5.

39K 1.4K 48
                                    

Argan menatap berang dua manusia yang bisa-bisanya duduk tenang di sofa kmarnya, padahal Argan sendiri sampai kelelahan menyusuri jalan sekitar hotel untuk mencari Kanela. Astaga! Bahkan mulutnya sudah tidak bisa mengucapkan apa-apa karna kelakuan mereka berdua itu.

Iya, iya, Argan juga tau ia terlibat dalam kesalahan itu, tapi tak bisakah dua orang di depanya itu bersimpati sedikit saja. Mungkin jika ia tak memilih mandi terlebih dahulu setelah dari proyek, atau ia tak memberikan kunci akses hotelnya pada laki-laki sialan yang sedang menyengir kepadanya sekarang itu, tidak akan menjadi rumit seperti sekarang.

"Juna." panggil Ayumi lirih.

"Apa!" sentak Argan. Ia benar-benar pusing sekarang, di tambah kabar Kanela yang ternyata memilih pulang ke Ibukota.

"Hei, hei, hei. Santai, Bro!" seorang lelaki yang sejak tadi duduk di sebelah Ayumi maju. "gue tau lo lagi kesel, ta—"

"Lo nggak tau!" potong Argan. Matanya meyorot tajam pada lelaki itu. Sial! Seharusnya ia memang tidak membantu lelaki brengsek seperti Arkam itu. Tapi lebih sialnya lagi orang itu adalah temannya.

Arkam mundur dengan mengangkat tanganya, seolah menyerah oleh amarah yang Argan layangkan. Niatnya hanya menitipkan Ayumi yang menjabat sebagai tunangannya pada Argan, tapi ia tak tau jika Argan akan datang ke Bandung dengan calon pacaranya.

Lalu jika soal Kanela yang memergoki Ayumi di kamar Argan, itu bukalah rencana Arkam. Ia mana tau jika Kanela akan mengetuk kamar Argan, Arkam , kan hanya melakukan eksperimen yang iya-iya di kamar sahabatnya. Mereka sudah berkawan lama, apalagi Argan juga yang mengenalkanya dengan Ayumi.

Ayolah,  Arkam melakukan dengan calon istrinya, di mana letak masalahnya? Toh Argan juga tidak melihatnya, lelaki itu pergi entah kemana. Tapi ya memang setelah Arkam melakukan pelepasan dan di susul Ayumi yang jatuh tertidur, Argan kembali. Lelaki itu memang marah, tapi hanya sebentar dan memilih pergi mandi karna katanya akan menemui seseorang. Sebelum itu Arkam juga masih sempat menyuruh sahabatnya itu untuk memesan makanan.

"Keluar!" suruh Argan. Ia sedang tidak ingin diganggu, apalagi diberi pencerahan seolah orang-orang itu pernah mengalami hal sepertinya. Demi Tuhan Kanela itu cinta pertamanya, ia benar-benar kalut saat mendengar gadis itu pergi dengan kesalah pahaman.

Argan memang sadar ia telah menyukai gadis itu sejak lama, tapi sifat stay coolnya menampik. Tidak ingin terima. Rasanya harga diri Argan masih terlalu tinggi untuk mengakui, apalagi ia masih takut di perbudak oleh cinta.

"Jun-a, aku k-ita." ucal Ayumi tergagap. Ia benar-benar merasa bersalah, di tambah amarah Argan yang membuatnya takut. Seharusnya Ayumi tadi mencoba menjelaskan pada Kanela agar tidak terjadi salah paham, tapi ia juga terlalu takut melihat ekspresi gadis itu yang akan menerkamnya.

"Udah, Ay, kita keluar aja." ajak Arkam pada tunaganya. Ia sudah lama mengenal Argan, jadi sangat mengerti dengan amarah lelaki itu yang sulit di redam.

"Tap—"

"Nggak papa, dia bisa ngatasin masalahnya sendiri." potong Arkam yang di selipi kalimat sindirin. Ya walapun sebenarnya kehadiran mereka berdua juga tidak membantu apa-apa, tapi setidaknya bisa menjelaskan jika perlu. Ingat ya ini bukan sepenuhnya kesalahan mereka berdua, salahkan Argan saja yang kebayakan gaya tidak cepat menyatakan cinta.

"Itu nggak papa Juna di tinggal sendiri?" tanya Ayumi saat mereka sudah masuk ke kamar merek sendiri.

"Dia udah gede, Ay. Mau di tinggal di hutan sendiri juga masih selamet."

"Ih, serius." dengan jengkel Ayumi memukul pundak Arkam. Lelaki itu memang tidak bisa serius.

"Aw, sakit, Ay." ucap Arkam berbohong.

Kanela(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang