16. Beraksi

284 50 7
                                    

Ia membaca dengan seksama laporan di meja kerjanya. Itu semua hal yang berhubungan dengan Bagas, suami Lila. Senyumnya mengembang mengetahui pekerjaan suami Lila dan di perusahaan mana dia bekerja. Hanya CV kecil yang bergerak di bidang konstruksi bangunan. Yah, rasanya sudah waktunya ia menagih janji saudara kembarnya, Aldebaran.

"Sialan!" Saudara kembarnya itu langsung mengangkat panggilannya dengan makian kasar. "Kania baru bisa tidur, brengsek!"

"Oke." Aldev tertawa ngakak. "Langsung saja ke intinya. Aku mau kau mengakuisisi CV. Mitra Sejahtera Raya."

"Punya siapa itu?"

"Hanya CV kecil di pinggiran kota."

"Jadi, apa untungnya buatku?"

"Tidak ada." Aldev tergelak. "Yah, mereka akan curiga bila kau langsung mengatakan ingin mengakuisisi bisnis mereka. Buat bangkrut atau bagaimana, atur saja. Ambil customer mereka, terserah saja asal mereka akhirnya bersedia diakuisisi."

"Tidak akan, brengsek!" Aldebaran menolak keras. "Tidak ada untungnya. Proyekku jauh lebih besar dari mereka, apa untungnya menangani cluster kecil?"

"Ini bukan soal keuntungan, Bro. Aku hanya menagih utangmu."

"Utang?"

"Utang budi! Jangan pura-pura lupa." Aldev mulai jengkel karena Aldebaran sedikit alot diajak kerja sama. "Kau sudah janji kapan pun aku butuh bantuan, kau siap."

"Oke. Jelaskan dulu, baru aku bergerak!"

Akhirnya, selama beberapa menit kemudian Aldevaro menjelaskan dengan cepat dan ringkas masalah Lila dan suaminya.

"Kau gila! Dia istri orang!" Aldebaran marah. "Jangan buat mereka cerai dengan cara licik begitu!!!"

"Ohh, haruskah aku menculik Lila dan menyembunyikannya di pulau?"

"Sialan!" Aldebaran mengumpat keras. "Itu berbeda, Kania belum terikat saat itu, tapi Lila?"

"Aku tak peduli, Bro." Aldevaro keras kepala. "Kalau kau tak bisa membantu, aku akan cari cara lain."

"Ya Tuhan!" Aldebaran mengerang dari seberang panggilan. "Tunggulah seminggu lagi."

"Dua hari."

"Keparat! Mana bisa dua hari kalau mau pakai cara halus?" Lima hari."

"Tiga hari."

"Lima hari atau kau cari saja cara lain!!!" Aldebaran berkata tegas. "Aku tutup. Kania mengigau."

Aldevaro tergelak membayangkan kejengkelan di wajah saudara kembarnya itu, tapi ia tahu sejengkel apa pun Aldebaran padanya, dia akan tetap melakukan yang ia minta.

Lima hari! Sialan, apa saudaranya itu tidak bisa melakukan lebih cepat daripada itu?

Akan tetapi, bila dipikir lagi dengan akal sehat lima hari untuk merancang alasan untuk mengambil alih sebuah usaha bisa dibilang sangat keterlaluan, tapi mau bagaimana lagi, ia sudah cukup muak dengan suami Lila.

Ia harus percaya pada Aldebaran karena untuk urusan agen property dan developer, dia yang lebih menguasai dibanding dirinya. Sejak kecil ia tak pernah tertarik dengan urusan pembangunan dan gedung. Ia lebih suka dengan penyelidikan dan misi rahasia. Itulah mengapa ia yang terpilih untuk mewarisi perguruan beladiri  yang didirikan oleh kakek buyutnya dan agen detektif rahasia yang dirintis ayahnya.

Perguruan bela diri yang ia warisi saat ini sudah berkembang cukup pesat dan memiliki banyak cabang di beberapa kota. Di dalamnya ada berbagai cabang kelas bela diri yang bisa dipilih sesuai keinginan. Selain Pencak Silat, ada juga Karate, Tinju, Taekwondo, kungfu, Kick Boxing dan kelas detektif. Sebetulnya, sejak kecil ia dan kelima saudaranya sudah digembleng dengan berbagai macam ilmu bela diri, tapi meski sudah menguasai semuanya kelima saudaranya yang lain tidak menunjukkan minat pada perguruan itu sebesar dirinya.

Sandaran HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang