Nano-nano! [Kookv-Yoonv]

Cherophobia.

"Kim Taehyung itu, gak pernah takut apapun."

.

.

.

.

"Eh, lo udah liat mading sekolah hari ini?"

"Udah. Gila, gue gak nyangka kalo Taehyung bakal jadi trend topik lagi."

"Ya lagian dia buat ulah sama anak kepala sekolah. Lo tau sendiri kepala sekolah gimana."

"Bener sih. Ah udahlah. Berandal kayak Kim Taehyung gak bakal berubah."

Itulah bisik-bisik kebanyakan murid di sekolah ini. Taehyung hanya melewatinya seolah sudah biasa. Telinganya tersumpah earphone dan ia berlagak sedang mendengarkan musik.

Padahal tidak. Taehyung mendengar semuanya. Perkataan orang-orang tentang dirinya. Yah, ia akui dirinya memang berandal. Dalam sehari pasti ada saja mata pelajaran yang ia tinggali.

Mau bagaimana lagi? Taehyung memang begitu.

Tak lama Taehyung sampai dikelasnya. Ia langsung meletakkan tasnya diatas meja dan merebahkan kepalanya diatas sana. Dengan telinga yang masih tersumpal earphone, ia memejamkan matanya. Lagi dan lagi ia selalu mengantuk dipagi hari.

.

"Yo, Jeon!" Sapa Yugyeom pada temannya yang kini tengah duduk dikursi kantin.

"Yo."

"Tumbenan lo pagi-pagi dah nangkring. Mana cewe lo?"

"Cewe yang mana tuh?" Bukan suara Jungkook yang terdengar melainkan Eunwoo.

"Kek gak tau Juki aja lo. Cewenya dari tiap kelas ada dia mah." Sahut Mingyu yang kini bertos ria dengan Jaehyun disebelahnya.

"Tai. Akhlakless kalian semua." Jungkook melemparkan sampah jajanan pada teman-temannya itu.

"Lah, 'kan kita tidak salah. Tidack boleh seperti itu dick." Setelahnya Mingyu mendapatkan jitakan dari Eunwoo.

"Bel tuh, gas cabs." Ajak Jungkook. Yang lain mengangguk dan mengikuti Jungkook untuk menuju kelas.

.

.

Taehyung terbangun dari tidurnya karena merasakan guncangan pada pundaknya. Ia bangkit dan melihat siapa yang berani mengganggu acara tidurnya.

Jimin, pelaku pengganggu acara tidur Taehyung dikelas. Jimin adalah satu-satunya teman Taehyung yang berteman dengannya sejak kecil. Jimin adalah satu-satunya yang ia percaya sejak dulu. Dimana semua hanya menunjukkan kemunafikan, maka Jimin adalah satu-satunya yang memberikan ketulusan.

"Lo gak tidur lagi?" Itu adalah pertanyaan untuk tadi malam.

Yang ditanya mengangguk. Jimin benar-benar sudah mengerti dirinya.

"Kenapa gak nelpon gue? 'Kan gue bisa kekamar lo." Saking dekatnya mereka dan sepercaya itu Taehyung dengan Jimin, mereka tinggal dalam satu rumah. Jimin tentu saja tidak keberatan, ia senang-senang saja. Jadi ia lebih leluasa menjaga Taehyung.

"Kan lo lagi simulasi mati." Jawab Taehyung asal. Alhasil mendapatkan jitakan sayang dari Jimin.

"Enak bat lo ngomongnya ya gak pake saringan."

Taehyung hanya memberikan cengiran khasnya. Setelah itu tak lama guru mereka masuk dan pelajaran dimulai.

.

.

Pulang sekolah. Jimin bilang ia akan membawa teman kerumah. Setelah menanyai Taehyung boleh atau tidak. Taehyung mengiyakan. Lagipula ia hanya akan dikamar saja. Dan tidak akan terganggu selagi mereka tidak mengganggu.

Ternyata teman-teman Jimin adalah Jungkook dan kawan-kawan. Mereka adalah orang yang asik, Taehyung akui itu. Mereka tidak mempermasalahkan Taehyung adalah berandal sekolah atau bukan.

"Ah, gini ya rasanya." Itu batin Taehyung. Selama ia hidup, temannya hanya satu. Yaitu Jimin.

Taehyung senang. Teman-teman Jimin sama seperti Jimin. Walau Taehyung belum mengenal mereka, tapi ia bisa melihat ketulusan itu saat mereka mengajak ia berteman.

Namun, yang mereka tak sadari adalah, Taehyung juga gelisah sedari tadi. Ia merasa akan ada sesuatu yang terjadi. Dan dugaannya benar saat ia melihat Jimin berdiri, menjauhkan diri untuk mengangkat telepon. Dan kembali dengan wajah yang sulit diarti.

"Tae...," Jimin memanggil Taehyung lirih.

Taehyung mendongak. Entah sejak kapan matanya sudah berkaca-kaca.

"Nenek... nenek meninggal. Nenek udah gak ada, Tae."

Benar. Seharusnya dari awal Taehyung tidak boleh senang.

END

note : Cherophobia adalah phobia pada perasaan senang.

Rasa takut pada kebahagiaan karena yakin ada hal buruk yang akan terjadi.

Sekian terima Taehyung.

HEH INI MAU GUE JADIIN BOOK, SETUJU GAK???!