8

199 26 0
                                    

Happy reading♡

Kemarin, untuk pertama kalinya Juan merasakan hidup normal. Tidak ada perlawanan, tidak ada teriakan, tidak ada tamparan dan cacian, semua terasa sangat normal.

Ia jadi penasaran apa yang akan terjadi padanya hari ini, hanya ada dua kemungkinan, buruk atau baik.

Kali ini Juan, Jery, dan Jihan berjalan bersama, ujian telah berakhir sekitar 20 menit yang lalu. Akhirnya mereka bertiga telah selesai menjalankan ujian dengan baik, dan kini mereka tinggal menunggu hasilnya.

“Gila sih, masa tadi fisika gua cepet banget ngerjainnya” ucap Jery memecah keheningan.

“Wahh keren banget, padahal kan fisika tuh susah” Jihan menanggapinya dengan bertepuk tangan.

“Ya kan gua modal berpasrah diri, kalo jawabannya bener ya syukur kalo gak bener ya sukurin”

Jihan segera menggaplok lengan Jery,

“Goblog emang, gua kirain beneran pinter elu”

“Kalo pinter bukan Jery namanya” ujar Juan

“Iyasih, emang otak lo tuh dari dulu kan cuma setengah, miris banget..”

“Kurang ajar mulut lu ya, untung perempuan lu, kalo laki udah gua tonjok luh”

“Nihh tonjok nih muka kalo berani” ucap Jihan menantang.

Juan terkekeh,

“Udah deh kalian tuh kenapa ribut mulu dari tadi”
Jihan menunjuk ke arah Jery,

“Abisnya dia ngeselin”

“Mana ada kan gua cuma cerita, siapa juga yang nyuruh lu percaya?”

“Kalo gini gak akan selesai sih perkaranya.” Oke Juan mulai geram.

Akhirnya mereka terdiam, waktunya juga tepat kini mereka sudah sampai didepan gerbang.

“Lu sama siapa Wan?” tanya Jery padanya.

Juan mengangkat bahunya, lantas menggeleng.

“Jalan kaki mungkin, Kak Yogi bilang dia ada olimpiade di luar kota selama 3 hari”

“Yaahh gua hari ini ada janji sama Luna buat pulang bareng, sorry ya Wan gak bisa nemenin pulang” Jihan merasa bersalah.

“Gak papa kali, santai aja, gua juga udah biasa kok”

“Dihh emang lu kira Juan mau pulang bareng sama lu?” sarkas Jery.

Lagi-lagi lengan Jery mendapat gamparan dari Jihan, “Heh emang siapa sih yang gak mau jalan sama gua ha, kemaren gua sama Juan juga pulang bareng ye njir”

“JIHANN!!”

Belum sempat Jery menyemprot Jihan, Luna sudah meneriakinya dari atas motor.

“Ayo udah sore” ujar Luna.

Dengan begitu Jihan lantas berpamit kepada Juan dan Jery untuk melanjutkan perjalanannya. Jery pun serupa, ia juga berpamit kepada Juan, dia harus menjemput adiknya les.

Dan tinggallah Juan sendirian, menapaki jalan sore dengan perlahan. Ia sebenarnya merasa aneh, dia anak orang mampu sekarang tapi untuk ke sekolah ia harus berjalan kaki. Tapi tak apa, dia ikhlas. Toh ia tak ingin merepotkan ayahnya untuk memberinya sepeda motor.

Juan kasihan terhadap ayahnya yang bekerja banting tulang siang malam untuk menghidupi keluarganya, ia tak mau lagi merepotkannya.

Seketika ia tersadar dari lamunannya saat didengarnya suara teriakan seseorang. Ia melihat sekeliling dan betapa terkejutnya ia saat dilihatnya seorang wanita berumur lebih dari setengah abad kini tergeletak ditengah jalan dengan seorang pengendara motor yang sudah kelabakan untuk kabur.

[✓] ASA dari AWAN [So Junghwan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang