TTM 3

207 27 1
                                    

Dengan jantung berdebar Arief mengucap ijab kabul di hadapan ibunya yang hendak operasi. Menurut dokter jaminan berhasil atau tidaknya operasi ini 50:50.

Ema lega karena Ema sangat berharap kalau pun dirinya harus pergi saat itu juga, Reina dan Arief sudah menikah. Arief akan meneruskan tugasnya menjaga Reina yang sebatang kara.

Selang beberapa jam setelah akad nikah Arief dan Reina, operasi Ema akhirnya dimulai. Hampir satu jam Arief dan Reina menunggu di depan ruang operasi. Reina bahkan beberapa kali berusaha mengintip, namun nihil. Pintu tertutup sangat rapat.

"Duduk, Rein." Titah Arief.

"Rief, ibu....?!"

"Insyaallah apapun itu, itu yang terbaik buat ibu." Ujar Arief. "Duduk." Tambahnya. Reina bergeming tapi perlahan diikutinya juga perkataan Arief. Ia duduk dengan kepala tertunduk.

Ema, sosok ibu yang tiba-tiba merangkulnya saat kecelakaan itu melukai dirinya bahkan merenggut nyawa kedua orangtua Reina. Saat yang lain hanya berbela sungkawa, Ema datang, memeluk serta meneruskan tugas orang tua Reina dalam merawat juga mendidik Reina. Bahkan tanpa banyak perhitungan Ema membiayai hidup Reina termasuk biaya sekolahnya. Reina mengusap air mata.

"Udah." Arief menepuk pundak Reina. Serta merta Reina memeluk Arief dan tangisnya pecah dalam pelukan Arief.

***

Operasi Ema berjalan lancar. Ema kini dalam masa pemulihan. Ema tampak bersemangat untuk cepat sembuh dan pulih. Itu semua karena ia antusias dengan acara resepsi pernikahan Arief dan Reina.

"Rief, Reina mana?" Tanya Ema sesampainya di rumah sore ini. Ema yang akhirnya diizinkan pulang itu memang sengaja tidak memberi tahu anak dan menantunya, ia hendak memberi kejutan. Ema hanya ditemani Bik Jun, asisten rumah tangga yang setia mengabdi pada keluarga Ema.

"Di rumahnya." Ceplos Arief.

"Kok di rumahnya? Kalian pisah rumah?"

"Ehh nggak, Bu. Nanti Arief yang ke sana." Arief gelagapan.

"Kenapa nggak Reina yang ke sini?"

"Ya kan kemarin ibu dirawat. Rumah kosong, Reina juga masih canggung katanya kalau tinggal sendiri di sini. Makanya di sana dulu." Arief beralasan.

"Ajak pindah sini."

"Iya, siap."

***

"Ibu..." Sapa Reina yang tadi langsung dijemput oleh Arief.

"Rein." Ema tersenyum manis sembari merentangkan tangan, mengundang Reina dalam pelukannya. "Udah fitting?" Tanya Ema saat Reina sudah dalam pelukannya.

"Udah, Bu."

"Suka?"

"Suka banget." Bohong jika Reina tidak suka dengan gaun pengantin pilihan Ema.

"Syukurlah. Ibu jatuh hati pas liat, Ibu pikir cocok banget kalau dipake kamu."

"Makasih ya, Bu."

"Sama-sama. Ya sudah ibu mau istirahat, kalian juga ayo istirahat. Besok pada kuliah kan?"

"I-ya." Jawab Reina kikuk. Ema pun dipapah Bik Jun menuju kamarnya.

"Yuk." Ajak Arief sepeninggalnya Ema.

"Hah?!" Reina terbelalak.

"Ayo tidur." Ujar Arief. Reina nyengir. Arief pun menarik Reina masuk ke kamarnya.

"Rief...." Lirih Reina.

"Kenapa?"

"Hmmm...." Reina tampak ragu.

Teman Tapi MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang