4

251 31 0
                                    

Selamat membaca ♡.


Gerimis datang membasahi bumi, ini sudah pukul 01.04. Didalam kamarnya, Juan tak sekalinya terlelap. Suara lantang sang ayah masih setia terdengar dalam rungunya. Bahkan tamparannya terasa masih membekas.

Juan menatap kosong ruangan yang temaram itu. Ia mulai mengutuki dirinya sendiri.

Memikirkan pertanyaan yang selama ini selalu berputar pada otaknya.
Yang jawabannya tetap sama, ia sendiri tak tahu.

Kenapa ia lahir di dunia jika orangtuanya tak menginginkannya?

Kenapa ia diperlakukan berbeda dengan kakaknya?

Dimana letak kesalahannya?

Jika memang ia tak diinginkan kenapa tidak membunuhnya saat ia masih bayi?

Atau memang mereka ingin membunuhnya secara perlahan?

Juan tidak tahu, memikirkan semua pertanyaan itu membuat hatinya bergetar. Lagi dan lagi ia menangis, bahkan mungkin tembok kamar ini sudah bosan melihat Juan menangisi nasibnya yang pilu setiap hari.

Ia ingin menyerah, tapi Yogi dan Jery selalu datang menyelamatkannya.

Atas dasar apa ia tak diinginkan oleh orangtuanya?

Sejauh mana ia akan bertahan?

Tetap sama hanya pertanyaan tanpa jawaban yang ia temui.

Juan kembali terisak, bahkan isakannya semakin kuat. Ia meremat bantalnya mencoba menetralisir rasa sakitnya.

Hei masih adakah tempat untuk Juan bahagia?

“Ayah, ibu tolong peluk aku sekali saja...” ujarnya lirih dengan segala keputus asaannya

”Kalian juga menyayangiku kan?”

“Aku harap begitu” senyum pahit ia tampilkan.

Ia tidak sanggup lagi, Juan menenggelamkan wajahnya pada bantal untuk meredam suara tangisnya. Hingga pada akhirnya suara itu reda dengan sendirinya.

Ya, selalu seperti ini Juan tertidur dengan linangan air mata.

^^


Disisi lain, Yogi menutup mulutnya rapat-rapat dibalik pintu kamar sang adik.  Hatinya teriris kala mendengar tangisan pilu Juan.

Ia tadi terbangun untuk mengambil segelas air, tapi suara isakan dari kamar Juan mengalihkan fokusnya hingga ia memilih berhenti tepat didepan kamar Juan.

Seputus asa itukah adiknya?

Yogi menangis dalam diam, untuk kali ini ia tidak ingin menenangkan sang adik. Ia ingin Juan melepaskan semua beban yang ia sandang sendiri kali ini. Karena Yogi tau, dihadapannya Juan akan tetap terlihat baik-baik saja.

Dulu saat mereka masih kecil Yogi pernah bertanya kepada Juan pasal asa yang ingin diraihnya, dan hanya dengan itu satu kata keluar dari bibir Juan.

‘Bahagia’

Kalimat sederhana yang menggambarkan bahwa dalam hidupnya belum pernah merasakan hal yang serupa.

Juan kecil yang malang, selama hidupnya hanya dihampiri oleh penderitaan. Bahkan saat mereka bersama pun Yogi merasakan perbedaan antara dirinya dan Juan, terutama dalam porsi kasih sayang.

Dan mulai saat itu Yogi ingin mewujudkan asa sang adik, karena ia tau bahwa yang adiknya punya hanya dirinya bukan kedua orangtuanya.

Yogi sebenarnya muak dengan perlakuan sang ayah, namun apa dayanya jika melawan ia tak ingin dicap sebagai anak durhaka.

Ingin rasanya ia membawa Juan pergi jauh, hidup dilingkungan baru yang membuat Juan terasa nyaman.

Tapi kembali lagi, dengan apa nanti Yogi nanti menafkahi Juan, bahkan ia masih berstatus sebagai mahasiswa.

Yogi menghela napas panjang, ia kembali melangkahkan kakinya menuju kamar. Diam terpaku di belakang pintu setelahnya, tubuhnya kian merosot turun.

Bahkan Yogi ikut menangisi nasib sang adik.
Apakah benar dalam hati sang ibu tidak sedikitpun terselip rasa belas kasihan?

Yogi turut terisak, “Maaf, untuk saat ini kakak belum bisa memenuhi janji”

Malam kian larut, Yogi terbaring dengan hanya ada otak yang berpikir tentang bagaimana cara Yogi memenuhi asa sang adik yaitu bahagia.

_____

Tbc

Seeyousoon

[✓] ASA dari AWAN [So Junghwan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang