TTM 12

183 26 0
                                    

Meski berat akhirnya Arief mengizinkan Reina magang di Pelabuhan Ratu. Awalnya Reina pulang pergi setiap harinya. Tapi melihat Reina tampak kelelahan, Ema meminta Arief mengizinkan Reina untuk menetap sementara waktu saja di sana.

Arief mendesah kasar saat mendengar permintaan ibunya itu tapi ia tatap juga Reina yang tengah terlelap. Ibunya betul, Reina kelelahan. Tampak dari garis wajahnya. Arief pun mengalah.

Hari ini, Arief sengaja mengantar Reina ke Pelabuhan Ratu sekaligus mengantar Reina mencari tempat yang nyaman untuk Reina tinggali selama ia magang di Pelabuhan Ratu.

Setelah seharian berputar-putar akhirnya mereka mendapatkan tempat yang cocok bagi Reina. Dan tentunya membuat Arief merasa Reina akan nyaman dan aman di tempat tersebut.

"Makasih, Arief." Bisik Reina saat Arief selesai membayar uang sewa di muka.

"Makasih doang?"

"Terus apa dong?"

"Nggak inget udah berapa minggu kamu nggak kasih aku jatah?" Keluh Arief. Reina bergidik lalu tergelak.

"Baru dua minggu." Jawab Reina santai.

"Baru....??? Enteng banget itu ngomong." Arief memang masih berlaku baik, tapi tingkat emosinya tampak labil.

"Teruuuuuus.....masa gituan di sini?" Tanya Reina sembari melirik ke arah pintu kamar yang memang tertutup rapat sedari tadi.

"Kenapa? Si ibu yang punya kan tahu kita suami istri."

"Argh... Rief....." Reina serba salah, Arief menatapnya tajam. Perlahan Arief mendekat dan mulai menyerang. "Rieeeef...."

***

"Siapa?"

"Mana?"

"Tuh..."

"Anak magang, lemparan dari pusat."

"Ohh..."

"Pak, maaf." Reina mendekat. "Ini." Asep menerima tumpukan kertas yang disodorkan oleh Reina. Tugas dari Asep tadi untuk Reina yang sudah Reina selesaikan.

"Makasih, Reina."

"Sama-sama."

"Kamu istirahat saja. Sudah waktunya juga."

"Baik, Pak." Sahut Reina yang kemudian beranjak meninggalkan Asep juga Rizky.

"Woy...."

"Apa?"

"Nggak usah diliatin terus, udah berlalu orangnya juga."

"Biarin. Ehh siapa tadi namanya?"

"Kenapa? Curiga nih..."

"Ehh siapa?"

"Reina."

"Ohh." Rizky mengulas senyum tipis namun manis.

Reina tengah menikmati makan siangnya di restoran fast food seorang diri. Jika sedang tidak selera makan, pilihan dia pasti jatuh ke menu-menu restoran fast food. Dan mendadak selera makan Reina kembali pulih. Aneh memang tetapi itulah Reina.

"Hai...." Sapa seseorang. "Reina ya?" Tanyanya. "Boleh ikutan duduk di sini?" Tambahnya.

"Boleh, Pak." Sahut Reina saat mengenali siapa yang menghampirinya. Karyawan bank tempat ia magang, yang ia temui barusan saat menghadap Asep.

"Resmi banget manggilnya?! Panggil Rizky aja."

"Hah? Jangan, nanti dikira kurang ajar."

"Ya kan ini mah di luar kantor."

"Tetap aja."

"Ya gimana enaknya kamu deh. Ngomong-ngomong kamu magang dari kapan?"

"Baru dua minggu."

"Ohh pantesan." Gumam Rizky, seminggu ikut training di Jakarta lalu dilanjut cuti tahunan baru hari ini bisa bertemu dengan Reina. "Kamu tinggal di mana selama di sini? Soalnya aku dengar kamu alihan dari pusat. Berarti kamu bukan orang Pelabuhan Ratu kan?"

"Hehehe iya, aku ngekost dekat kantor."

"Gimana, betah nggak magang di sini?"

"Betah nggak betah." Jujur Reina. "Jauh dari rumah."

"Anak rumahan nih kayaknya." Selorohnya. Reina nyengir. Obrolan ringan pun terus bergulir. Sampai tidak terasa jam istirahat keduanya hampir habis. "Ke kantor sekarang?"

"Iya, ayo." Sahut Reina.

Mereka jalan beriringan sambil terus berbagi cerita. Sampai di pos security, security kantor pun diam-diam mengulas senyum tipis.

"Ciee Rizky, pedekate." Seloroh beberapa teman Rizky di kantor. Reina tersenyum kikuk, salah tingkah.

Teman Tapi MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang