4. Job Vacancy

5.9K 633 24
                                    

"Hah Jingyu ge, kau benar-benar akan mengizinkanku bekerja?" Pekik Xiao Zhan penuh semangat, yang ditanggapi dengan anggukan dari Jingyu.

Lelaki bergigi kelinci itu memeluk suaminya erat karena terlalu senang, sedangkan Jingyu hanya membalas pelukannya dengan senyum sedih yang tidak disadari istrinya.

"Kau sangat senang?"

"Tentu saja ge! Akhirnya kau mengizinkanku untuk membantumu mencari uang." Xiao Zhan tersenyum manis. Jingyu mengacak rambutnya gemas dan mengecup bibir ranum istrinya.

"Oh iya Zhan, disitu tertulis kontraknya selama enam bulan jadi kau tidak bisa pulang ke rumah selama setengah tahun." Jingyu mengingatkan, ia sebenarnya ingin menggigit lidahnya sendiri yang begitu lancarnya melontarkan kebohongan-kebohongan pada istri polosnya itu.

Xiao Zhan mengangguk lesu. Moodnya yang semula bagus menjadi turun lagi, tentu saja ia sedih karena akan meninggalkan suami tercintanya selama enam bulan.

"Tidak apa-apa sayang, aku akan menemuimu disana setiap hari libur, atau setiap aku ada waktu nanti." Jingyu membawa Xiao Zhan ke dalam pelukannya dan mengelus rambutnya lembut, kebiasaan yang selalu dilakukannya untuk menenangkan istrinya ketika sedang sedih ataupun merajuk.

"Baiklah ge. Janji ya?" Mata bulat Xiao Zhan berbinar penuh harap.

"Iya, aku berjanji padamu." Jingyu mengecup pucuk hidung mancung istrinya dengan lembut.

Xiao Zhan lalu mengalungkan tangannya pada leher Jingyu dan tersenyum nakal. "Ge, ayo lakukan itu. Besok aku sudah harus pergi." Kelinci manis itu kemudian mendudukkan pantat sintalnya di pangkuan suaminya.

Gluk

Jingyu meneguk ludahnya karena tenggorokannya mendadak terasa kering. Seperti biasa ia pasti selalu terpancing saat Xiao Zhan mulai menggodanya. Tangannya meremas pantat bulat nan kenyal milik istrinya dan mulai mencium bibir merahnya lembut. Namun sekali lagi, ia teringat akan kontraknya dengan Tuan Wang yang sudah dimulai.

"Kenapa ge?" Xiao Zhan terlihat kecewa ketika Jingyu melepaskan pagutan bibirnya.

"Emm aku lelah sayang, kau juga besok pagi harus bersiap-siap."

"Hhh yasudah kalau begitu." Xiao Zhan mendesah kecewa, padahal ia sangat merindukan sentuhan suaminya. Jingyu juga jarang pulang ke rumah, mungkin itulah alasan mengapa mereka belum dikaruniai seorang anak sampai sekarang. Karena suaminya itu cukup sibuk sehingga mereka tidak bisa rutin melakukan hubungan badan.

Ya, Xiao Zhan termasuk salah satu lelaki yang tergolong 'istimewa' karena bisa mengandung. Kasus seperti ini hanya ada segelintir diantara milyaran penduduk di China, mungkin 1:100.000.000. Ia telah didiagnosis demikian sejak lahir. Beruntungnya, mendiang orang tuanya dan orang-orang di sekitarnya tidak pernah menganggap Xiao Zhan aneh. Mereka justru menganggap hal tersebut anugerah yang patut disyukuri.

Xiao Zhan pun sangat menyukai anak kecil, ia sering berangan-angan menimang bayinya sendiri. Para tetangga dan mertuanya juga sudah sering menanyakan kapan mereka akan punya anak, membuat beban pikirannya bertambah. Ia merasa gagal menjadi istri yang baik karena belum bisa memberikan anak di umur pernikahannya yang sudah menginjak tahun ke-delapan. Mereka sudah pernah memeriksakan diri ke dokter dan saat itu sang dokter mengatakan tidak ada yang salah dan menyuruhnya agar lebih banyak beristirahat agar tidak terlalu kelelahan. Sekarang mau ke dokter lagi pun mereka sudah tidak ada biaya. Mertuanya juga tak mampu membantu karena mereka juga kesulitan secara finansial, jadi Xiao Zhan hanya bisa berdoa pada Tuhan agar cepat-cepat bisa diberi momongan.

"Kita tidur saja sambil berpelukan." Jingyu mengangkat tubuh ramping istrinya dengan mudah ke dalam gendongan koala. Xiao Zhan dengan senang melingkarkan kakinya pada pinggang Jingyu, sedangkan tangannya masih memeluk leher suaminya itu dengan manja.

He is Mine, Not Yours [Yizhan] END PDF✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang