"Minum...minum..." Seru Reina. Arief geleng-geleng.
"Kebiasaan." Cetusnya. "Berapa sendok tadi?"
"Cuma sesendok."
"Sesendok metung (penuh)." Adu Ocha. Arief membulatkan mata.
"Ihhh ayo, pengen minum. Pedes." Pinta Reina, Arief lalu menyodorkan botol air mineral miliknya. Karena terlihat teh manis dalam kemasan botol milik Reina sudah habis.
"Rein." Sapa Marvin.
"Hai...." Sahut Reina sesaat setelah meneguk air mineral milik Arief.
"Makan pedes lagi?" Tanya Marvin saat melihat Reina yang berpeluh dan mangkuk bakso dengan kuah penuh biji cabe.
"Marahin aja, Vin. Ikhlas... Ikhlas...." Seru Arief.
"Jangan makan pedes terus coba. Kasian tuh perut." Nasihat Marvin.
"Tuh dengerin ayang ngomong." Ujar Arief. Reina mencebik.
"Kamu nggak latihan?" Tanya Reina kemudian.
"Mau. Bentar lagi."
"Makan belum?"
"Udah." Jawab Marvin sembari membuka pesan yang masuk di ponselnya. "Ehh aku latihan dulu ya?!" Pamit Marvin sesaat setelah membaca pesan tersebut.
"Oke. Hati-hati." Reina melambaikan tangan.
"Jangan makan pedas lagi." Marvin mengingatkan.
"Iya." Angguk Reina. Marvin pun berlalu.
"Aku cabut." Ujar Arief kemudian, beberapa saat setelah Marvin benar-benar menghilang dari kantin kampus.
"Tunggu." Cegah Reina.
"Kenapa?"
"Nebeng."
"Ogah." Cetus Arief sembari beranjak.
"Ihh aku disuruh ibu mampir."
"Ibu?" Arief menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah Reina. "Ibu telepon kamu?" Tanyanya kemudian.
"Tadi kirim pesan."
"Ya udah ayo." Ujar Arief. Reina pun ikut beranjak, mensejajarkan langkah dengan Arief.
***
"Reina." Sambut Ema saat melihat Reina dan Arief membuka pintu rumahnya.
"Ibu." Reina menyalami Ema penuh rasa hormat. "Ibu sehat?"
"Alhamdulillah. Kamu?"
"Alhamdulillah sehat, Bu."
"Kamu ke mana aja? jarang ke sini sekarang."
"Iya maaf, Bu. Reina lagi banyak tugas."
"Ibu senang akhirnya kalian sebentar lagi mau lulus." Ujar Ema sembari merangkul Reina.
"Jangan seneng dulu, Bu. Masih panjang perjalanan kita." Sanggah Arief.
"Iya, Bu. Baru sempro, belum magang, belum susun skripsi, belum sidang. Hmmm.... mantap." Tambah Reina. Ema tersenyum lebar melihat raut wajah Arief juga Reina.
"Ibu percaya kalian bisa. Tetap semangat, jangan lupa usaha dan doanya." Tutur Ema.
"Siap." Sahut Reina.
"Insyaallah." Timpal Arief.
"Reina...Arief..."
"Iya, Bu." Sahut keduanya hampir bersamaan.
"Kalian udah dewasa, udah dekat juga, apa nggak sebaiknya kalian meresmikan hubungan kalian."
"Maksudnya gimana ya, Bu?" Tanya Reina. Sedang Arief tersedak salivanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Married
RomanceHah, nikah?! Sama dia?! Nggak salah? dia kan...... Terjebak dalam suatu pernikahan padahal hubungan mereka hanya sebatas teman main. Hayoooo gimana tuh?