𝟙𝟘

263 55 16
                                    

D E A T H

Leiven sudah menemui Subaru, dan mengatakan banyak hal pada pria itu, termasuk menyatakan perang pada seluruh penyihir Jujutsu.

Oleh sebab itu, saat ini Kokonoi dilanda kebosanan yang luar biasa. Dia tidak bisa datang ke kediaman Gojo karena mereka, termasuk [Name], tengah terjun ke dalam peperangan.

Kokonoi tidak diperbolehkan ikut dalam perang, karena dia yang dapat dikatakan baru saja menguasai kemampuan Akane. Mereka tidak ingin Kokonoi dan Akane menjadi sasaran empuk dari Leiven.

Perang tersebut terjadi di Roppongi, dan seluruh penduduk asli di daerah tersebut diungsikan khusus hari itu saja. Termasuk duo Haitani yang tidak dapat memata-matai daerah kelahiran mereka itu.

Padahal, tadi pagi [Name] sempat bertemu dengan Kokonoi dan mengatakan jika dia akan mencari cara agar jiwa Akane dapat bebas. Namun, saat ini Kokonoi sudah sangat merindukannya.

"Setengah hari sudah berlalu, dan mereka masih belum ada kabar?" tanya Manjirou, sekedar basa-basi.

"Ya... sepertinya Leiven sekuat itu, sehingga perang ini terjadi begitu lama."

"Atau, anak buah Leiven yang terlalu banyak, dan Leiven yang menggunakan cara licik untuk menyudutkan lawan-lawannya, sehingga mereka kesulitan untuk mengalahkannya."

Kokonoi mengangguk setuju. Saat ini, dia hanya bisa membuat berbagai hipotesis, mengenai apa saja yang terjadi di medan perang tersebut.

"Sudah hampir jam tujuh malam... apakah mereka masih berperang?"

"Koko!" Rindou membuka kasar pintu ruangan Manjirou. "Maafkan aku Mikey," ujarnya begitu sadar jika bos mereka ada di ruangan itu.

Manjirou mengibaskan tangannya, memaafkan Rindou dan memberi kode baginya untuk segera mengatakan apa yang membuatnya panik seperti itu. "[Name], dia ada di sini. Perang telah selesai."

Kokonoi berlari menuju ruang tamu, rasa senang dan khawatir menyelimuti dirinya. [Name] kembali dalam keadaan hidup, dapat diartikan jika mereka memenangkan perang tersebut.

Laki-laki itu termenung saat melihat [Name] yang tengah berbincang dengan Takeomi dan Mochizuki. Penampilan gadis itu sangat berbeda dengan apa yang dia lihat pagi tadi.

Rambut yang semula sepinggang, kini panjangnya sebahu. Kehilangan jari telunjuk , jari tengah, dan jari manis tangan kirinya. Serta bekas luka panjang di sekitar bibirnya, dan luka bakar pada kedua lengannya.

"Oh? Bagaimana kabarmu?" tidak hanya penampilannya yang berubah, suara gadis itu menjadi lebih dingin, terlebih tatapannya.

"Apa yang terjadi?" tanya Kokonoi khawatir.

"Ah... Kisaki Tetta telah meninggal."

Tebasan kuat terus [Name] berikan pada puluhan makhluk terkutuk yang mengepungnya. Sedikit tidak mengerti, darimana Leiven mendapatkan banyak kutukan seperti ini, padahal dia sangat membenci makhluk kutukan.

Nirmala ; Kokonoi HajimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang