1. Pandangan Pertama

812 133 10
                                    

Tangannya baru saja terulur untuk membuka pintu mobil ketika telinganya menangkap rintihan pelan tak jauh dari tempatnya berdiri. Kepalanya menoleh, mencari sumber suara.

Ia menajamkan penglihatan dan menatap lurus ke depan. Samar-samar ia menangkap sebuah gerakan di depan mobilnya. Mungkin saja itu hanya kucing, tetapi instingnya mengatakan bahwa ia harus memastikan sendiri apakah itu memang kucing atau bukan.

Kakinya melangkah pelan, menghampiri sesuatu atau mungkin seseorang yang bergerak di depan mobilnya. Ia terbiasa waspada hingga hal mencurigakan sekecil apa pun wajib ia pastikan keamanannya. Bisa saja itu adalah seseorang yang mempunyai niat buruk padanya.

Terlahir sebagai putra dari seorang konglomerat tersohor dan terkaya di negaranya membuat ancaman musuh bisa mengintai kapan saja. Untuk itulah, ia telah dibekali dengan berbagai ilmu bela diri dan pertahanan diri sejak kecil. Ditambah hobi dan cita-citanya sejak kecil adalah menjadi seorang detektif handal. Itu membuat Aldev belajar jeli membaca kondisi dan keadaan.

Meski kondisi gelap, tetapi Aldev yakin bahwa yang beringsut dari depan mobilnya adalah seorang wanita. Terlihat dari rambutnya yang panjang dan tubuhnya yang ramping.

Wanita itu berada pada posisi sedikit membungkuk membelakangi Aldev sambil bergerak pelan menjauhi mobil Aldev.

Aldevaro tersenyum sinis. Sepertinya wanita itu tidak mengira bila Aldev sempat mendengar suaranya dan menyadari pergerakannya tadi. Akan tetapi, Aldev tidak akan membiarkannya pergi begitu saja setelah menguntit dirinya.

Ya. Wanita itu pasti menguntitnya. Jika tidak, penjelasan apa yang masuk akal untuk tindak tanduknya yang mencurigakan itu?

Sebetulnya, bila mau dipikirkan dan ditelaah lebih jauh, Aldev mempunyai banyak hal yang bisa ia tuduhkan pada wanita itu. Mungkin, dia sedang memasang alat penyadap di salah satu bagian mobilnya atau mungkin melakukan sesuatu pada mobilnya untuk mencelakakan dirinya. Akan tetapi, saat itu dirinya sedang terburu-buru hingga tidak mau membuang-buang waktu untuk menyelidiki hal itu. Karena pelakunya masih ada di lokasi, ia lebih memilih untuk langsung menangkap basah tersangkanya di tempat.

Aldev mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya, lalu menyalakan senter. Ia mengarahkan senter itu langsung ke punggung wanita itu, membuat dia terkejut dan seketika menoleh.

"Siapa kau?!" Aldevaro mengarahkan cahaya senternya tepat ke wajah wanita itu, membuat dia secara spontan mengangkat tangan untuk menutupi wajahnya.

"Sedang apa kau di sekitar mobilku?" Ia kembali bertanya. Kali ini dengan nada tajam dan tegas. "Apa tujuanmu?"

Wanita itu tidak menjawab. Dia mengedarkan pandangan ke sekitar seperti sedang mencari celah untuk melarikan diri, membuat Aldev geram. Lalu, dengan gerakan kasar ia menarik pergelangan tangan wanita itu hingga berdiri dan menyeretnya ke tempat yang lebih terang.

Selama sesaat, Aldev merasa menyesal telah menarik tangan yang terasa begitu lembut dan rapuh itu. Apalagi saat mendengar wanita itu merintih kesakitan. Namun, ia tidak mengendurkan pegangannya.

Mata elangnya meneliti wanita itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Saat itulah baru ia sadari bahwa perut wanita itu besar. Terlihat jelas bahwa dia sedang hamil. Rasa sesal yang sempat mendera karena telah memperlakukan wanita itu dengan kasar kembali meremas dadanya. Ia pun mengendurkan cekalan di tangan wanita itu.

"Kau belum menjawab pertanyaanku. Apa yang kau lakukan di dekat mobilku?" Aldev bertanya dengan nada sedikit melunak, sementara tatapannya terus menyorot sosok ramping yang terus menunduk dengan sebelah tangan memegang perut bagian bawahnya. "Atau ... Kau mau menjawabnya di kantor polisi saja?"

Ancaman Aldev berhasil. Wanita itu seketika mengangkat kepala, menatapnya dengan sorot ketakutan.

"Ja-jangan. Tolong."

Sandaran HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang