𝟘𝟜

367 64 14
                                    

E A R R I N G S

"Kau mendengarku, Koko?"

"Huh? Ya?" responnya linglung. "Maafkan aku, ada apa Inupi?"

Inui menghela napasnya. Sejak awal, Kokonoi sama sekali tidak fokus, entah apa yang memenuhi isi kepala sahabatnya itu.

"Kau masih khawatir dengan Mikey dan Sanzu? Bukankah mereka sudah keluar dari rumah sakit?" tanyanya beruntun, dengan raut wajah sedikit khawatir.

"Tidak, tidak, bukan itu," Kokonoi melepas anting yang dia kenakan, menaruhnya di meja. "Ini berhubungan dengan kutukan Akane."

"Kau menemukan penyebabnya dikutuk?!"

Kokonoi menceritakan segalanya, mengenai pertemuannya dengan sepupu [Name]. Sepupu laki-laki yang kini dijuluki sebagai penyihir Jujutsu terkuat, Gojo Subaru namanya.

Keturunan dari Gojo Satoru, yang sebuah kebetulan dirinya fotocopy dari Gojo Satoru. Penampilan, suara, sifat, bahkan hingga teknik kutukan, serta six eyes, Subaru memiliki segala hal yang benar-benar mirip dengan leluhurnya itu.

Pria yang kini berusia 25 tahun itu juga yang merawat [Name], dan mengajarinya untuk menggunakan senjata. 

Menurut Subaru, baik Akane maupun Kokonoi tidak saling mengutuk, mereka berdualah yang dikutuk. Semua berkat anting-anting couple yang dibeli oleh Kokonoi. 

"Gojo-san mengatakan, jika mau memurnikan Akane, pembuat anting-anting ini harus musnah terlebih dahulu," jelasnya singkat.

"Kau ingat siapa yang membuatnya?"

"Tentu saja aku tidak tahu siapa yang membuatnya, bodoh!" umpatnya, memijit pangkal hidungnya. "Aku membelinya dari seorang shaman, bukan meminta seseorang untuk membuatnya."

"Artinya, kau harus bertemu dengan shaman yang kau maksud."

Kokonoi melirik pada [Name] yang menghampiri mejanya. Di tangan gadis itu, dia memegang sebuah dompet yang tak asing baginya.

Laki-laki itu meraba kantungnya, kemudian menatap [Name] dengan sinis. Gadis itu mencuri dompetnya, dan kini dia tengah mengambil beberapa lembar uang di dalamnya.

"Kembalikan, kau pencuri."

"Aku tidak mengambil banyak, dan ya, terima kasih uang jajannya," ucapnya mengembalikan dompet Kokonoi. "Tapi... apakah kau benar-benar membelinya? Tidak mencurinya?" tanya gadis itu penuh curiga.

"Aku membelinya sialan!"

"Benar?"

"Aku memang membelinya, namun uangnya berasal dari uang yang kucuri."

"Shaman itu tahu kau berbuat jahat, oleh karena itu kau dikutuk olehnya!"

Inui sedikit kebingungan mendengar perdebatan kedua orang itu, terlebih mereka berdebat dengan menggunakan kata-kata mutiara yang lumayan menyakitkan di telinga.

Namun di saat bersamaan, Inui merasa senang melihat Kokonoi yang dapat berinteraksi normal dengan seorang perempuan. Semenjak Akane mati, sahabatnya itu benar-benar menghindari perempuan, bahkan sampai berbuat kasar jika ada yang memaksa untuk dekat dengannya.

Sepertinya [Name] merupakan perempuan yang cocok untuknya. Melihat bagaimana gadis itu berani membuat Kokonoi melewati zona nyamannya, dan juga dia yang berani membalas ucapan dan tindakan kasar laki-laki itu.

Nirmala ; Kokonoi HajimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang