Haii?Kalau berbicara soal siapa lelaki paling tampan, jawaban Kanela hanya satu. Argan tentunya. Mau di bandingkan dengan siapapun, jawaban Nela tetap sama. Sudah tampan, pintar, kaya, pekerja keras, rajin menabung, tapi sayangnya sombong.
Bagaimana tidak dikatakan sombong! 3 tahun Nela menyukai lelaki itu, tapi selama itu juga Argan tidak pernah menoleh padanya. Jika di bandingkan dengan gadis lain, Nela memang tidak cantik, tidak kaya, apalagi badanyanya yang gempal. Sudah, minus semua memang.
Tapi kan Nela imut, bahkan ia memiliki hati lembut yang penuh sabar. Ya walapun, Kanela memang sedikit hyperaktif. Cinta Nela juga tulus terhadap Argan, selalu menerima setiap lelaki itu mengabaikannya.
Ck! Tidak apa-apa, nanti juga lelaki itu luluh sendiri pikirnya. Sekarang Nela hanya perlu selalu menempel seperti prangko agar Argan menyadari keberadaannya, bisa saja kan Argan memang mencintainya, tapi lelaki itu hanya malu.
Ya walaupun Ania dan Gita selalu mengoloknya, mengatakan Kanela bodoh karna menaruh harapan pada Argan yang jelas tidak menyukainya. Tapi siapa yang tau, Tuhan kan maha membolak-balikan hati, bukan?. Kanela percaya itu. Nela akan selalu menempel kecuali, Argan sendiri yang menolaknya.
Selama ini Argan memang tidak pernah menolak Nela, lelaki itu bahkan membiarkan Nela bertingkah sesuka hati. Kadang memang menegur, tapi hanya teguran kecil yang sering kali Kanela abaikan.
Seperti pagi ini, Nela sudah siap dengan setelan kerjanya, menghampiri Argan yang juga sama siapnya. Mereka akan meneninjau proyek di luar kota, tapi sepertinya Argan tidak menginginkannya ikut.
"Tolong, Kanela. Kamu tidak perlu ikut sekarang." ujar Argan kesal. Sudah berapa kali ia katakan, tapi gadis itu tetap seperti batu.
"Tapi kan saya juga mau liat pembangunannya, Pak." jawab Nela masih tidak mau mengalah. Jadwalnya hari ini memang Argan akan meninjau pembangun di Bandung bersama klien baru mereka, tapi karna Nela ingin selalu menempel, mangkanya ia memaksa sekarang.
"Saya bos, atau kamu bos?"
"Bapak yang bos." jawab Nela polos. "tapikan saya calon istri bos." lanjutnya dengan menyengir.
Argan menghela nafas lelah. Menurutnya sudah terlalu biasa mendengar ocehaan Kanela, bahkan Argan sampai tidak peduli lagi. Memang sudah jadi rahasia umum jika Nela menyukainya, bahkan dari pihak keluarga pun sudah mengetahui itu. Dan apa tanggapan seorang Argan Juanda, tidak peduli!
Bagi Argan, Nela hanya secuil serangga penggangu. Ia tidak peduli Kanela melakukan apapun, selagi itu tidak merugikan dirinya. Tapi kali ini berbeda, Argan akan melarang keras gadis itu ikut.
Ini sungguh amat tidak baik, apalagi Argan akan bertemu seseorang di sana. Bisa-bisa gadis itu hanya merecok saja. Toh selama ini Argan selalu membiarkan Nels menempelinya, tapi Argan juga membutuhkan waktunya sendiri beberapa hari kedepan.
"Begini saja. Saya akan memberikaan apapun, tapi tidak perlu ikut saya. Bagimana?" tawar Argan. Sungguh, ia tidak bisa membawa gadis itu kesana.
Mata Kanela berbinar senang, apakah ini sebuah petunjuk agar dirinya menjadi jutawan. "Tiga permintaan." jawabnya dengan menujukan tiga jarinya.
Arga mengguk. "Oke."
"Pertama aku mu belanja bahan makanan sama bapak. Kedua, mau camping berdua. Terus ketiga, emm..." Nela diam, lalu mengetukan jarinya berfikir.
"Ketiga apa?" tanya Argan tidak sabar. Ia benar-benar akan telat sekarang.
"Nggak jadi. Aku mau ikut aja."
Percumah memang melarang Kanela, akhirnya malah menciptakan perdebatan panjang tiada ujung. Toh Argan tetap membiarkan gadis itu ikut dengannya, tapi dengan satu syarat tidak merecokinya.