Terhitung sudah 2 bulan Argan dan Kanela menikah, tapi hubungan mereka masih begitu-begitu saja. Argan yang berubah menjadi lelaki penuh rayuan yang mendayu-dayu, sedangkan Kanela selalu murka jika di dekat lelaki itu. Pesta pernikahan mereka juga sudah di adakan, walapun tidak begitu mewah tapi cukup banyak juga tamu yang datang. Maklum relasi, ada artis, juga penjabat negara yang hadir.
Tapi entah di sebut apa rumah tangga mereka sekarang, pasangan bahagia, atau menderita karna Argan selalu galau setiap malam yang tidak pernah mendapat pelukan dari istri tercinta.
Katanya yang penting sudah menikah, susah senang di lewati bersama. Ini mah Argan yang selalu menderita, setiap malam harus tahan nafsu karna melihat istrinya yang menggoda. Pernah sekali mencoba melewati batas, tapi besoknya malah ia di suruh tidur di sofa. Kan semakin malang saja hidup Argan yang penuh wibawa.
"Suami lo kapan pulang, Nel?" tanya Gita dengan mengapit toples, memakan cemilan yang tersedia di meja. Gadis 26 tahun itu melakukan kunjungan ke rumah temannya, setelah beberapa kali sempat menolak karna meras tidak enak pada Argan yang notabenenya adalah mantan bos.
Gita memang memilih ikut resign seperti Kanela, tapi bedanya ia merintis usahanya sendiri. Tidak seperti Kanela yang menikah dengan atasanya. Sedangkan Anita, teman mereka satunya lagi itu sedang gacor-gacornya bekerja, maklum habis naik jabatan. Enak ya, di tinggal 2 temanya resign, malah mendapat posisi yang mumpuni.
"Nggak tau." jawab Kanela malas. Ia sedang sebal pada Argan, lelaki itu kembali melewati batas di atas tempat tidur. Bisa-bisa Nela pindah kamar saja jika seperti ini terus. Jika bukan karna akal bulus Argan yang tidak memberi kasur pada setiap kamar di rumah pernikahan mereka, sudah di pastikan tidak akan pernah ada kata seranjang.
"Suami sendiri nggak tau." Gita tertawa mengejek. Temanya itu memang lucu. "Di ambil orang nyahok lo."
"Biarin." Kanela menyahut sekenanya, lalu berlanjut memasukan makanan kembali dalam mulutnya. Enak juga ngemil, kenapa malah membahas Argan yang setengah waras itu.
"Lah." Gita nampak kaget. Fix, ini mah suami istri memang tidak waras.
"Kenapa?" tanya Kanela saat Gita hanya diam lalu memendanginya. "Gue gendutan, ya?"Nela tau kok berat badanya naik, ia tadi habis timbang jadi tau. Walapun tidak banyak, tapi memang cukup mempengaruhi. Lagian mana mungkin tidak naik, jika kerjaanya saja hanya makan tidur rebahan. Suami sudah kaya, mau kerja apalagi.
"Lo iklas kalo semisal pak Argan di embat cewe di luaran sono?"
Nela menghela nafas pelan, ia pikir temanya itu akan berkomentar tentang bentuk tubuhnya. "Kenapa? Lo mau coba jadi pelakor?"
"Gila!" maki Gita keras.
"Lagian lo kenapa nayak begituan? Kalok Argan mau juga ya terserah." berbanding terbalik dengan apa yang Nela ucapkan, hatinya merasa bergemuruh kuatir. Walapun memang belum terlalu memercayai Argan sepenuhnya, tapi dalam relung hati Kanela juga merasa takut kembali di tinggalkan. Masak baru sebulan menikah sudah mau jadi janda.
"Oh, pantesan." ujar Gita seolah mengerti.
"Pantesan kenapa?"
"Gue kemarin liat pak Argan mas—"
"Di mana?" potong Kanela cepat. Ia merasa takut jika fakta akan kembali menggiringnya menemukan Argan dengan wanita lain lagi. Ya walapun baru sekali, tapi kan bisa jadi ada dua kali, tiga kali hingga seterusnya.
Gita mengkerutkan keningya bingung. Katanya tidak peduli, tapi di pancing sedikit sudah kelabakan. "Di Hotel persimpangan deket toko."
Bahu Kanela meluruh.