Ardan vs Adit

50 1 0
                                    

Aditya POV

Aku langsung melarikan Belinda ke rumah sakit, aku merasa bersalah dan takut kalua terjadi sesuatu pada Belinda. Maafin aku Lin, aku yang menyebabkan ini semua terjadi. Sejujurnya aku menyuruh Belinda utk lembur malam minggu ini krn aku ingin Belinda berada lebih lama di dekatku. Sekarang aku sadar ini cara yang salah hanya demi keegoisan dan harga diri ku. Kenapa dia ga nunggu aku di kantor tadi. Padahal aku hanya pergi utk membeli beberapa jajanan utk nya di supermarket.

Sesampainya di rumah sakit aku menggendong Belinda menuju IGD dan lagsung di tangani oleh dokter dan beberapa perawat. Beberapa lecet di lutut dan siku nya di perban.

"Dok.. gmna keadaan Belinda?" tanyaku pada dokter yg selesai menangani Belinda.

"Kondisi ibu baik-baik saja pak, luka-luka nya sdh di obati dan diperban. Hanya saja krn kelelahan berlebih dan juga shock dia sepertinya pingsan. Kita tunggu saja sampai ibu sadar" jelas dokter itu.

"Baiklah.. Terimakasih yah dok"

Malam itu aku memutuskan agar Belinda di rawat inap saja. Aku menempatkan nya di bangsal VIP. Aku melihat Belinda terkulai lemas tak sadarkan diri di ranjang pasien. Aku menatap dan mengelus lembut luka-luka nya yang telah di perban. Entah mengapa melihatnya dalam kondisi seperti ini seakan begitumenyakitkan utk hatiku. Aku lah yg bersalah atas apa yg dialami Belinda malam ini.

Lin maafin saya kataku tanpa sadar berlinang air mata. Aku pun tidur dengan posisi duduk di samping ranjang Belinda tanpa melepas genggaman ku di jemari nya.

Ardan POV

Aku ga tau apa yg terjadi dengan Belinda sekarang, semoga saja atasan nya tadi membawanya ke rumah sakit. Sebelum pulang dari tempat kejadian tadi aku membawa pulang sebuah sepatu heels berwarna putih. Kurasa ini milik Belinda, bagaimana cara mengembalikannya ya?

Aku membuka whatsapp di ponselku, mengetikan nama Belinda disana. Segera aplikasi itu memunculkan kontak Belinda, dengan ruang percakapan yg kosong. Ini di karenakan aku menghapus sisa chat kami 2 tahun yang lalu. Tetap memiliki kontak nya saja sudah membuatku senang. Aku termenung sembari menatap foto profil wa Belinda, aku benar-benar seperti pengecut. Mengirimkan pesan pada org yg kusukai saja tak punya keberanian. Aku lgsg meletakan ponselku dgn kesal pada diri sendiri. Kembali ku elus lembut heels cantik milik Wanita yg kusukai.

Hal yg mungkin tak diketahui Belinda adalah aku selalu melihat semua postingan yang ia kirim, tak jarang aku berusaha menggulirkan setiap feeds miliknya utk melihat segala sesuatu ttg Wanita yg kusukai ini.

'Menyukai seseorang, mencari tahu semua tentangnya, berusaha masuk ke dunianya. Kadang hal-hal seperti itu menghancurkan prinsip yang sudah kita bangun sendiri. Bahkan jika di tidak tahu semua ini, hanya dengan keberadaan nya saja, hidup yg monoton pun mulai terasa berwarna kataku dalam benak sembari memandang sepatu Belinda'.

Belinda POV

Aku merasakan sedikit nyeri pada lutut kakiku, aku mulai membuka mata perlahan. Rasanya aku telah terbaring sangat lama, aku memandang langit-langit ruangan yg serba putih. Aku sedikit bingung krn ini jelas bkn rumahku. Yang membuat ku lbh terkejut lagi karen tangan kanan ku yg terasa berat krn ternyata sedang di genggam oleh seseorang yg sedang tertidur pulas.

"Pak Adit?" kataku dalam hati.

Aku ingat kalau semalam aku hampir di rampok dan diselamatkan oleh seorang pria berbaju loreng, tapi mengapa sekarang aku bisa di rumah sakit dgn pak adit. Oh iya ini artinya pak Adit sdh disini sejak kmrn mlm. Aku segera memandang jam dinding dan ternyata sudah pukul 9, aku segera membangunkan pak Adit dgn perlahan.

"Pak.. pak adit.." kataku pelan

"emh.. Lin.." katanya setengah terbangun.

"pak.. bangun pak.. bapak udh kesiangan"

"Lin.. Linn.. kamu udah sadar? ahh syukurlah ya Tuhan.. kamu Gapapa kan? msh sakit ga? dmna yang sakit? aku panggilin dokter ya" kata pak Adit tergesa-gesa.

"Pak..pak.. aku udh Gapapa kok. Aku udah mendingan. Sekarang bapak liat ini sudah jam berapa. Bapak harus ngantor. Oh iya pak Laporan kmrn malam sudah saya taruh di laci bapak, tolong nnti bapak periksa beberapa bagian di.." omongan ku terputus karena tiba-tiba pak adit menempelkan jari telunjuk nya dgn lembut ke bibirku. Mengisyaratkan ku utk menghentikan penjelasan. Aku sedikit kaget dan terbelalak di buatnya.

"Kamu ini lagi sekarat tapi msh aja bahas kerjaan" kata pak adit dgn nada cemas.

"Plis sekarang kamu cukup istirahat aja, kamu focus utk pulih dulu. Segala sesuatu ttg kantor jangan kamu pikiran, dan satu lagi.. Saya disini buat kamu. Apapun yg kamu butuhkan tolong sampaikan pada saya, jgn ragu atau takut" Kata pak Adit sembari menggenggam tanganku lbh erat lagi. Aku hanya bisa terdiam sedikit heran dgn perlakuan manis pak Adit. Yapss aku sedikit salting juga karena ini.

Jodohnya Pak TentaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang