TTM 2

235 28 0
                                    

"Dari mana, Rief?" Tanya Ema pada Arief yang baru saja pulang.

"Semalam pas mau pulang hujan deras, Bu. Jadi neduh dulu sambil nemenin Reina. Dia masih trauma kayaknya sama hujan deras apalagi berpetir." Papar Arief.

"Baru aja dibiliangin ehh udah nginep berdua aja."

"Tapi Arief sama Reina nggak ngapa-ngapain kok, Bu."

"Ibu percaya tapi jangan diulang ya, nggak baik."

"Iya." Ucap Arief sembari menundukkan kepalanya.

"Kapan?" Tanya Ema kemudian.

"Kapan apanya?"

"Nikahin Reina."

"Bu, aku sama Reina cuma temenan. Aku sama Reina punya...."

"Rief, jaga Reina ya." Potong Ema cepat.

"Itu mah pasti."

"Ya udah ibu mau ke toko dulu."

"Iya, Bu. Hati-hati." Pesan Arief. Ema mengangguk.

***

"Selamat ya?!" Reina mengulurkan tangan yang langsung disambut Marvin dengan senyuman lebar.

"Makasih."

"Kapan mulai karantina?"

"Lusa."

"Kuliah kamu?"

"Cuti kayaknya."

"Bakal jarang ketemu dong kita." Keluh Reina.

"Cuma sementara." Ujar Marvin. Reina mengulas senyum tipis. "Hei... Kalau lagi libur latihan dan nggak ada turnamen aku janji bakal pulang ke Sukabumi. Mama Papa juga kan ada di sini, masa iya aku nggak ke Sukabumi."

"Gimana rasanya jadi salah satu atlet nasional?"

"Belum tahu, kan baru mau."

"Nggak malu punya pacar gadis kota kecil?"

"Kamu ngomong apa sih?" Marvin mengeluarkan ponselnya. "Bentar Mama telepon." Marvin pun beranjak, agak menjauh dari Reina. Reina menarik nafas panjang. "Rein, aku duluan ya. Nanti sore jadi ya, aku jemput ke rumah." Ujar Marvin setelah mengakhiri panggilan telepon.

"Oke." Angguk Reina. Marvin pun segera beranjak.

"Dicariin ehh ternyata ada di sini." Ujar Arief yang tiba-tiba muncul. "Nih." Tambahnya sembari menyerahkan sebuah amplop putih.

"Apaan?"

"Dari Ibu." jawab Arief. Reina menerimanya ragu. "Tumben nggak gesit kayak biasanya."

"Nggak usah, Rief. Yang kemarin juga masih ada sisa kok." Didorongnya amplop tersebut kembali ke arah Arief.

"Kenapa?"

"Masih ada."

"Bukan masih ada sisa tapi kamu nggak nyaman sama obrolan kemarin, ya kan?" Tebak Arief.

"Nggak kok. Emang beneran masih ada."

"Mana liat dompet kamu."

"Apaan sih?" Reina segera memeluk tas kuliahnya. Arief menarik nafas panjang.

"Udah terima aja. Kasian ibu, udah bela-belain amplopin uang jajan buat kamu, masa kamu tolak. Udah ahh aku mau sholat Dzuhur dulu. Sholat belum? Kalau belum ayo bareng." Reina bergeming. "Ayo sholat." Tarik Arief.

***

"Rief, bagus nggak?" Tanya Ema sore ini. Tadi selepas kuliah, Ema meminta Arief datang ke sebuah coffee shop di salah satu mall Sukabumi.

Teman Tapi MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang