TTM 17

204 25 2
                                    

"Belagu amat nih yang lagi di kota kelahiran." Cetus Meti sesaat setelah video call nya tersambung. Marvin tersenyum tipis. "Jadi pada pulang hari ini kan? Mesti latihan lho kita buat turnamen..."

"Jadi...." Potong Marvin cepat dengan nada lemah.

"Kamu kenapa?" Meti mengernyitkan kening.

"Aku pikir dengan apa yang udah aku raih selama ini, bakal bikin dia berpaling ternyata nggak."

"Maksudnya?"

"Dia udah bahagia." Kekeh Marvin pilu.

"Vin....." Meti tercekat. Marvin menunduk, dalam. "Come on, life must go on. With or without her." Marvin terus menunduk. Meti pun akhirnya menelan saliva.

***

Suasana pagi kantor selalu sama, heboh dengan hilir mudik nasabah yang akan melakukan transaksi. Reina semenjak tadi ditugasi merapikan spesimen nasabah baru saat Rizky menghampirinya.

"Hai..." Sapa Rizky.

"Pak?" Sahut Reina sembari mengangguk.

"Gimana tidurnya semalam, nyenyak?" Tanya Rizky. Reina tersenyum simpul. Nyenyak nggak nyenyak, Pak. Ada suami sama dengan kudu (harus) siap 24jam. "Iya aku kirim pesan, pengen tahu aja kamu udah tidur apa belum." Reina kembali tersenyum tapi semakin tipis dari senyuman sebelumnya. "Ehh Sabtu besok kamu ada acara nggak?"

"Hah?"

"Sabtu besok kamu ada acara nggak?" Ulang Rizky, khawatir Reina tidak mendengar karena respon Reina barusan seperti itu.

"Kenapa ya, Pak?" Tanya Reina tidak mengerti.

"Aku mau ajak kamu ke rumah. Orang rumah pengen kenalan sama kamu." Tutur Rizky. Reina hampir tersedak. Apa ini? Kok bau-baunya.....

"Hmmmmm...."

"Nanti aku jemput."

"Maaf banget, aku kayaknya nggak bisa."

"Kenapa?"

"Udah janji ke Ibu mau pulang."

"Yaa sayang... Padahal Mama sama Teteh udah pengen banget ketemu kamu."

"Maaf banget."

"Iya nggak apa-apa. Nanti pulang naik apa? Dijemput atau mau aku anterin?"

"Hah?!" Reina membulatkan mata. Mendadak dia jantungan hari ini. "Nggak usah. Aku dijemput." Bohong Reina. Bisa digantung aku sama Arief dianterin pulang ke Sukabumi sama cowok lain. Reina agak bergidik teringat bagaimana marahnya Arief jika dia terkesan nakal darinya.

Sebelum menikah, Arief jarang marah. Yang ada Arief suka bertindak menyebalkan. Meninggalkan Reina padahal Reina sudah meminta Arief menunggunya. Memberi hukuman jika Reina ngeyel makan pedas. Dan yang dia ingat saat ingin menasihati dan tak kuasa bicara, senjata utama Arief adalah meminta Marvin yang kadang tiba-tiba muncul untuk menasihati Reina.

Dulu.... Karena setelah Arief ucapkan ijab kabul waktu itu, Arief berubah. Arief selalu ada tepat di belakang Reina, memantau juga memastikan Reina baik-baik saja. Jika ada yang tidak sreg di hatinya, selain ngambek, sekarang Arief main hukum. Dan hukumannya membuat Reina mendesah kadang merintih semalaman di atas tempat tidur. Dulu sering minta bantuan Marvin sebagai senjata utama. Tapi sekarang mendengar nama Marvin, Reina tahu emosi Arief naik beberapa level dari normal.

"Kok malah ngelamun. Ya udah nggak apa-apa. Masih banyak waktu kok." Seloroh Rizky.

Hah?! Maaf udah nggak ada waktu. Eits tapi bener nggak sih feeling aku ini. Aku yang GR apa emang iya gitu faktanya? Duh gimana nih? Dia tau kan aku udah nikah. Pas hari pertama aku di sini, Kepala Cabang sendiri yang umumin.

Teman Tapi MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang