18. Tuduhan

436 62 8
                                    

"Akhirnya semua terbukti juga."

"Tidak!" Lila menggeleng sembari menatap sosok yang menjulang di hadapannya itu dengan raut ngeri. "Ini tidak seperti yang terlihat."

"Masih mengelak!" Bagas mendengus keras. "Tapi, tak masalah. Kebetulan sekali, aku kembali datang untuk mengatakan bahwa detik ini juga kau bukan lagi istriku. Aku akan mengurus surat perceraian sesegera mungkin, lalu pergi dari kota ini. Dan sesuai perjanjian pra nikah, siapa yang berselingkuh, dia tidak berhak mendapatkan harta bersama selama pernikahan sepeser pun."

"Ja-jangan." Lila terus menggeleng. "Ini tidak

"Ini," Bagas mengangkat ponselnya tinggi-tinggi, "Bukti perselingkuhanmu sekaligus bukti bahwa itu bukan anakku. Jadi, siap-siap saja."

Setelah mengatakan itu, Bagas langsung berbalik badan dan keluar dari bilik. Sesaat sebelum meninggalkan bilik itu, ia masih sempat melihat seringai puas dari selingkuhan Lila.

Hah! Mungkin lelaki itu sudah lama menanti kabar perceraiannya dengan Lila agar bisa dengan leluasa menikmati istrinya itu. Andai dia tahu bahwa dirinya dan Lila memiliki perjanjian pra-nikah mengenai baba perselingkuhan, lelaki itu pastinya akan berani bertindak gegabah.

Awalnya, ia berniat menceraikan Lila secara baik-baik dengan alasan sudah tidak ada lagi kecocokan. Ibunya akan menentang, itu pasti, tetapi demi kebaikan jabatan yang akan ia peroleh, ia dengan berani mengambil langkah itu.

Pagi tadi saat tiba di kantor, atasannya berkata bahwa perusahaan mereka sudah berpindah kepemilikan. CV kecil mereka telah menjadi bagian dari sebuah perusahaan kontruksi raksasa yang sudah terkenal dengan berbagai mega proyeknya. Itu cukup menguntungkan karena sesaat sebelum menerima penawaran itu, beberapa pihak yang telah menjalin kerjasama dengan CV mereka memutuskan hubungan kerjasama itu secara sepihak dengan alasan proyek yang mereka garap tidak sesuai dengan perjanjian. Ada satu bagian dari tiang beton sebagai pondasi bangunan yang mereka garap ternyata berlubang cukup besar di bagian tengah.

Mereka baru mengetahui itu tengah malam tadi saat mendapat telepon gelap yang mengatakan bahwa gedung yang baru setengah jadi itu telah dipasang bom. Untuk memastikan bahwa kabar itu, bersama pihak berwenang, mereka memeriksa bangunan yang masih setengah jadi itu. Saat itulah mereka mengetahui bahwa beton pondasi kurang kokoh yang bisa berakibat fatal.

CV tempat Bagas bekerja terancam bangkrut dan berurusan dengan hukum. Owner-nya yang merasa tertekan dan syok akibat kejadian tak terduga itu berencana minum sampai mabuk kemudian melompat ke sungai. Ketika sedang berada di sebuah bar, tanpa sengaja ia bertemu dengan seorang pengusaha yang juga bergerak di bidang konstruksi dan bangunan. Mereka minum bersama, lalu tanpa sadar sang owner menceritakan masalahnya dan rencananya untuk bunuh diri. Sungguh tanpa diduga, pengusaha itu langsung menawarkan solusi.

Sang owner akan tetap bekerja sebagai pimpinan utama di CV itu, tetapi kepemilikan CV berganti atas nama Aldebaran Blackstone.

Urusan dengan hukum dan tuntutan dari gedung dengan rangka rapuh tadi akan ditangani oleh pusat, sementara CV akan menangani proyek lain di luar pulau. Proyek yang cukup besar dan membutuhkan banyak sekali pekerja, baik mandor, tukang bangunan, arsitek, dan sebagainya. Namun, ada syarat khusus bagi siapa saja yang berniat ikut serta membangun proyek di luar pulau itu. Salah satunya adalah single dengan banyak alasan, salah satunya supaya lebih fokus saat bekerja. Perusahaan menginginkan pekerja yang bisa stay di kawasan proyek karena akses yang sulit dan jauh dari berbagai akses komunikasi, tetapi tetap diganjar dengan gaji yang bukan main-main.

Para pekerja CV yang lama bebas mengajukan resign apabila keberatan dengan syarat yang diajukan, sementara yang masih berniat bergabung dengan perusahaan akan mendapat kontrak kerja yang baru.

Sandaran HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang