part 7

17 0 0
                                    

Selama beberapa Minggu terakhir sejak pertemuannya dengan Adrian, Adista benar-benar sudah tidak berurusan lagi dengan pria itu. Kesibukannya akan skripsi ini mengalihkan perhatiannya kecuali satu hal. Farel. Ia masih belum bisa bersikap biasa saat tidak sengaja berpapasan dengan Farel. Meskipun Adista dan Farel mengambil jurusan yang berbeda, tetapi gedung mereka berdampingan.

Farel mengambil jurusan keperawatan, sedangkan Adista memilih mengambil jurusan Kefarmasian. Pertemuan mereka sebenarnya cukup unik. Berawal dari seminar kesehatan yang mana salah satunya jurusan keperawatan dan kefarmasian diikutsertakan.

Farel beberapa kali mengajukan pertanyaan dan mengutarakan pendapatnya dalam seminar itu, membuat orang lain penasaran terutama Adista. Mungkin orang lain penasaran dengan ketampanan dan aura yang dimilikinya, tetapi jujur saja Adista lebih tertarik pada wawasan yang dimiliki Farel.

Awalnya Adista berkeinginan mengambil jurusan keperawatan, tapi karena ada beberapa tes yang tidak sesuai dengan syarat masuk, Adista tidak lolos ujian. Akhirnya ia memilih pilihan keduanya, yaitu kefarmasian.

Farel cukup populer di kampus, para wanita yang mencoba menarik perhatiannya tidak goyah dengan sikap Farel yang hanya membalasnya seadanya saja. Tidak hanya di bidang kesehatan, tetapi hampir di setiap jurusan tidak ada yang tidak menjadi korban rayuan maut ala Farel.

Berbeda dengan kebanyakan wanita yang mendekatinya yang bertanya tentang pribadinya, lain cerita dengan Adista yang bertanya tentang pelajaran apa yang didapatnya hari ini. Sungguh aneh. Meskipun tidak mendapatkan jawaban dari Farel, tidak bosan setiap hari Adista terus mengiriminya pesan WhatsApp.

Suatu hari Adista tidak mengiriminya pesan, dikarenakan HP-nya rusak. Butuh sekitar 2-3 hari untuk memperbaikinya. Farel merasa ada sesuatu yang hilang. "Kenapa wanita ini tidak mengirim pesan?"  Batinnya berbicara. Berulangkali berpikir untuk mengiriminya pesan, sekadar ingin tahu. Kata "hei" akhirnya yang menjadi pilihannya.

Tidak ada balasan dari wanita itu. Biasanya saat Farel membalas pesan, para wanita dengan cepat langsung membalas pesannya. Wanita ini berbeda. Ia jadi penasaran, siapa sebenarnya wanita ini. Ia bahkan tidak bisa mengingat nama dan jurusan wanita ini, terlalu banyak wanita yang meminta nomor HP-nya.

Betapa kagetnya Adista saat menerima notifikasi dari Farel. Meskipun balasannya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ia berharap Farel langsung menjawab pertanyaan yang selalu ia tanyakan tanpa basa-basi. Tapi dengan adanya balasan setidaknya perjuangannya tidak sia-sia.

"Hei, maaf baru membalas pesan. Hp ku baru selesai diperbaiki. Dan apakah kamu bisa langsung menjawab pertanyaanku sebelumnya? Kuharap kamu membalas pesan ini."

Tanpa sadar, Farel tersenyum geli melihat pesan yang diterimanya. Ia pikir wanita itu sudah menyerah untuk mengirimnya pesan. "Siapa namamu? Dan jurusan apa yang kamu ambil." 

"Bukankah aku sudah pernah mengatakannya saat pertama kali mengirim pesan? Mungkin kamu lupa. Namaku Adista Argani, dari jurusan Kefarmasian."

Tidak susah bagi Farel untuk menemukan wanita itu, tanpa menyebutkan kelas dan semester berapa itu bukan masalah baginya.

"Hei! Adista!" Teriak wanita dari kejauhan dengan suara yang cukup keras membuyarkan lamunannya, "kamu dari tadi melamun, sadar ga sih?"

Adiba datang dengan tumpukan buku, langsung duduk disampingnya dan menyerobot es jeruk miliknya. "Emang iya?" Adista bertanya.

"Lagi mikirin apa sih? Skripsi kamu sudah di ACC, udah aman dong. Ya paling tinggal mikirin sidang. Tapi kan itu masih beberapa Minggu lagi, ya tetap saja kamu masih bisa santai sejenak." Ocehannya.

You Ever Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang