◗ sama(r) '19

2.3K 230 33
                                    

Hari-hari terus berlalu, kini mendekati waktu ulangan akhir semester. Jeno duduk menghadap tumpukan soal beserta kunci jawaban yang telah diberikan oleh Renjun. Dia mempelajari soal-soal tersebut. Beberapa kali keningnya mengerut keheranan. Dia merasa asing dengan materi yang ada di soal tersebut.

"Yang bener aja anjir, biologi soalnya enam puluh?" monolognya pelan.

Dia membaca lebih teliti dimana biologi dengan soal enam puluh hanya diberi waktu sembilan puluh menit dan setengah dari soal tersebut menggunakan bahasa Inggris. Dia beralih ke soal matematika dan fisika yang kurang lebih sama dengan biologi, perbedaannya dua mata pelajaran tersebut full bahasa Indonesia. Dan kimia sama persis dengan Biologi.

"Biasanya waktunya dua jam, deh?" monolognya heran. "Ah, bodoamat!"

=

Ulangan berlangsung selama delapan hari, selama itu, Jeno jarang bertemu dengan Hyunjin dan Baejin. Dia benar-benar ingin fokus belajar. Jeno juga belakangan jarang bertemu dengan Eric saat dirumah karena mereka sama-sama menghabiskan waktu di kamar tanpa keluar. Mereka sama-sama ingin mengungguli satu sama lain.

Hari ini pengumuman nilai murni harus ulangan akhir semester di umumkan, nilai di pasang di mading. Jeno beserta teman-temannya bergegas melihat nilai tersebut. Jeno berjalan menuju ke arah lampiran yang menunjukkan peringkat pararel. Biasanya dia berada di peringkat lima besar, bahkan terkadang mencapai tiga besar.

20. Jeanova Javas Rajendra

Mata Jeno sukses membulat sempurna. Ini seperti hal mustahil yang pernah dialami selama dia sekolah disini. Padahal dia mendapat soal dan kunci jawaban dari Renjun, kenapa peringkatnya menurun drastis?

Teman-temannya yang lain mendapat epringkat lima besar, kenapa dirinya terjun sampai ke angka 20? Di urutan ke-enam ia melihat nama Bomin disusul oleh Baejin. Dia tidak heran karena keduanya pintar, bahkan lebih pintar dari Renjun. Lalu seseorang di angka sepuluh menyita perhatiannya, membuat Jeno merasakan kekalahan yang tidak pernah ia alami dua tahun ini.

10. Ericnoan Chevalier

Eric berhasil mengalahkannya. Walau Eric belum masuk lima besar atau tiga besar tapi tetap saja kali ini dia mengalahkan Jeno.

"Jeno, lo nggak papa?" Jaemin menepuk pundaknya pelan.

"Sedikit kaget."

"Kok bisa sih Jen, Lo nggak baca soal yang udah gue kasih, ya? Itu keluar semua anjir. Lo banyak masalah atau gimana sampai nggak fokus?" Renjun membanjirnya dengan berbagai pertanyaan. Tapi Jeno tetap diam.

Jeno perlahan menyeringai kecil, "Gue emang nggak pelajari semuanya sih, gue pengen ngerasain nilai hasil pikiran gue sendiri." Tentu saja itu hanya sebuah alibi, dia mempelajari semua soal yang di berikan oleh Renjun. Jeno melihat raut aneh dari teman-temannya. Sial, Jeno tidak bermaksud menyindir.

"Nggak gitu, tapi ya sekali-kali lah." Jeno mengutuki dirinya karena membuat suasana canggung diantara teman-temannya.

"Santai Jen, mungkin om Donghae udah nggak nuntut nilai kan? Makanya lo milih lebih santai, andai Papa gue kek gitu juga." Haechan mengalungkan lengannya di leher Jeno, dan Jeno membalas dengan senyum kikuk.

Eric muncul, tak jauh dari hadapannya. "Sial, ini gue hoki atau gimana?"

Jeno bisa mendengarnya.

"Padahal gue belajar bahasa Inggris sama matematika doang, kenapa yang lain nilainya ikutan bagus. Gila hoki seumur hidup gue udah kepake." Jeno mendengus kesal mendengar ucapan Eric yang seolah-olah dia nggak belajar keras tapi tetep dapat nilai bagus. Karena dirinya mendadak mendidih karena iri, Jeno melepaskan lengan Haechan dan berjalan kearah ruang BK.

Banyak orang mengerumuni ruang tersebut, kebanyakan sih dari murid tukang kepo dan penggosip. Jujur, Jeno ikutan kepo.

"Oy Yeji!" teriak Jeno.

Yang di panggil menghampiri. "Apa?!"

"Apaan tuh rame-rame?"

"Sepupu gue ngehamilin cewek njing!" ucap Yeji kesal.

Oh, udah disidang ya?

Jeno menyeringai puas, dengan kejadian yang terjadi hari ini. Sedihnya tak berlangsung lama karena dia sudah mendapat hiburan baru. Perlahan kerumunan mulai menyingkir karena dua orang murid beserta orang tuanya mulai keluar dari ruangan tersebut. Murid laki-laki tersebut mulai berlari menghampiri Jeno dan melayangkan satu pukulan ke pipinya.

"Maksud lo apaan njing!" ucapnya membentak. Laki-laki tadi mencengkram kerah Jeno. Jeno bisa melihat jelas emosi laki-laki di hadapannya sekarang.

Jeno memiringkan kepalanya diiringi raut muka polos. "Emangnya gue ngapain, Hyunjin?" Kata terakhir terdengar meremehkan.

"Bangsat lo!"

"Tolong ya saudara Hyunjin, gue nggak pernah ngerasa punya salah apapun ke lo, jadi tolong dijelasin dalam rangka apa lo mendadak nonjok gue kek gini?" ucap Jeno santai, dia bahkan tidak melawan ketika cengkraman Hyunjin semakin kuat. Padahal, ia sudah merasakan sesak nafas.

"Nggak usah pura-pura sok nggak tau ya bangsat, dasar bajingan nggak tau diri!"

"Bukannya lo yang bajingan? Ngehamilin cewek udah cukup untuk dapat gelar bajingan, kan?"

Hyunjin terbawa emosi, dia beralih mencengkram kepala Jeno. Membenturkannya berkali-kali ke dinding terdekat. Namun tak lama setelah itu Jeno membalikkan badan dan menendang perut Hyunjin hingga ia terpental kebelakang. Jeno menyeka keningnya yang berdarah lalu menjilatnya. Terdengar pekikak disekelilingnya.

Nafas Hyunjin terengah-engah, dia menatap Jeno tajam. "Gue kira kita udah baikan ya Jen, gue bantu lo beberapa kali tapi ternyata balasan lo busuk juga ya, ngaduin ke BK kalau gue ngehamilin cewek. Emangnya sekalinya berhati busuk tetep aja selamanya busuk. Dasar penghianat."

"Yah, gue nggak munafik. Pura-pura berteman sama lo terus cari tau aib lo dan bikin lo malu. Lo nya aja yang goblok si, kita udah lama musuhan, harusnya lo tau gimana trik licik gue." Jeno menyeringai penuh kemenangan, dia puas karena semua rencananya berjalan mulus. Sosok Hyunjin akhirnya dikeluarkan dari sekolah.

Guru BK datang menghampiri kerusuhan, "Udah cukup, bubar!"

Jaemin yang menonton pertengkaran tadi langsung menghampiri Jeno. "Gila Jen, lo berhasil buat si memble dikeluarin dari sekolah. Pinter juga cara lo."

Jeno melirik Eric yang membeku di tempat. Dia terus melirik Jeno dan Hyunjin bergantian seolah memproses apa yang sedang terjadi. Jeno berani bertaruh setelah kejadian ini Eric bakalan menjauh karena tidak percaya kepada dia. Tapi untuk sekarang, Jeno merasa bodo amat. Nanti jika ada kesempatan juga Eric bakalan baikan lagi sama dia.

Yah, jika ada...

"Gue kira lo mau ngehianatin kita, Jen." Perkataan Renjun yang diiringi nada bersalah membuat Jeno heran. Oh, beberapa detik kemudian Jeno menangkap sesuatu. Sesuatu...

=

Tiga bulan menghilang, sorry guys. Jangan lupa vote dan komen ya. See you, aku mau menghilang lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sama(r) ft. jenricTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang