Suasana Baru

50 3 0
                                    

Hari ini cuaca cukup cerah aku sudah berada dlm gedung kantor pusat, disini aku masih pada posisi ku yg sama pada perusahaan cabang sebelumnya. Wajar saja aku msh di tahap staf HRD karena aku terhitung masih baru di perusahaan ini. Aku juga dengan mudah berbaur Bersama rekan2 baruku, terlebih aku punya atasan yg baik bernama bu widya. Bu widya sudah berkeluarga dan sepertinya dia sudah lama bekerja disini.

Aku memulai tugas pertamaku dari bu widya yaitu penyaringan penerimaan staf baru utk posisi sekretaris big boss. Tentu hal ini adalah sebuah hal yang sangat membanggakan utk, untunglah bu widya tetap saja mau mendampingi selama proses wawancara. Dan yapzz ini menjadi hari yang Panjang serta melelahkan utk ku. Banyak yang berpikir bahwa pekerjaan HRD itu gampang dan biasa aja, padahal tanggung jawab yg kami emban sebetulnya begitu besar. Tak jarang kami kena imbas dan malu jika ada karyawan yg kedapatan melakukan pelanggaran atau berkhianat pada perusahaan.

Alarm di smart watch ku berbunyi menandakan bahwa jam makan siang tiba. Akhirnya aku dan bu widya memberi waktu utk makan siang pada para pelamar yang masih mengantri. Aku menghembuskan nafas Panjang sesaat Setelah bu widya dan para pelamar pergi.

Astaga perutku sudah meraung2 minta diisi, aku ke café yang deket kantor aja. Aku memilih meja kecil yg dekat dengan balkon dan mengarah ke jalan raya. Ya walaupun jalan raya begitu padat namun aku tak terlalu khwatir krn posisiku di lantai 2 café. Sembari melahap makanan, aku memperhatikan kehidupan lalu lintas yang begitu beragam. Ada yg santai menunggu lampu merah, ada juga yg muram entah ada beban hidup apa, tak tertinggal mereka juga yg beraut kesal krn terjebak macetnya, dan sisanya adalah mereka para pengais rezeki lampu merah.

Sejenak aku tersadar bahwa kehidupan flat dan sepi yang kujalani saat ini sedikit lebih baik dari orang2 di luar sana. Namun tetap saja, manusia akan merasa kekurangan pada masing2 porsi nya. Di meja sebrang ku ada sepasang suami istri dan anak balita mereka, si suami tampak lahap menyantap makanannya sedangkan si istri menyuapi anak sekaligus dirinya sendiri secara bergantian. Tapi aku bias merasakan kehangatan dari moment tersebut. Lalu sedikit memori masa kecil ku pun terputar di ingatan. Ya bagaimanapun masa lalu akan seperti anak remaja yg akan terjaga sewaktu-waktu dan benar-benar tak akan tidur pulas.

Aku melirik jam tangan ku dan sekitar 15 menit lagi jam istirahat kantor akan berakhir, aku bergegas turun kebawah utk membayar bill dan tiba2 saja aku kehilangan keseimbangan dipertengahan anak tangga, heels ku sepertinya tidak mendarat di anak tangga yg tepat dan brukk. oh my God... siapa yg menyelamatkan ku, apakah ini malaikat dari surga. Aku merasa bahwa ada yang telah mendekap aku dari arah bawah, dan perlahan aku memberanikan diri membuka mata dan ternyata.. seorang pria berjas biru muda dengan dalaman kemeja putih, wajah nya bersih dari janggut, matanya berwarna coklat tua, dengan pangkasan rapi dan bulu alis yg rimbun. sepersekian detik kemudian aku sadar dan segera berdiri tegak, ups ternyata kopi milik pria ini tumpah di rok ku.

"Mbak ini kalau jalan liat2 dong, kopi saya jd tumpah kan" ujar nya dengan tegas

"Maaf2 pak, maaf banget tadi saya kehilangan keseimbangan. Bukan sengaja. Bgmna kalau kopinya bapak saya ganti" ujarku sedikit takut.

Pria itu malah lgsg melanjutkan naik ke tangga selanjutnya tanpa memerdulukan kata2ku. Huhhh ternyata benar ya kata org, ga boleh judge org dari penampilan. Muka doang yg bgs, cara memperlakukan cewe bad bngt, pikir ku sambal memutar bola mata. Duh.. gmana nih warna kopi ini benar2 terlihat di rok ku yg berwarna pink muda untung aja ga kena kemeja juga.

"Loh Belinda rok kamu kenapa" ujar bu widya ketika masuk di ruangan.

"oh ini bu, tadi ga sengaja ketupahan kopi di kafe. Gapapa kok saya tutupin pake blazer saya aja."

"yaampun gitu ya, yauda deh sesi wawancara selanjutnya biar saya dan clara nnti yg lanjutkan. Bukan apa2 ga enak aja kalau kamu tampil begitu di depan para pelamar. Nanti mereka berpikir kita tdk disiplin soal kerapian" jelas bu widya.

Aku mengerti betul maksud baik dan pedulinya bu widya ini. Aku segera mengiyakan perkataan bu widya. Bu widya dan Clara pun bergegas kembali ke ruang wawancara. Sementara aku akhirnya sendiri di ruang HRD. Berhubung karena ruangan ini hanya dibatasi oleh kaca transparan, aku bias melihat langkah kaki karyawan lain diluar ruangan yang terus2an hilir mudik sejak tadi. Namun tiba2 saja suasana hening dan semua karyawan diluar berdiri dan gerakan kaki yang sejak tadi kuperhatikan langsung mematung sejenak. Aku pensaran dan langsung saja menuju pintu dan mengintip keluar.

What the hell..... itu kan pria di café tadi, dia berjalan dengan penuh wibawa diantara karyawan lain yg berdiri mematung dan seketika menunduk memberi hormat padanya, aku masih ternga-nga dengan kondisi setengah melotot dan shock dgn apa yg kulihat. Dia berjalan melewati pintu ruanganku dan selama 5 detik penuh melakukan eye-contac yang tajam terhadapku sembari berjalan.

Aku menghela napas Panjang saat keadaan sudah normal yaitu saat pria tadi sudah masuk ke ruangannya. Aku kembali duduk ke mejaku dan berpikir tentang siapa pria itu sebenarnya. Haruskah aku bertanya pada pegawai lain? tapi sejujurnya aku malu dan takut krn hal ini. Bagaimanapun kejadian di café tadi juga tak lepas dari kesalahan ku. Beberapa menit kemudian..

~tok tok tok

"permisi bu" ujar seorang karyawan laki2

"iya masuk"

"Bu, Ibu Belinda dipanggil oleh Pak presdir ke ruangannya" ujar nya

"Ha? big boss?"

"iya betul bu" jawabnya lagi.

"eh jangan bilang kalau boss kita itu, pria berjas biru tadi?"

"Oh iya benar bu itu pak Adit, presdir kita" jelasnya.

"oh.. Pak adit ya.. oke makasih" ujarku dgn tatapan kosong.

Ya Tuhan.. cobaan apalagi ini:)

Jodohnya Pak TentaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang