3.

42.2K 1.4K 42
                                    

Haii?

Pada akhirnya Nela tetap berbaring di atas ranjang, dengan bantal guling menjadi sekat. Saat tadi Kanela akan tidur di sofa, Argan mengejeknya jika sofa itu tidak akan muat untuk tubuhnya. Secara tidak langsung Argan mengatakannya gendut, bukan?

"Pak?" panggil Kanela. Gadis itu sama sekali tak bergerak sejak tadi, takut jika lelaki di sebelahnya malah terusik. "Udah tidur?"

"Belum." saut Argan.

"Kenapa?"

"Lagi menunggu kesempataan dalam kesempitan."

"Ha?" Nela berjingkat sampai terduduk, ia menatap Argan curiga. "Bapak mau apa-apain aku kan?"

"Kenapa? Kamu kan suka di apa-apain."

"Iya juga, sih." ujar Nela pelan, lalu ia kembali merebahkan diri. Eits! Maksutnya bukan yang seperti itu ya teman-teman, kan mereka belum sah menjadi suami istri. Tapi kalau mau DP dulu ya nggk apa-apa.

"Pak?" panggil Nela kembali. Entah kenapa ia merasa gugup, suasana di kamar itu membuatnya berfikir yang tidak-tidak.

"Kenapa lagi, Kanela? Sudah malam, tidur." suruh Argan kesal. Ia benar-benar lelah, ini sudah larut dan besok ia masih ada urusan dengan Ayumi.

Kanela memberengut, lelaki itu tidak peka sekali. Cuaca di situ kan sangat dingin, masak tidak ada niat untuk saling menghangatkan. Eh! Maaf Nela lupa jika dirinya sudah terbungkus selimut tebal. Tapikan selimut hidup lebih menghangatkan. Ck! Guling sialan, seharusnya dirinya tadi tidak usah sok jual malah.

Jika seperti ini bukankah mereka sudah seperti pasutri muda yang sedang bulan madu? Tidur di hotel, satu kamar, dan yang membuat Nela lebih berdetak lagi adalah satu ranjang dengan sekat yang bisa saja di singkirkan dengan mudah. Membayangkaan itu membuat Nela terkikik geli, merasa bodoh sendiri karna pikiranya.

"Saya akan melepar kamu lewat pintu balkon jika sampai macam-macam!" seolah tau, Argan sudah memberi acaman.

Siapa juga yang akan macam-macam? Mungkin satu macam, peluk misalnya. "Pd!" seru Nela.

"Hanya antisipasi."

Nela tidak menyahut, dirinya memilih merubah posisi tidurnya untuk memunggungi Argan. Cih! Bisa besar kepala nanti lelaki itu jika tau isi otaknya, dan Nela juga tidak akan membiarkaan lelaki itu tau.

...

Nela di buat panik saat melihat area dada hingga bagian perutnya mengalami ruam-ruam merah kebiruan. Niatnya ingin mandi tadi, dan dirinya sudah kembali kekamarnya sendiri setelah Argan memberinya kunci cadangan. Nela bukan gadis bodoh yang tidak tau itu apa, tapi dirinya juga tidak bisa menuduh siapa pembuat dirinya menjadi seperti itu.

Jawabanya mungkin lelaki yang tidur denganya semalam, tapi mana mungkin lelaki itu bisa menjadi tertuduh tanpa adanya bukti nyata. Tanda itu mungkin salah satu bukti, tapi Apakah Argan akan mengakuinya walapun Nela tidak melihatnya secara langsung jika lelaki itu yang melakukan.

Ingatannya berputar kembali pada semalam, Nela tidak mengingat apapun kecuali tidurnya semakin nyenyak karna usapan seseorang. Tidak ada ingatan pasti, karna saat pagi tiba, Argan malah mentapnya garang. Menurut lelaki itu Nela tidur tidak beraturan, bahkkan suara dekuranya sampai memenuhi seisi kamar.

Awalnya Nela marah, apalagi seingatnya sejak kecil ia tidak pernah mendekur. Tapi Nela juga tidak bisa terus mengelak karna saat itu ia sedang terlelap, tidak tau apa yang terjadi.

Tapi jika seperti itu bagaimana, ruam-ruam yang ada di dadanya itu apakah benar Argan yang melakukanya? Apakah bisa menjadi alasan jika lelaki itu sebenarnya juga menyukainya tapi gensi mengakui?

Kanela(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang