7.

42.8K 1.6K 28
                                    

Nela sedang menikmati cemilan malamnya ketika memdengar pintu rumahnya diketuk, dia mendengus. Demi Tuhan, waktu sekarang sudah menujukan hampir tengah malam, Kinanti bahkan sudah mengarungi mimpi indah. Tiba tiba Kanela menyesal tidak memutuskan tidur sejak tadi, terpaksa dia bangkit dan membuka pintu.  Tidak sopan. Jika orang di depan sana tidak menimbulkan kebisingan yang bisa saja menggagu tetangga, Nela tidak akan sudi membuka pintu.

"Ngapain ke sini lagi, sih?" Kesal Kanela saat tahu siapa yang bertamu ke rumahnya. Siapa lagi jika bukan Argan, manusia yang akhir-akhir ini sangat rajin menyambangi rumahnya. Penampilan Argan  terlihat berbeda ketimbang biasanya, lesu dengan kemeja yang sudah tidak terkancing sepenuhnya. "Udah tau malem, masih aja namu,"

"Kamu bosan, ya, melihat saya setiap hari?" tanya Argan tanpa dosa.

Hellooo, pake nanya lagi! Maki Nela dalam hati. Siapa coba yang senang didatangi spesies seperti Argan? Dulu mungkin Nela akan sangat bahagia, tapi sekarang Nela tidak sudi. Hempas jauh-jauh manusia seperti Argan.

Nela mendengus, "Ya,"

"Maaf, saya hanya ingin mengantar ini," Argan menyerahkan satu kantong yang Nela sudah tahu isinya pasti makanan.

Kebiasaan lelaki itu memang sudah Nela hapal di luar kepala, bahkan sudah hampir satu bulan ini tidak pernah absen mengantarkan makanan utuknya. Sebenarnya bukan hanya makanan, terkadang juga barang atau apa saja. Mungkin profesi lelaki itu sudah berganti jadi kang paket.

Dengan terpaksa Nela menerima apa yang Argan berikan, mubajir juga jika ditolak. Tidak boleh menyiayiakan makanan. Toh lelaki itu membeli untuknya, kan?

"Apa lagi?" sentak Nela ketika Argan tidak langsung pergi, hanya berdiri seolah ingin dipersilahkan masuk. Jangan harap jika Nela akan mempersilahkan masuk.

Argan menggeleng pelan, matanya masih awas menatap gadis yang selalu dia datangi entah setiap pagi atau malam setelah pulang kantor. "Kamu tidak ingin mengatakan apa-apa?"

"Apa?" tanya Kanela balik. Lelaki itu tidak berharap dirinya mengucapkan terimasih, kan? Biasanya juga tidak pernah, lagian Nela juga tidak minta dibelikan. Kalau tidak ikhlas Nela bisa bayar.

"Kamu tidak bertanya kenapa saya datang begitu larut?" Argan memang sengaja memundurkan waktu kunjungannya kerumah gadis itu, berharap Kanela kuatir padanya seperti dulu. Tapi nyatanya gadis itu malah tak peduli, bahkan berharap dia tidak akan datang.

Kanela menaikan sebelah alisnya, lelaki di depanya itu haus perhatian? "Bukan urusanku," sarkas Nela membuat bahu Argan meluruh lemas.

Sebenarnya Nela tidak begitu peduli mau Argan datang telat atau bahkan tidak datang sekalian. Lelaki itu sudah tidak ada urusanya lagi denganya. Kanela membuka pintu juga bukan karena berharap kehadiran Argan ke rumahnya, hanya rasa formalitas agar tidak dianggap sombong pada tamu. Selebihnya dia tidak peduli, seperti lelaki itu saat dulu Nela mengejar-ngejarnya.

"Ya sudah. Kalu begitu saya pulang," pamit Argan.

Nela tidak menyahut, dia sudah siap untuk menutup pintu ketika Argan kembali berbalik. "Apa lagi?"

"Sepertinya besok saya tidak bisa datang," Argan menatap Nela penuh harap.

"Oh,"

Bahu Argan kembali meluruh seketika mendengar jawaban gadis itu. "Kamu tidak ingin bertanya kenapa saya tidak bisa datang?"

Astaga! Nela benar-benar jengah pada lelaki di depanya itu. Jika ingin memberi tahu, ya tinggal langsung berbicara. Kenapa selalu berharap dia akan bertanya. Sudah berulang kali Kanela katakan semua yang menyangkut lelaki itu dia sudah tidak peduli.

Kanela(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang