𝟙𝟙

251 57 18
                                    

A M N E S I A

Tak henti-hentinya Kokonoi menebas banyak kutukan bersama dengan Akane. Laki-laki itu sangat bersemangat untuk membunuh seluruh lawannya.

Selagi para tetua Jujutsu menginterogasi Leiven lebih lanjut, Subaru memberi perintah pada [Name] dan Kokonoi untuk membasmi seluruh kutukan yang disembunyikan oleh Leiven. Sekaligus, menyimpan kenangan terakhir bersama, kalau kata Subaru.

[Name] sendiri membunuh kutukan-kutukan itu dengan tak minat. Selain menginterogasi Leiven, para tetua itu juga akan memutuskan mengenai [Name]. Apakah dia akan naik peringkat, atau akan tetap berada di peringkat terendah.

Pembatas surgawi gadis itu kini telah benar-benar sempurna. Dia tidak memerlukan kacamata yang telah diisi dengan energi kutukan lagi untuk melihat para kutukan.

"Kau tampak sedih," celetuk Kokonoi begitu mereka selesai membasmi kutukan di tempat itu. "Masih belum bisa merelakan Kisaki? Atau karena jantung Leiven akan kumakan?"

[Name] mendengus, memasang seringaian. "Aku tidak sepertimu yang lama untuk merelakan orang yang kusayangi," ledeknya, namun Kokonoi tidak memberikan respon seperti biasa.

"Membosankan sekali reaksimu."

"Tentu saja, karena aku sudah merelakan masa laluku," ujarnya sedikit membuat [Name] tak percaya.

"Hajime.... apakah Hajime... tidak sa...yang lagi... dengan Akane....?" tanya Akane dengan sedih, bahkan kutukan itu sudah meneteskan air matanya.

Kokonoi terkekeh, mengusap air mata Akane yang besar-besar itu. "Tidak mungkin aku tidak sayang padamu, Akane. Aku akan selalu menyayangimu..."

Gadis itu terdiam melihat interaksi Kokonoi dan Akane. Dia jadi membayangkan, apakah leluhurnya dulu, Okkotsu Yuta dengan Orimoto Rika juga saling menyayangi seperti itu? Meski wujud Rika yang mengerikan?

Dia sadar, [Name] sadar jika saat ini dia tengah merasakan iri yang luar biasa. Dia ingin tahu, apakah di luar sana akan ada laki-laki yang menerimanya karena saat ini dia telah cacat.

[Name] tidak secantik dulu, dan hampir di seluruh tubuhnya terdapat bekas luka, terlebih dia yang sudah tidak memiliki 3 jari lagi. Gadis itu merasa insecure.

Memang benar, dia tidak peduli dengan cinta dan sebagainya, tujuannya hidup hanya untuk uang dan juga menjadi penyihir Jujutsu yang hebat. Oleh sebab itu alasan dia mendekati Kokonoi karena uang yang dimiliki pria itu.

Lagipula, bukankah dia terlalu sempurna untuk laki-laki di luar sana?

"Apa yang kau lamunkan?" tanya Kokonoi menyadarkannya.

"Semalam aku bertemu dengan Yuina, dan dia menyatakan cinta padaku."

Kokonoi yang tengah minum, menyemburkan air di mulutnya. "Sebentar! Kau ditembak Yuina?!" tanyanya sedikit tidak santai.

"Katakan saja seperti itu."

"Dan kau menerimanya?"

[Name] menaikkan alisnya, "Mengapa aku harus menerimanya? Dia tidak kaya," jawabnya membuat Kokonoi menatapnya malas.

Nirmala ; Kokonoi HajimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang