07.2 Perjanjian

92 16 0
                                    

"Jadi alasan lo memilih gua sebagai surrogate mother karena perjanjian dengan kak Sojeong?"

Jeonghan mengangguk. "Bisa dibilang begitu. Sebelum meninggal Sojeong menulis surat terakhirnya dan salah satunya untuk menepati janjinya dengan lo."

"Terus alasan lo membawa pulang gua ke apartemen juga karena lo merasa bertanggung jawab gitu?"

Jeonghan menggeleng, "silahkan berpikir sesuka lo."

Yewon cemberut karena tak mendapatkan jawaban yang dia inginkan. "Cuek amat pak." Yewon menatapnya kembali. "Setelah kematian kak Sojeong, gua dengar katanya lo pergi keluar negeri. Kenapa?"

"Bukan urusan lo."

"Han-"

"JANGAN PANGGIL GUA HAN!!" ia menghela nafasnya secara kasar. "Cukup Yewon! Kita gak sedekat itu untuk membahas masalah pribadi dan satu hal lagi jangan pernah sekali-kali mulutmu menyebut nama Han!"

Jeonghan bangkit dari tempatnya. Ada banyak lagi yang ingin dia tanyakan pada pria itu namun Yewon sudah ketakutan. Pria yang ia kenal dengan kelembutannya itu sangatlah mengerikan jika sedang marah.

'Apa yang sudah terjadi?' batinnya.

Yewon rasa ia selalu membuat keadaan menjadi kacau.

...

Jeonghan terduduk di depan tabung. Ia buka kaca yang mengunci tabung seukuran peti mati itu.

"Apa alasanmu membuat ini Sojeong?"

Ia menunduk, merenung, memikirkan apa yang membuat Sojeong membuat kloningan dirinya. Ia ambil secarik kertas di laci meja dekat dirinya. Sebuah pesan yang tertulis jangan pernah membuka tabung ini jika ada suara pemberontakan di dalamnya. Lalu perintah membunuh isinya jika mendapatinya.

Jeonghan semakin frustasi, "persetan dengan semua ini Sojeong. Aku akan menghidupkannya kembali agar aku mengetahui alasan dibalik ini semua."

...

Mingyu duduk di atas sofa kepunyaan keluarga Choi. Wajahnya yang angkuh sambil memutar gelas berisi red wine. Seungcheol berdiri di depan pintu dengan ekspresi tidak suka. Sedangkan Eunbi tersenyum padanya, ia tahu tapi pura-pura tidak tahu.

"Cheol duduk sini, lihat Mingyu bertamu setelah beberapa tahun. Sejak jadi pengusaha dia gak pernah kemari kan."

"Yah, ku pikir karena dia merasa berada dilevel berbeda dengan kita. Makanya gak pernah kemari bahkan hanya sekadar menanyakan kabar."

Ia tertawa, “Seungcheol lo tuh gak berubah sama sekali ya. Dari dulu sampai sekarang tetap aja sarkas sama gua. Kenapa sih?”

Seungcheol duduk disamping istrinya. “Emang lo pantas di sarkasin.”

Eunbi menepuk paha suaminya, “Cheol, gak baik gitu.”

Mingyu tersenyum puas. “Tuh dengerin kata istri lo, gak baik ngesarkasin orang terus menerus. Apalagi kita dulu teman dekat.”

“Itu dulu, sekarang gak lagi.”

Mingyu meneguk minumannya, “Choi Seungcheol dimasa depan nanti ada masanya lo meminta bantuan pada gua dan saat itu keputusan gua tergantung pada perlakuan lo dimasa sekarang.”

Eunbi pergi sebentar karena ada panggilan mendesak dari kampus tempat ia bekerja.

“Eunbi tau?”

SURROGATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang