Ia terbangun dari tidurnya. Melihat sang kekasih tak ada disamping, Jeonghan mengangkat kepalanya sambil mencari sosok Sojeong.
"Sojeong," panggilnya. "Kapan kamu bangun- aish begadang lagi?" Jeonghan tau karena terlihat jelas dari mata Sojeong yang mulai kelelahan.
Sojeong menutup laptopnya dan mendekati Jeonghan. Berbaring disamping pria itu dan menenggelamkan wajahnya didada prianya.
"Kau tau, aku sangat terobsesi pada keabadian namun tak ada cara agar menemukan keabadian itu."
Jeonghan mengusap pucuk rambutnya lalu mengecupnya sekali. "Sekali lagi ku ingatkan gak ada yang namanya keabadian. Semuanya pasti akan menemukan endingnya. Ini semua hanya tentang waktu."
...
Jeonghan sudah bersiap pergi ke rumah sakit. Tanpa membangunkan Sojeong ia diam diam pergi. Tak berselang lama Sojeong terbangun dari tidurnya. Ia merasakan sesuatu yang begitu sakit di bagian dadanya.
Ia bangkit dari tidurnya dan pergi ke kamar mandi. Mencuci wajahnya, menggosok giginya lalu berkumur-kumur. Ia keluarkan air bekas kumuran dan beriringan dengan keluarnya darah dari hidungnya.
"Gak ada keabadian? Tapi aku sudah menemukannya Han. Kita akan hidup bersama lebih lama dari manusia lain." Di usapnya darah itu menggunakan pergelangan tangan.
Sojeong siap pergi bekerja. Namun bukan ke rumah sakit. Suatu tempat yang dekat dengan rumah mereka diami.
Menaiki lift dan menekan sandi apartemen. Apartemen yang dibangun ayah Sojeong lalu diatas namai Jeonghan. Hadiah pernikahan mereka namun belum sempat pindahan karena sibuk bekerja.
Sojeong masuk ke ruang baca lalu menarik satu kuas disamping rak buku. Dinding yang kosong mulai terbuka menuju suatu tempat gelap.
"Sampai mana sekarang?"
Hanya monolog Sojeong, faktanya ia bekerja seorang diri didalam ruangan itu. Didepannya terdapat tabung berukuran seperti peti mati dengan penutup terbuat dari kaca. Ditekannya sebuah tombol lalu terbukalah penutup kaca itu. Memperlihatkan sosok dirinya yang terbaring di dalam sana. Kloningan yang terendam air pengawet berbahan kimia.
"Kloningan diriku yang sempurna. Tinggal beberapa langkah lagi maka aku akan hidup dalam tubuh baru yang sehat. Sojeong yang lama akan di kremasi."
Ia mengeluarkan sesuatu dari balik saku. Sebuah alat kecil, tipis dan panjang. Ia suntikan di bagian kepala yang tertutup rambut. Ditutupnya kembali lalu ditekannya tombol lain dan menarik kuas hingga aliran listrik terlihat dan air yang terus meloncat loncat.
"Tuhan tolong aku kali ini."
Alat itu mengeluarkan asap dan bau gosong. Sojeong segera mematikannya. Manusia kloningan itu perlahan membuka matanya. Sojeong membukakan penutup tabung.
Satu hal yang ia sadari saat itu adalah manusia kloningan itu bukanlah dirinya. Ia ingin tubuh manusia kloningan dengan jiwanya di dalam tubuh itu. Apa gunanya kloningan jika bukan ia yang merasakannya. Maka dari itu ia menutup kembali tabungnya dan menekan asal tombol agar kloningan tersebut mati tapi tidak menghancurkan tubuhnya.
Alat seperti tali kecil yang masuk ke dalam tubuhnya itu membuat sengatan didalam tubuhnya. Kloningan dirinya mengalami kejang kejang lalu tertidur kembali. Sojeong mengantisipasi kalau kalau kloningan itu bangun sendirinya. Ia memasang gembok pada tabung itu dan penutup besi. Setidaknya Sojeong pikir akan membuat manusia kloning itu mati sendiri nantinya.
Ia begitu frustasi. Waktunya sangat sedikit. Perjanjian dengan iblis? Persetan dengan itu, ia bahkan tak mempercayai keberadaan mereka.
...
Sejak bangun tadi ia terus memuntahkan darah. Kini tubuhnya terbaring lemas di bangsal rumah sakit. Menatap langit-langit kamar, biasanya dia lah yang merawat pasien tapi keadaan berbalik.
Rasa sakit yang menyelimuti dirinya. Perlahan matanya terpejam dan nafas terakhirnya berhembus. Perawat segera memanggil dokter.
Pihak rumah sakit menelpon keluarganya dan yang terakhir mengetahui kematian Sojeong adalah suaminya.
Jeonghan terpuruk, ia tak mengetahui keadaan Sojeong selama ini. Dokter rumah sakit memanggilnya ke ruangan. Keadaan menjadi sangat serius.
Dokter itu memberikannya teh hangat, “nak Han beneran gak tau Sojeong sakit selama ini?”
Ia menggeleng, “aku suami yang buruk ya pah sampai istriku sakitpun aku gak tau bahkan dia meninggal aku orang yang terakhir tau.”
Dokter–papahnya Sojeong menepuk pundaknya. “Bukan salahmu, mungkin takdir Sojeong sudah begini. Namun baru ku sadari putriku sangat bodoh.”
Jeonghan mengangkat kepalanya. Papahnya tersenyum tipis dan mengusap matanya dibalik kacamata. “Dia terlalu berfokus pada data keberhasilan operasi di angka 50%. Sojeong bodoh dia mengambil beberapa organnya hanya untuk manusia kloningan karena berpikir akan mati jika di operasi namun itu membuatnya semakin cepat menemui ajal.”
Jeonghan terdiam, “manusia kloning? Apa maksudnya pah?”
“Diruang baca apartemen kalian ada sebuah tuas dekat rak. Tarik itu maka kau akan tau apa yang ada di balik dinding tersebut.”
Jeonghan mengikuti arahan ayah mertuanya. Benar saja sebuah tabung yang ditutup. Ia buka lalu memperlihatkan manusia kloningan yang tak sadarkan diri. Entah sudah mati atau hanya tertidur panjang.
“Rasanya gak mungkin jika manusia kloning dibuat karena kegagalan operasi. Sojeong pasti punya tujuan tersembunyi.”
Ia melihat sekitar tak ada jawaban. Hanya secarik kertas berisi pesan membunuh manusia kloning.
Jeonghan terus mencari di internet tentang manusia kloning dan menemukan beberapa peneliti yang sedang menguji coba. Dengan bantuan keluarganya ia bisa bergabung dengan para peneliti tersebut.
Ia pergi ke Amerika untuk mencari jawaban dari alasan Sojeong membuat reflika dirinya yang sangat mirip bahkan rela mengeluarkan organ tubuhnya sendiri.
Hai hai👋
Sebuah keajaiban bisa update dua chapter dalam satu waktu ┏(^0^)┛. Masih banyak part hole dalam kisah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURROGATE
Fiksi Penggemar𝐒𝐮𝐫𝐫𝐨𝐠𝐚𝐭𝐞-𝐦𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫; 𝐢𝐛𝐮 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐧𝐭𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐭𝐨𝐝𝐞 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐥𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐫𝐞𝐦𝐩𝐮𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐡𝐢𝐫𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦...