Kanela menangis dipelukan Mami ketika Abah memberi ultimatum untuk segera melangsungkan pernikahan dengan Argan. Kinanti memang tidak menghubungi orang tuanya atau bahkan polisi, gadis kecil itu ternyata hanya mengigau dan kembali tidur di sofa ruang televisi. Tapi semua tidak selesai sampai di situ, pagi-pagi sekali, Abah dan Mami ternyata datang ke rumahnya. Dan lebih sialnya lagi, orang tuanya itu memergokinya sedang berada dalam satu bilik kamar dengan seorang laki-laki.
Astaga, kenapa waktunya bisa sangat pas sekali?
Semua menjadi runyam ketika Abah kembali menuntut penjelasan pada Kinanti tentang kejadian sebenarnya. Gadis yang umurnya belum genap 19 tahun itu hanya menggeleng tidak tahu, tapi mulutnya malah berbicara jika semalam mendengar orang bertengkar membahas kehamilan.
Astaga! Dari sekian banyak kata-kata yang keluar, kenapa gadis kecil itu hanya mendengar satu kata, yaitu 'hamil'. Itulah sebabnya Abah dengan membabi buta memukuli Argan, lelaki itu sekarang sedang tertunduk di lantai dengan tubuh lemas, dan wajah yang penuh luka
"Mohon maaf jika kelakuan anak saya seperti binatang, Pak Broto," Ari sebagai Ayah Argan pun sepertinya malu memiliki anak seperti Argan. Pagi-pagi sekali dihubungi jika anaknya menghamili Kanela, gadis yang dia kenal sejak piyik, "Ini memang tidak bisa dibenarkan, dan kalu bisa kita harus cepat-cepat melangsungkan pernikahan,"
Abah mendengus tidak suka, matanya menyorot tajam Argan yang masih setia menunduk, merasa bersalah. "Mau bagaimana lagi, minggu ini saya harap semua sudah beres," Sebenarnya masih ada rasa tidak ikhlas putri semata wayangnya diperlakukan seperti ini, tapi mau bagimana lagi?
"Baik, saya akan siapkan semuanya," Setuju Ayah. Kini pandangannya berubah iba saat melihat anak pertamanya. Kasihan sebenarnya, tapi mau bagimana lagi? Itu ulahnya sendiri. "Dengar, Argan?"
Argan yang ditanya pun hanya mengangguk lemah. Bibirnya robek, jadi sangat sakit untuk berbicara. Abah tidak main-main memukulinya. Walaupun mereka sudah saling mengenal, sepertinya tidak ada belas kasihan sama sekali.
Sedangkan di ruang televisi, Kanela masih tidak berhenti menangis. Ditemani dengan Mami dan Bunda, Nela selalu bergumam tidak ingin menikah. Gadis itu bahkan semakin mengkencangkan tangisnya ketika mendengar pernikahannya akan digelar seminggu lagi.
"Nela nggak mau nikah, Mami," ujar Kanela dengan sesenggukan.
"Yang ikhlas, Sayang. Kasihan babynya," Mami mengelus tubuh gempal anaknya. Pantas saja tubuh Nela sedikit melebar ketimbang 2 bulan lalu, ternyata anak gadisnya itu sedang mengandung.
"Nggak usah takut, Bunda akan jaga kamu kalau Argan macam-macam," Wanita paruh baya yang telah melahirkan anak laki-laki yang dianggap bejat itu pun membantu meluruhkan hati calon menantunya.
Kanela mengeleng-gelangkan kepala, tanda masih tidak terima. Tidak peduli dengan rayuan apapun, dia sudah besar, bukan anak kecil yang menyukai kata kiasan.
"Kamu memang tega anak kamu lahir tanpa ayah?" tanya Mami.
"Nela nggak hamil, Mami," Bantah Kanela. Memang benar adanya, dia dan Argan tidak pernah melakukan hal lebih. Jadi bagaimana bisa hamil? Kecuali ciuman waktu itu. Tapi ciuman tidak bisa membuat hamil, kan?
"Husst! Nggak boleh gitu, anak itu titipan dari Tuhan, kamu harus menerima,"
Entah bagiman lagi cara Kanela memberi pengertian pada orang tuanya jika dia tidak hamil, semua salah paham. Kenapa hidupnya harus diiringi dengan salah paham terus, sih? Kemarin dia dan Argan, sekarang dirinya, Argan, serta para orang tua mereka.
"Tapi Nela memang nggak hamil, Mami. Bunda percaya, kan?" Nela beralih mencari pembelaan pada Ibu Argan. Wanita berkerudung yang sangat lembut itu pasti percaya, kan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Kanela(End)
القصة القصيرةKanela sudah menyukai Argan lebih dari 7 tahun, tapi selama itu pula Argan mengabaikannya. Awalnya Kanela tidak masalah, tapi setelah melihat ada wanita lain di kamar lelaki itu, Nela memilih membuang rasa cintanya. 21+