the Sound

19 3 0
                                    

Cw/skizofrenia, Bipolar (depresi mode), self harm
OC fanfic.

Hanya suara asing yang terus menenangkan diri ku.
.
.
.

"Jangan, luka itu perih dan sakit, jangan lakukan"

Lagi-lagi suara lain di kepala ku menahan tindakan ini lagi. Sudah berapa kali setiap aku mencoba untuk cutting selalu terhenti oleh suara itu.

Ku letakan cutter dan menatap pada barisan huruf penyemangat di hadapan ku. Itu hanya bualan sampah, aku memajangnya agar si brengsek tua itu berfikir aku masih memiliki niat hidup.

Sesungguhnya apa arti kehidupan itu yng sebenarnya?. Ku bayangkan maksud kehidupan dalam benak ku, sembari terus menelusuri tulisan tulisan tersebut.

Namun aku terhenti pada sebuah tulisan.

Ah benar juga harusnya aku ingat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ah benar juga harusnya aku ingat itu. Banyak buku takdir milik malaikat yang belum ku coba, kenapa aku menyerah sekarang?

"Haha" ku tertawa, namun air mata ku mengalir. Ini sakit, sakit terus menahan luka fisik dan batin selama ini. Alasan aku berdiri saat ini hanyalah adik ku, aku tak ingin ia menjadi samsak tinju tua brengsek itu.

Namun aku lelah, sangat lelah. Ini terus berlaku tanpa henti.

Aku ingin berhenti

Aku ingin beristirahat

Aku ingin melakukan sesuatu sesuai keinginan ku

Apa itu bisa?

Ayo kita akhiri ini

"Sudah ku katakan jangan bukan? Itu akan menyakitkan, dan kau tau itu"

Lagi-lagi suara itu berseru saat ku melirik cutter. "Hadapi saja tau, setidaknya kau bisa menggambar atau menulis untuk mengekspresikan apa perasaan mu yang terpendam"

Suara itu seolah mengenal baik diri ku. Dia memang sudah ku anggap teman sih, walaupun saat ku menyahut dalam posisi sadar, suara itu tak membalas.

"Lebih baik kau tidur sekarang, setidaknya dunia mimpi lebih indah dari ini"

Dia benar, didunia mimpi aku tak akn merasakan ini semua. "Tapi jangan seperti omori juga ya? Ngeri tau" aku tersenyum, dia benar-benar paham niat ku.

Selimut ku tarik, memfokuskan netra ku pada plafon. Mungkin keadaan kamar ku remang, namun entah mengapa di sana aku dapat melihat siluet gadis dengan surai coklat.

"Ah, ap itu kau? Jika iya, terimakasih dan... Selamat tidur"

kebanyakan ide njirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang