5

240 31 0
                                    


Happy reading ♡

Siang ini Yogi bergegas keluar dari kamarnya, rencananya hari ini dia akan pergi ke rumah temannya untuk mengerjakan tugas.

Dilihatnya sang ibu yang sedang duduk apik di sofa ruang tamu sambil membaca berita terkini. Tanpa ragu Yogi menghampirinya.

“Ibu?” panggilnya.

Farah mendongak menatap anaknya lantas tersenyum cerah.

“Wahh anak ibu ganteng, wangi lagi, mau kemana, mau kencan ya?” goda sang ibu.

Yogi tertawa menanggapinya,

“Enggak kok bu, Yogi mau pamit pergi ke rumah temen mau ngerjain tugas dulu”

“Kirain anak ibu ini mau kencan”

“Yaudah, hati-hati ya jangan ngebut. Nanti kalo udah sampe chat ibu ya!” ujar Farah sambil mengelus surai Yogi lembut.

Yogi mengangguk lalu berpamitan kepada sang ibunda.

Setelahnya Yogi berjalan menuju pintu utama, dan tanpa ia sadari Juan sudah berdiri disana menyaksikan Yogi yang dibelai sayang oleh sang ibu.

“Awan?” tegurnya

“Udah pulang? Kok gak langsung masuk?”

“I–iya ini baru mau masuk, kakak mau kemana?” tanya Juan

“Mau ke rumah Ajun ngerjain tugas, kakak duluan ya” Juan tersenyum menanggapinya, dan pergilah Yogi dari tempatnya.

Farah menatap Juan yang berjalan masuk ke dalam rumah, tatapan itu tetap sama. Datar tak berekspresi.

Juan berhenti saat berada dihadapan sang ibu, cukup lama ia terdiam. Hingga Farah berencana meninggalkan ruang tamu itu.

“Awan juga mau diperhatiin kaya kak Yogi, ibu bisa kasih itu buat Awan?” tanyanya lirih hingga nyaris tak bersuara.

“Ibu juga sayangkan sama Awan?”

Farah mengerutkan keningnya, lantas berbalik menatap anaknya itu.

“Apa-apaan sih kamu ini? Dasar anak aneh.” setelah berucap demikian Farah langsung pergi dari hadapan sang anak.

Juan menatap kepergian ibunya,

“Aku harap ibu juga menyayangiku” ujarnya tersenyum simpul.

^^


Juan merasakan lapar, cacing diperutnya sudah meronta ingin diberi makanan. Oleh karena itu ia bergegas keluar dari kamar menuju dapur yang berada dilantai utama.

Saat ia sudah berada di dapur, dilihatnya sang ibu yang juga makan disana. Juan sebenarnya ragu untuk mengambil makanan, tapi rasa laparnya itu seakan ingin membunuhnya, dengan terpaksa ia mengambil tempat duduk tepat dihadapan sang ibu.

Sang ibu tidak merasa terusik sedikitpun, ia tetap melanjutkan acara makannya, seperti ia tidak menyadari kehadiran anaknya.

Juan gugup, ini baru pertama kalinya ia makan berdua dengan sang ibu, biasanya ia akan memakan makanannya terakhir setelah semua anggota keluarganya makan.

Juan mulai mengambil piring, menumpuk nasi dan beberapa lauk pauk. Dilihatnya sang ibu yang tampak tak peduli terhadapnya. Ia mencoba menyuapkan sesendok nasi kemulutnya.

“Makan yang banyak, biar nggak kurus. Nanti orang-orang ngira kalo ibumu ini gak pernah kasih makan ke kamu!!” ujar sang ibu dingin.

Juan yang semula ingin menyendokkan nasi, kembali urung. Ia menatap sang ibu lekat.

“Nih nitip nanti cuciin, sekalian beresin tuh dapur yang kotor.” setelah berucap demikian sang ibu pergi meninggalkan Juan di ruang makan sendirian.

Mata Juan tak hentinya menatap sang ibu,

Benarkan itu ibunya?
Ibu menyuruhnya banyak makan?
Ibu perhatian terhadapnya?

Pikir Juan kala itu. Tanpa ia sadari senyum manis terpatri pada wajahnya bersama dengan air mata haru yang jatuh membasahi pipinya.

^^


Jam dinding menunjukkan pukul delapan lewat dua puluh menit. Juan mengetuk pintu kamar milik sang kakak.

Tok tok tok...

Tak selang berapa lama muncullah Yogi dari balik pintu.

“Awan?”

“Masuk sini” titah Yogi

Tanpa ragu Juan mengikuti langkah kaki Yogi memasuki kamar.

“Tumben Wan, ada apa?” tanya Yogi keheranan.

Bukannya menjawab mata Juan malah berkaca-kaca sambil menatap Yogi.

“Eh, loh Wan kamu kenapa–” belum sempat Yogi merampungkan kalimatnya Juan memeluk sang kakak.

Yogi yang merasa bingung hanya membalas pelukan Juan dan berusaha menenangkannya.

Sekitar 8 menit Juan menangis dipelukan Yogi, setelah mulai mereda Yogi coba menanyakan pasal hal apa adiknya ini menangis.

“Heii, kenapa kok nangis??” tanya Yogi lembut.

“I-bu tadi nyuruh aku banyak makan kak, itu artinya ibu sayang sama Awan kan”

Yogi yang mendengarnya tersenyum penuh, hei semudah itu membuat Juan bahagia.

Yogi pikir ia menangis karena hal lain, ternyata untuk yang pertama kalinya ia menangis bahagia karena sang ibu.

“Oh ya? Terus beliau bilang apa lagi?”

“Ibu nyuruh aku makan biar nggak kurus katanya.”

“Kak aku seneng banget ternyata ibu masih peduli sama aku” lanjutnya dan ya Juan kembali menangis.

Sekali lagi Yogi memeluknya,

“Bagus, itu artinya ada kemajuan. Awan harus tau satu hal, gak ada ibu yang bener-bener bisa benci anaknya sendiri. Meskipun ibu kelihatannya gak peduli tapi dalam lubuk hatinya ibu tetaplah ibu, dia punya ruang sendiri untuk anaknya Wan.”

“Jadi jangan nyerah, Kakak yakin lama kelamaan kamu pasti bisa ngeluluhin hati ibu, bukan hanya itu kamu juga pasti bisa ngeluluhin hati ayah” jelas Yogi panjang lebar.

“Semangat Awan!!” ujar Yogi sekali lagi.

Juan tersenyum lantas mengangguk pasti.

“Iya aku pasti bisa!!” ucapnya dalam hati.

_____

Tbc

Maap kl lama gk update :)

[✓] ASA dari AWAN [So Junghwan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang