08. Lee

95 16 2
                                    

Diruangan yang gelap dengan cahaya dari laptop, Lee Jihoon menyenderkan badannya ke kursi. Ia lihat jam tangannya menunjuk pukul delapan. Waktu berlalu begitu cepat ketika dia tak ingin pulang ke rumah.

Ponselnya berdering sejak sore tadi. Ia lihat ada 32 notifikasi panggilan tak terjawab dan 6 spam chat dari nomor asing.

+82xxxx
|Hari ini ada jamuan makan keluarga. Mami harap kamu tidak membuat masalah lagi dengan Mingyu!
|Kakek datang jangan kecewakan beliau atau kau gak akan masuk ke daftar warisan!
|Kim Jihoon balas pesan mami!
[13.45]
|Kau tidak lupakan?
|Jangan hanya membacanya saja!
|Awas jika kau gak datang ke jamuan malam ini. Ku pastikan esok hari kau gak akan bisa melihat matahari lagi untuk waktu yang lama!
[20.00]

|Ya
|Lee Jihoon, margaku gak akan berubah karena mami menikahi pria lain
|Tidak perlu berusaha, kakek juga sudah membenciku dari awal
|Bagus untukku tidak melihat matahari. Aku sangat malas untuk keluar bahkan makan. Aku ingin cepat-cepat berpisah dari kalian semua

Sudah satu minggu sudah ia tak pulang ke rumah. Tidur dikantor terus menerus, karena koneksi keluarganya ia tak bisa membeli apartemen. Maminya selalu ingin Jihoon berada di genggaman tangannya. Tak peduli seberapa banyak umurnya. Setiap kali Jihoon ingin menekan tanda tangan surat apartemen pemiliknya selalu tiba-tiba menyobek atau bahkan kabur tanpa memberinya sertifikat.

Jihoon menyerah dan pulang ke rumah beracunnya ini.

"Akhirnya kau pulang," wanita itu, maminya Jihoon dengan kipas berwarna merah ditangannya dan wajah yang sangat angkuh. "Jangan lupa bayaran untuk kamarmu. Seharusnya kau bekerja di perusahaan kita tapi malah jadi bawahan dari perusahaan saingan. Perusahaan itu tak lama lagi akan menemui kebangkrutannya. Jadi cepat cepat lah serahkan surat pengunduran dirimu."

"Mam bisa gak sehari aja kita gak bertengkar? Aku tuh capek sama mami. Makanya aku gak pulang-pulang."

"Kamu pikir mami gini karena siapa? Karena kamu lah! Coba aja kamu kerja di perusahaan kita mami gak akan meminta uang sewa kamarmu itu."

Jihoon melalui maminya begitu saja. Jika tidak ia akan terbawa emosi.

'Sebenarnya yang mengacau keluarga kita adalah mami sendiri. Mami yang tak pernah mau mengerti mauku seperti apa. Lalu mami yang selingkuh dengan paman.' Jihoon melepas bajunya memperlihatkan badan bugar yang dihiasi kotak kotak.

Seseorang mengetuk pintu kamarnya. "Masuk."

Kim Mingyu dengan bibir yang menyeringai. "Sudah lama gak ketemu."

"Keluar!"

"Labil sekali." Mingyu masuk dengan tangan kanannya membawa satu setelan baju formal. "Mami memintaku untuk membelikanmu baju. Katanya selera berpakaianmu sangat murahan. Apa karena harus membayar sewa kamar ini?" ia terkekeh.

"Maaf kak, ini sangat lucu. Kau putra kandungnya tapi diperlakukan seperti orang asing. Itu sebabnya kita harus belajar menempatkan diri sesuai keadaan jika tidak-kau tau sendiri seperti apa."

Mingyu dengan tawa kecilnya pergi keluar dari kamar Jihoon. Pria kecil itu mengepal tangannya kesal.

Ia meraih setelan yang dibawa Mingyu lalu melemparkannya ke jendela. Setelan mahal yang dirancang desainer ternama dibuang begitu saja. Jika ia memakai sama saja dengan terjun ke kolam sampah.

SURROGATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang