. Seungcheol sendiri sudah tak bisa berharap banyak yang penting Eunbi selamat.
"Wonwoo, gua mohon selamatkan Eunbi." Wonwoo melepaskan pegangan tersebut. "Seungcheol lo paham dengan situasinya dan gua yakin lo tau persentase selamatnya Eunbi. Siapkan diri lo jika sesuatu yang buruk terjadi." Wonwoo dan dua dokter masuk ke dalam ruangan.
Seungcheol kini hanya bisa berdoa, berharap kepada Sang pencipta alam semesta agar istri dan anaknya tidak dipanggil secepat ini. Ia belum rela kehilangan orang yang sangat ia cintai.
Pukul menunjukkan jam empat pagi yang artinya sudah delapan jam sejak istrinya dioperasi. Namun dokter masih belum keluar juga. Matanya yang sayu menandakan dia sangat lelah, bahkan tanpa disadari ia terjaga sepanjang malam ini.
Dari depannya seseorang berdiri sambil menyodorkan kopi latte favoritnya. Dia Lee Jihoon, pria kucing-ah maksudnya mirip kucing yang manis. Kopi latte yang dikasih Jihoon ditolak Seungcheol dengan satu gelengan kepala.
"Minum dulu Cheol, jangan nyiksa diri sendiri. Istri lo pasti marah kalau tau suaminya gak keurus gini." Jihoon duduk di samping Seungcheol setelah ia menerima kopi lattenya. "Cheol lo gak mau pulang gitu? Mandi, ganti baju baru datang ke sini lagi."
"Gua bau ya Ji?"
"Iyaa, lo sadar ya?"
Kedua ujung bibirnya sedikit terangkat. "Gua bakalan pulang kalau gua udah tau keadaan istri gua Ji."
Setengah jam dari kedatangan Jihoon, pintu ruang operasi terbuka. Seseorang keluar dengan jas putih berlumur darah. Seungcheol maupun Jihoon langsung sigap berdiri
"Dokter Kang, bagiamana keadaan istri saya?"
"Pak Choi istri anda selamat," ia menjeda kalimatnya melihat reaksi pria yang lebih tua itu merasakan lega. "tapi bayinya meninggal sebelum keluar dari perut. Detailnya akan diceritakan dengan dokter Yoon Jeonghan. Saya permisi dulu."
Mendengarnya membuat Seungcheol bergegas ke dalam namun terhenti karena Wonwoo menghalanginya. Cara mata mereka menatap sudah menjelaskan keadaannya. Namun ia membutuhkan detail yang dimaksud Kang Seulgi tadi.
Wonwoo bergegas lebih dahulu karena ada beberapa operasi yang harus ia tangani. Yoon Jeonghan menepuk pundaknya.
"Keruangan gua dulu, gua jelasin semuanya ke lo."
Sesampainya di ruangan, Yoon Jeonghan seperti mengulur waktu untuk berbicara. Ia bahkan membuat kopi di mana pelayanan ini jarang ia lakukan apalagi status Seungcheol adalah temannya. Biasanya ia akan menyuruh mereka melakukannya sendiri.
"Jeonghan, bisa kita langsung ke inti aja gak? Gua pengen tau keadaan istri gua secara detailnya."
Jeonghan duduk dikursinya. Ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembusnya. "Sebenarnya Cheol karena kita temanan gua agak gak tega ngasih tau ini ke lo. Tapi karena lo suaminya dan lo harus siap menerima kenyataan pahit ini."
"Gua terima apapun keadaan Eunbi."
"Kwon Eunbi saat kecelakaan tengah hamil tua. Usia kandungannya baru memasuki delapan bulan yang artinya tinggal satu bulan lagi ia akan melahirkan anak lo-"
"Kalo itu sih gua juga tau."
"Ini tuh biar formal aja, gimana sih!"
"Iya maaf. Silahkan lanjutkan."
"Hadeeeh nih gua lanjutin ya. Jangan dipotong lagi! Dalam perjalanan kerumah sakit denyut nadi dan detak jantung Kwon Eunbi sudah lemah, kesadarannya bahkan hampir hilang. Maka hanya ada dua pilihan, selamatkan ibu atau bayi? Choi Seungcheol memilih menyelamatkan sang ibu. Maka Kwon Eunbi selamat tapi tidak dengan bayinya. Keputusan lo sangat tepat karena bayi kalian meninggal saat dalam perjalanan kerumah sakit dan ada beberapa kerusakan pada rahim Kwon Eunbi sehingga ia tak bisa hamil lagi. Benturan yang ia alami itu sangat kuat membuat lengannya patah dan harus memakai penyangga. Sedangkan kaki kanannya harus diamputasi, kakinya terinfeksi virus jika tidak segera dipisahkan akan membuat Kwon Eunbi lumpuh."
Seungcheol mengusap wajahnya. Nasib malang apa yang sedang dihadapi istrinya ini. Pertama ia kehilangan bayinya, kedua lengannya patah, ketiga kakinya harus diamputasi. Bukankah ini sangat kejam untuknya?
"Gua tau ini sulit, tapi lo harus memutuskan Cheol."
"Apa gak ada pilihan lain lagi? Masa Eunbi gua harus nerima semua nasib malang ini sih?!"
Jeonghan menggeleng, memang tak ada jalan lain. "Kalau itu yang terbaik biarkan Eunbi di amputasi," Seungcheol menangis setelah membuat keputusan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURROGATE
Fanfiction𝐒𝐮𝐫𝐫𝐨𝐠𝐚𝐭𝐞-𝐦𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫; 𝐢𝐛𝐮 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐭𝐨𝐝𝐞 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐫𝐞𝐦𝐩𝐮𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦...