Malam semakin larut. Berkali-kali Xiao Zhan berguling ke kanan dan ke kiri di atas kasurnya, namun sepertinya ia belum menemukan posisi yang tepat untuk tidur.
Sebenarnya bukan karena ranjangnya yang kurang nyaman, tetapi karena pikirannya yang melayang kemana-mana sejak tadi. Ya, baru dua hari Xiao Zhan tinggal di mansion besar ini namun pemuda itu sudah sangat merindukan rumah mungilnya yang nyaman di pinggiran kota. Ia juga merindukan kehadiran suaminya disisinya yang selalu memeluknya sebelum tidur.
Xiao Zhan sudah bertekad untuk tidak menelepon Jingyu untuk mengutarakan perasaan rindunya. Jika Xiao Zhan melakukannya ia tak yakin bisa menahan air matanya agar tidak keluar, dirinya takut akan membebani pikiran suaminya disana. Ia terus mengingat niatnya untuk bekerja mengumpulkan uang demi membantu Jingyu, demi masa depan rumah tangga mereka. Xiao Zhan mencoba menguatkan dirinya sendiri.
'Jingyu ge, aku merindukanmu...'
.
.
Hari masih pagi namun mansion besar Wang sudah disibukkan oleh berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para pelayannya. Termasuk lelaki bergigi kelinci yang sedang menyapu bagian sisi lorong bersama beberapa gadis pelayan yang masih muda.
Mereka sedang mengobrol seru, sedangkan Xiao Zhan sedari tadi hanya menjadi pendengar yang baik sambil menyelesaikan pekerjaannya. Mungkin karena Bibi Zhang sedang tidak berada disana, para gadis itu jadi berani menggosip saat sedang bertugas.
"Kudengar kamar pribadi turun temurun milik nyonya Wang sekarang sudah terisi oleh seseorang."
"Hah benarkah? Mengapa kami semua tidak tahu apa-apa tentang ini?!" Seorang gadis berambut ikal menghentikan kegiatannya mengelap pajangan.
"Kelihatannya Tuan Wang merahasiakan hal ini, tapi kemarin Tuan Haikuan sendiri yang membantu proses renovasi dan membawa banyak pakaian baru ke kamar itu."
"Wahh sepertinya rumah ini akan kedatangan nyonya baru, hihi."
"Kuharap kita mendapatkan nyonya yang baik hati dan perhatian, tidak seperti mantan istri Tuan Wang..." Sang gadis memelankan suaranya saat menyebutkan kalimat terakhir.
"Heii kau ini. Tapi aku juga berharap seperti itu."
Kedua gadis tersebut masih asik bergosip dan tidak menyadari ada lelaki manis yang turut mendengarkan perkataan mereka.
Sejauh yang Xiao Zhan ketahui, dulu Wang Yibo menikah karena perjodohan bisnis dan tidak saling mencintai sehingga pasangan suami-istri tersebut berpisah tak lama setelahnya. Mereka memiliki satu putra yang bernama Wang Jun, bocah yang kemarin hampir menabrak dirinya.
Diam-diam Xiao Zhan bersimpati pada Wang Jun karena sudah harus dihadapkan pada perceraian kedua orang tuanya saat usianya masih terlalu kecil, bahkan ibunya dikabarkan tidak pernah menjenguknya satu kalipun.
Lamunan Xiao Zhan dibuyarkan oleh suara ketukan sepatu pantofel. Terlihat Wang Yibo yang berjalan dengan ritme tetap. Dia mengenakan tuksedo abu dan kemeja putih. Jam tangan rolex yang bernilai jutaan yuan melingkar dengan apik di tangannya, menaikkan kadar ketampanannya.
Mata setajam elang Wang Yibo melirik Xiao Zhan sekilas dan memberikan senyuman kecil pada pemuda manis tersebut, lalu dia kembali mengalihkan pandangannya ke depan. Sang kepala pelayan, Liu Xueyi mengikuti di belakangnya sambil membawakan tas kerjanya.
Ketika bayangan Wang Yibo menghilang di sudut lorong, para pelayan wanita memekik pelan. Xiao Zhan yang tanpa sadar sedari tadi menahan nafasnya kini bisa menghembuskan nafasnya dengan normal kembali. Hah, apa yang terjadi dengan dirinya? Herannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine, Not Yours [Yizhan] END PDF✔️
أدب الهواةHuang Jingyu adalah seorang penggila judi. Ia terpaksa menjaminkan istrinya yang cantik, Xiao Zhan, pada seorang konglomerat kaya raya bernama Wang Yibo karena terlilit hutang. Wang Yibo yang akhirnya berhasil mendapatkan cinta pertamanya berada dal...