𝟘𝟚

483 85 6
                                    

T H E C U R S E D C H I L D

Entah siapa yang dikutuk, atau siapa yang mengutuk, tidak ada yang tahu. Apakah Kokonoi mengutuk Akane, karena pujaan hatinya itu belum memberikan jawaban atas pernyataannya? Atau apakah Kokonoi dikutuk oleh Akane, karena Kokonoi terlalu mencintai pujaan hatinya itu?

Tidak ada yang tahu, bahkan [Name] pun tidak tahu akan hal itu. 

Siapa yang mengutuk, atau siapa yang dikutuk, hanya Kokonoi dan Akane yang mengetahuinya. Namun, bagaimana jika keduanya tidak mengetahui hal itu juga?

"Bukankah katamu kau itu anak tunggal?" tanya Kokonoi begitu keluar dari persembunyiannya. "Kau saudara yang buruk, Kisaki. Meski wajah kalian tidak mirip, kau membuang kakak kembarmu?"

"Bukan urusanmu, bangsat," umpatnya dengan raut wajah kesal. "Urus sendiri kekasihmu yang kau kutuk itu, bajingan."

"Aku tidak mengutuknya, bedebah! Sebelumnya aku bahkan tidak mempercayai penyihir Jujutsu dan juga para kutukan, tidak mungkin aku mengutuk Akane!"

"Karena kau tidak percaya, kau dikutuk bersama dengan kekasihmu itu," ujarnya dengan seringaian. "Bukankah Akane selalu menolakmu? Lalu bagaimana perasaanmu sekarang? Akane selalu menempel padamu setiap saat, bahkan dia tak segan-segan membunuh orang yang menyakitimu, termasuk Mikey dan Sanzu yang dilarikan ke rumah sakit karenanya."

"Jaga mulutmu, sialan!"

"MATI KAU!!"

[Name] menutup wajahnya dengan tangannya saat terjadi ledakan di hadapannya. Secara tiba-tiba Akane muncul dan menyerang Kisaki, kemudian ledakan yang cukup besar terjadi.

Gadis itu tidak tahu bagaimana keadaan Kisaki, namun dia yakin jika kembarannya itu dapat menghindar, mengingat betapa liciknya otak laki-laki itu.

Melihat secara langsung, sang kutukan Akane, membuat [Name] sedikit bergidik ngeri. Ukurannya memang tidak besar, atau tepatnya dia tidak mengeluarkan ukuran aslinya, namun tetap saja energi negatif yang dipancarkan sangatlah kuat.

"Semoga kau mati di tangan Akane, [Name]!"

[Name] berdecih saat mendengar dan melihat Kisaki yang berhasil lari dengan memanjat gedung sekolah itu. Doanya sungguh jelek, dan amat tidak sopan.

"Brengsek, dia yang memancing keributan, dan aku yang menjadi tumbal!"

"K..au..." [Name] mematung saat menyadari Akane sudah berada tepat di belakangnya, dengan tangan yang sudah berada di lehernya. "Kau... menyakiti Hajime...?"

"Ah... hidupku memang sial," keluh gadis itu, mengangkat kedua tangannya. "Jika aku menjawab jujur sekalipun, pasti aku akan mati. Memang sejak awal aku tidak memiliki pilihan."

"Ja...hat...? KAU JAHAT...!?"

"Akane berhenti. Jangan sakiti dia!"

"MATI KAU!!!"

"AKANE!!!"

Nirmala ; Kokonoi HajimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang