D A T E
•
•
•
"Sudah menunggu lama?!"
Baru saja Kokonoi ingin memarahi [Name] karena telah membuatnya menunggu di tempat janjian selama setengah jam, namun dia terdiam saat melihat penampilan gadis itu.
Untuk pertama kalinya, Kokonoi melihat [Name] mengenakan dress yang membuatnya terlihat jauh lebih cantik dan feminim. Terlihat juga gadis itu mengenakan riasan tipis, yang membuatnya terlihat semakin menawan.
Sebab, selama ini Kokonoi hanya sering melihatnya mengenakan pakaian yang terkesan biasa saja, atau dia mengenakan pakaian laki-laki.
"Yo! Kau terpesona denganku, ya~" goda gadis itu, mencolek dagu Kokonoi.
Kokonoi yang tersadar dari lamunannya segera menepis tangan nakal [Name]. "Apa yang kau lakukan, sialan? Aku menunggumu hampir satu jam!" tangan laki-laki itu ingin mencubit pipi [Name], namun ditahan oleh gadis itu.
"Jangan menyentuh wajahku. Aku berjuang keras untuk menggunakan riasan! Kau tidak tahu perjuangannya untuk membuat eyeliner agar lebih simetris!"
"Aku bisa membuatkannya dengan mudah untukmu."
"Dan aku tak butuh bantuanmu. Ayo pergi!"
[Name] menaiki bus terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh Kokonoi. Sang gadis yang duduk di dekat jendela, sementara sang lelaki lebih memilih berdiri di hadapan gadis itu.
[Name] mendongak, dan Kokonoi menunduk. Untuk sesaat keduanya saling bertatapan, kemudian Kokonoi memutuskan tatapan mereka, sebab gadis itu mengedipkan matanya dan menggoda Kokonoi.
Kekehan merdu terdengar, sang gadis puas membuat lelaki tampan di depannya itu merona hanya karena kedipan. Ekspresi Kokonoi yang selalu merona karena digoda olehnya, memang sebuah kesenangan tersendiri baginya.
"Berhenti tersenyum, jelek."
"Menghina diri sendiri?" tanya gadis itu dengan senyuman. "Aku tersenyum melihat bayi yang duduk di hadapanku, bukannya memikirkan ekspresi wajahmu."
Kokonoi melihat ke belakangannya, dan benar saja ada seorang bayi yang tampak tertawa melihat senyuman [Name].
"Jika senyumanmu makin lebar, bayi itu akan menangis karena takut."
[Name] menatap sinis Kokonoi, menendang kuat tulang kering laki-laki itu. Sementara Kokonoi berusaha menahan dirinya untuk tidak membalas, dia tidak ingin di cap sebagai laki-laki yang kasar, meski sebenarnya memang dia kasar.
Setibanya di mall, Kokonoi mengulurkan tangannya, namun diabaikan oleh [Name]. Dengan sedikit kasar, Kokonoi mengambil tangan gadis itu dan memasukkan tangan gadis itu ke dalam kantung hoodie-nya. Dia tidak ingin kehilangan [Name] di tempat seluas itu.
Hari itu, mereka hanya akan menonton film dan juga mungkin membeli beberapa benda yang diinginkan oleh mereka, serta bermain beberapa game.
Kencan? Tidak bisa dikatakan kencan, sebab [Name] ingin melihat seberapa posesifnya Akane. Kokonoi juga setuju dengan rencana kencan dadakan ini, karena dia ingin dapat mengendalikan Akane yang mudah meledak-ledak itu.
"Apakah di tempatmu dulu tidak ada mall?" tanya Kokonoi heran, melihat [Name] yang tampak berbinar melihat sekitarnya.
"Tentu saja tidak!" jawabnya bersemangat. "Bukankah aku sudah pernah mengatakannya padamu? Segala jenis transportasi melayang tidak ada di sana, berbeda dengan di kota. Apalagi tempat sebesar ini! Mustahil!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirmala ; Kokonoi Hajime
Fiksi Penggemar[COMPLETED] ❝Kau itu dikutuk. Dan aku akan mencabut kutukan itu darimu❞ Tokyo Revengers © Ken Wakui Picture © Pinterest Story © whosgalaxy