0. Prolog

1.6K 162 22
                                    

Air matanya terus mengalir tanpa bisa ditahan lagi. Hatinya sakit. Teramat sakit atas penghinaan dan tuduhan keji yang dilimpahkan sang suami padanya.

Pernikahan mereka belum genap satu bulan, tetapi rumah tangganya bersama sang suami sudah berada di ambang kehancuran.

Semua itu berawal dari kunjungannya ke dokter kandungan sore tadi. Itu ia lakukan karena menstruasinya sudah terlambat sepuluh hari. Seperti pasangan pengantin baru pada umumnya, Lila bahagia menyambut berita baik itu. Tanpa sepengetahuan suaminya, ia membeli alat tes kehamilan mandiri. Hasilnya positif.

Lalu, untuk meyakinkan hal itu, ia mengajak suaminya pergi ke klinik tanpa mengatakan tujuannya pergi ke sana.

"Apa kau sakit?" Itu yang ditanyakan suaminya sore tadi. Wajahnya masih menampakkan kekhawatiran dan cinta.

Suaminya langsung datang ke klinik begitu Lila menelpon dan mengatakan bahwa ia sedang berada di klinik untuk melakukan pemeriksaan.

Saat itu, Lila tidak menjawab atau menjelaskan alasannya datang ke klinik. Ia hanya tersenyum sambil menyandarkan kepalanya ke pundak sang suami. Ia ingin suaminya melihat dan mendengar sendiri apa yang dokter katakan nanti.

Sungguh, ia ingin memberikan kabar gembira itu sebagai kejutan untuk suaminya.

Akan tetapi, yang terjadi tidak sesuai harapan Lila. Begitu dokter mengatakan bahwa usia kandungan Lila sudah satu bulan, ekspresi wajah suaminya seketika berubah. Dia tidak bertanya atau berkata apa pun lagi hingga mereka tiba di rumah.

"Siapa ayah bayi itu?!"

Lila terkejut mendengar pertanyaan bernada tajam itu. "Mas?"

"Beraninya kau menipuku." Suami Lila mengangkat jari telunjuknya sampai tepat berada di depan wajah Lila. "Kau berzina dengan lelaki lain, lalu memperalat aku untuk menutupi aibmu?"

"Mas?" Lila mengerutkan dahi. Mulutnya terbuka seolah ingin mengatakan sesuatu, tetapi kemudian menutup lagi karena ia bingung apa yang harus ia katakan. "Ini anakmu, Mas. Buah cinta kita."

"Dasar pelacur!" Bagas menampar pipi Lila dengan keras. "Beraninya kau mengucapkan hal itu setelah menipuku!"

"Menipu?" Lila menggeleng. "Aku tidak melakukan itu, Mas."

Bagas menarik rambut Lila, membuat istrinya itu menjerit kesakitan. Akan tetapi, amarah yang bergejolak dalam dadanya telah membutakan akal sehat dan hatinya. Ia merasa terluka dan tertipu.

Perkenalannya dengan Lila memang tidak lama, tetapi ia yakin dia adalah gadis baik-baik dan calon istri yang sesuai untuknya. Ibunya dan ibu Lila adalah sahabat dekat, lalu mulai menjodohkan putra dan putri mereka dengan harapan hubungan persahabatan itu bisa berlanjut menjadi keluarga.

Bagas memercayai penilaian ibunya terhadap Lila hingga ia pun setuju untuk kenal lebih dekat dengannya. Selama mengenal Lila, dia adalah gadis baik-baik dengan penampilan sederhana dan sopan. Lila bekerja sebagai seorang shadow untuk seorang anak berkebutuhan khusus.

Hati Bagas tergerak untuk meminang dan memiliki Lila tatkala melihat gadis itu begitu telaten mendampingi anak berkebutuhan khusus yang menjadi tanggung jawabnya. Bagas yakin, Lila bisa menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya kelak.

Lila cantik, sopan, dan pintar mengurus anak. Apalagi yang membuat Bagas ragu?

Ia pun akhirnya memberanikan diri melamar Lila langsung kepada ibu gadis itu. Namun, sungguh tidak disangka, ternyata gadis itu tidak sebaik yang ia kira.

Di usia pernikahannya yang belum genap satu bulan, Lila sudah mengandung janin berusia satu bulan. Itu berarti Lila sudah melakukan hubungan dengan laki-laki lain sebelum menikah.

Sandaran HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang